Home / Romansa / SALAM TERAKHIR / Di Hadapan Ibu

Share

Di Hadapan Ibu

last update Last Updated: 2021-07-24 00:25:19

"Ibu tahu ini tidak mudah bagimu. Telah berulang kali ibu mengatakan ini padamu. Jangan terlalu lama berlarut dalam kesedihanmu."

Tania membiarkan dirinya dipeluk oleh ibunya. Lelah; ia benar-benar lelah. Baru saja ia mengatakan niatnya pada ibunya untuk berusaha melupakan sejenak kesedihan yang ia rasakan semenjak kepergian Mike namun ia harus kembali bersedih lantaran ia sungguh-sungguh merasakan kehadiran Mike saat ini.

Sesuatu yang sukar dipercaya. Secarik kertas berisikan tulisan puisi dari seseorang yang sudah meninggal. Tambah lagi, isinya pun seolah-olah menegaskan bahwa Mike pun tak mau pergi dan berbagi alam dengan Tania. Ia masih ingin melanjutkan hidupnya bersama gadis impiannya.

Betapa tidak? Semuanya terlihat sangat jelas ekspresi bahagia Mike ketika mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahannya dengan Tania. Namun bahagia itu direnggut dalam sekejap oleh maut sebelum hari bahagia mereka tiba.

"Tania, kamu harus ke rumah sakit sekarang. Mike kecelakaan."

Bagai disambar geledek. Tania tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh seseorang yang baru saja meneleponnya. Ia tak sempat mengenali suara itu, mungkin saja Kevin; suaranya setengah bergetar karena panik.

Tanpa berpikir panjang, Tania meraih tasnya dan berusaha sesegera mungkin tiba di rumah sakit. Cincin pernikahan yang baru saja ia ambil belum sempat ia keluarkan, ia bawa serta didalam tasnya.

Tania sejenak berhenti di depan pintu ruangan Mike dirawat. Di sekelilingnya telah ada beberapa orang temannya dan juga teman Mike, Kevin dan Mega sudah ada disana. Mega berusaha menghampirinya namun Tania menahannya, ia perlahan-lahan melangkah mundur dan menjauh dengan kekuatan yang sudah tak penuh.

Disana kekasihnya terbaring dalam keadaan tak sadar diri. Kain putih dan perban yang menutupi tubuhnya masih menyisakan sedikit bercak-bercak darah meskipun petugas telah membersihkan darahnya.

Tak ada seorangpun yang berani mengatakan bahwa sesungguhnya Mike yang ia lihat terbaring disana adalah Mike yang telah meninggal. Nyawanya tak bisa diselamatkan ketika tubuh dan sepeda motornya tergeletak di pinggir trotoar jalan.

Tania hampir saja jatuh ke lantai bila saja ibunya tak segera menangkapnya. Ibunya pun tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia mengikuti putrinya dengan kendaraan yang berbeda, dengan suasana hati penuh tanya setelah mendengar Tania mengucapkan kata "tidak" di akhir pembicaraannya melalui telepon dengan seseorang.

"Ibu, aku tak kuat lagi, Bu. Kakiku tak sanggup berdiri. Tolong bangunkan Mike. Tolong," Tania memohon pada ibunya dengan suara yang sangat lemah.

Tania memaksakan dirinya untuk berjalan menghampiri Mike yang terbaring tak sadarkan diri. Ibunya memapahnya, dibantu oleh Mega. Tania memainkan bola matanya memandangi seluruh tubuh Mike yang dibungkusi dengan kain putih.

Perlahan, ia melepaskan pegangan ibunya pada bahunya dan mendekati Mike.

"Sayang, ayo bangun sayang. Kamu gak bisa lakuin ini ke aku. Kamu harus bangun, sayang. Apa-apaan sih kamu ini? Kenapa kamu harus berbaring kek gini sih?" Teriak Tania dengan suara tangisan yang melengking sambil menggoyangi tubuh Mike.

Semua teman-teman yang berdiri mengitari mayat Mike tak kuasa menahan air mata ketika melihat pemandangan haru yang ada di depan mata mereka. Tangisan pilu mengisi segala sudut ruangan.

"Mike, kamu dengar suara aku, kan? Hei, ayo bangun sayang. Aku disini. Besok kita akan menikah, lho. Kamu gak boleh tidur disini, sayang. Ayo, bangun...."

Tania mengusapi wajah Mike. Mulutnya ia dekatkan ke telinga kekasihnya yang kini tak bisa membuka mata dan memandanginya.

"Sayaaaang, ayo bangun. Aku disini. Ayo, bangun. Pulang bareng aku, yuk. Aku datang buat jemput kamu lho, sayang."

Kesal karena Mike tak merespon sedikitpun, Tania tiba-tiba menggoyang dengan sekuat tenaganya tempat tidur yang dipakai untuk meletakkan tubuh Mike hingga membuat tubuh Mike hampir terjatuh ke lantai. Beruntung Kevin dan beberapa teman lainnya dengan sigap menahan tubuh Mike. Ibunya memeluknya dengan erat dan ikut menangis bersamanya.

"Ibu, aku mau Mike. Tolong bangunin Mike, Bu. Tolong, Bu. Bangunin Mike..... "

Tak menjawab satu kata pun, ibu Maria hanya memeluk putrinya dan berusaha menenangkannya. Tania terus merengek pada ibunya unutuk membangunkan Mike.

Belum ada seorangpun yang berani mengatakan yang sebenarnya. Ibu Maria pun belum mengetahui bahwa sebenarnya nyawa Mike sudah tak bisa ditolong lagi. Harusnya mereka sudah tahu ketika mereka tiba karena tak ada satu pun alat medis yang terpasang pada tubuh Mike. Entahlah, lantaran rasa panik yang menguasai sehingga mereka tak menyadari itu.

Tania berusah mendekat lagi ke tempat tidur Mike dan meraih tangan Mike. Dengan sisa-sisa tenaga ia berusaha menggenggam tangan kekasihnya.

"Sayang, aku disi..... "

Kata-katanya terhenti dan Tania jatuh ke lantai, tak sadarkan diri. Ia pingsan. Ibunya dengan segera mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya. Mega menunduk dan membantu ibu Tania, begitu juga Kevin. Mega mengamankan tas Tania di pelukannya.

Sang ibu menggosoki minyak angin miliknya pada hidung putrinya. Air matanya tak sanggup ia bendung saat ini.

"Bu, sbenarnya Mike udah meninggal. Nyawanya gak bisa ketolong," bisik Mega pelan pada ibu Tania lalu menangis sambil memeluk Tania. Kevin merangkul bahu kekasihnya, ia pun tak bisa menahan air matanya.

Seorang sahabat yang ia kenal sejak masa putih abu-abu, yang masih mau menjaga hubungan persahabatan mereka hingga di tempat perantauan kini telah pergi untuk selama-lamanya.

Tak ada lagi pendengar setia ketika Kevin mencurahkan isi hatