Home / Romansa / SAHAM 50 PERSEN / Calon Anak Kita

Share

Calon Anak Kita

Author: Rumi Cr
last update Last Updated: 2025-12-14 08:00:10

Nadia berbaring di ruangan semi operasi. Detak jantungnya berpacu, berpadu dengan dengungan samar mesin medis yang mengisi udara. Bryan menggenggam erat tangannya di sisi kanan. Sebagai seorang suami ia ingin menenangkan Nadia. Meski terlihat tenang, Bryan tahu bahwa istri keduanya itu, menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.

Adelia yang berdiri di sebelah kiri menatap selembar foto kecil hasil print-out laboratorium. Gambar buram itu, embrio mungil yang menjadi harapan terbesar untuknya mendapatkan gelar seorang ibu.

“Mas, lihatlah ... ini, calon anak kita,” bisik Adelia, suaranya tercekat oleh haru. Ia menatap Bryan yang kini menoleh, turut memandang gambar yang ia perlihatkan dengan mata berkaca-kaca.

Dokter Lim memandu prosedur dengan gerakan tenang dan presisi. Dengan alat steril dan kateter tipis, embrio yang selama ini mereka impikan perlahan dimasukkan ke dalam rahim Nadia. Semua orang dalam ruangan seolah menahan napas. Waktu terasa melambat, mes
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SAHAM 50 PERSEN    Ini, Takdir ...

    Mati-matian Nadia menahan air matanya yang nyaris tumpah. Sekali lagi, terlintas kenangan saat ia menatap Twins dalam tampilan 4 dimensi ketika pemeriksaan terakhirnya 2 minggu yang lalu.Alinka menggenggam tangan Nadia, seolah paham isi hatinya. Ia pun tahu betapa luka kehilangan bisa menggores dalam. “Bagaimana kabar Raihan dan Rayyan?” tanya Alinka, mengalihkan pembicaraan.“Hari ini, aku telah sempurna sebagai ibu susu untuk mereka berdua, Alin. Sebenarnya kami belum sempat kemari karena selama sepekan ini, konsultasi dengan dokter supaya aku bisa menyusui Raihan dan Rayyan.""Masyaallah, Nay ...."Nadia mengangguk pelan. “Alhamdulillah. Berkat dukungan dokter dan proses induksi laktasi, aku bisa memberi ASI pada baby Rai dan baby Yan. Rasanya seperti mendapat keajaiban.”Alinka tersenyum hangat. “Ini takdir, Nay. Dua malaikat kecil itu, kehilangan Septi, ibu yang mengandungnya. Dan kau, hadir sebagai pengganti ibu mereka." Alinka per

  • SAHAM 50 PERSEN    Muara

    Selepas salat Maghrib, Bryan sudah bersiap menemani Nadia berkunjung ke rumah Devan dan Alinka, sebagaimana janji Nadia pada Alinka sore tadi. Mereka berdua datang khusus untuk melihat keponakan Bryan, cucu perempuan pertama keluarga Narendra. Yang kehadirannya tentu menjadi pelipur lara, atas kembalinya Twins ke haribaan Illahi.Bryan memarkirkan mobil di depan rumah mewah kakaknya, rumah bergaya modern yang dipercantik taman bunga dan ayunan di depan teras. Ada gasebo di dekat air terjun buatan yang nampak cantik oleh cahaya kekuningan dari lampu taman yang dipasang di sepanjang pagar samping rumah.Begitu pintu terbuka, aroma bedak bayi bercampur wangi minyak telon menyambut mereka, menyiratkan kebahagiaan hadirnya princes Devan Narendra dalam istana kakak ipar Nadia tersebut.Devan berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar. “Akhirnya kalian datang!” serunya sambil memeluk Bryan. Pria itu, menoleh ke Nadia dengan ekspresi lembut. “Bagaimana kabarmu, N

  • SAHAM 50 PERSEN    Anak Kita

    Nadia segera berkonsultasi dengan dokter kandungannya. Ia menjelaskan niatnya untuk menyusui Raihan dan Rayyan melalui prosedur induksi laktasi. Dokter menjelaskan dengan detail prosedurnya, mengingat Nadia baru saja mengalami persalinan, tubuhnya masih merespons hormon menyusui, yang akan menjadi keuntungan besar dalam proses ini. Ini adalah peluang langka yang tidak dimiliki oleh setiap wanita yang ingin menginduksi laktasi.Dengan dukungan medis yang intensif, resep obat, suplemen, dan bimbingan ahli laktasi serta praktik relaktasi yang gigih, tubuh Nadia mulai kembali menghasilkan ASI. Lima hari pertama menjadi perjalanan emosional dan fisik yang melelahkan. Ia harus memompa ASI setiap dua jam, bahkan di malam hari, demi menstimulasi produksi. Teknik skin-to-skin dengan Raihan dan Rayyan menjadi rutinitas wajib, di mana ia akan memeluk mereka erat ke dadanya, merasakan kehangatan tubuh mereka, dan berharap sentuhan itu bisa memicu hormon oksitosin.Pelukan panj

  • SAHAM 50 PERSEN    Baby Rai–Baby Yan

    Tiga hari setelah dinyatakan kondisinya stabil, dokter memperbolehkan Nadia pulang. Sebagai istri kedua Bryan, sudah sewajarnya ia kembali ke rumah Narendra. Namun, hatinya bersikeras kembali ke rumahnya sendiri, ia teringat kedua putra Septi, Raihan dan Rayyan, yang kini menjadi anak angkatnya.Di kamar VVIP di mana Nadia dirawat, nampak Bryan adu pendapat mengenai rencana istrinya ingin tinggal di rumahnya saat ini. Bryan yang duduk di sofa, menatap penuh kekhawatiran pada Nadia. Rasa yang tak bisa disembunyikan, karena tak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada wanitanya itu. “Aku ingin tinggal di rumahku, Yan,” ucap Nadia pelan, suaranya masih sedikit serak. “Nanti barangku biar diambil Mas Sharman. Kamu bisa tenang kembali ke Malang untuk mendampingi Adelia.”Bryan menggeleng, sorot matanya sendu menatap wanita yang sangat ia cintai. “Aku akan menemanimu sampai kesehatanmu pulih, Dia.”Nadia tersenyum tipis. “Aku sudah pulih, Yan. Pulanglah ke Malang, Adelia lebih butuh

  • SAHAM 50 PERSEN    Menyakitkan

    Aroma antiseptik yang tajam masih setia memenuhi rongga paru-paru Nadia. Di balik tirai putih rumah sakit yang menjuntai kaku, kondisi fisiknya perlahan membaik. Namun, raga yang pulih itu tak sejalan dengan jiwanya. Nadia lebih banyak diam, seolah-olah sebagian dari dirinya telah ikut terkubur bersama insiden tragis itu. Tatapannya seringkali kosong, menerawang jauh menembus dinding beton kamar perawatan, mencari sesuatu yang ia sendiri tahu takkan pernah kembali. Bryan duduk di samping ranjang, memerhatikan setiap tarikan napas istrinya yang terasa berat. Wajah pria itu kusam, bayang-bayang hitam melingkari matanya yang lelah. Ia merasa seperti lilin yang terbakar di kedua ujungnya. Di satu sisi, ia bersyukur karena Adelia—istri pertamanya—kini didampingi oleh kedua mertua dan mamanya di Malang. Kehadiran keluarga besar di sana memberinya sedikit ruang untuk bernapas dan memfokuskan seluruh sisa energinya pada Nadia, istri keduanya yang masih rapuh di Jakarta. Kondisi Nadia perlah

  • SAHAM 50 PERSEN    Kehilangan

    Akibat kecelakaan yang dialaminya, Nadia mengalami luka di bagian perut yang sangat serius. Selain kehilangan kedua bayi, rahim Nadia pun harus diangkat. Dan kini ... ia koma.“Kami minta Anda terus berdoa. Kondisi Bu Nadia sampai saat ini, belum stabil. Tapi kami sudah melakukan yang terbaik,” ujar dokter.Bryan mengangguk. Ia meminta izin untuk menemui Nadia karena hanya Bryan, selaku suaminya yang diperbolehkan masuk.Padahal setengah enam pagi tadi, Bryan baru bertolak dari Malang. Kemarin jenazah Twins langsung dibawa ke Malang dengan ambulans untuk dikebumikan di sana. Kedua orangtuanya masih menemani Adelia di rumahnya sedangkan Sharman bersama Devan turun tangan mengurus proses pemakaman Septi di sini.Ruang ICU sunyi. Hanya bunyi alat monitor yang terdengar. Tubuh Nadia dibalut alat-alat medis. Selang pernapasan tertancap di mulutnya. Napasnya tersengal, dijaga oleh mesin.Bryan mendekat. Ia duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan yang dulu selalu mengusap pipinya dengan le

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status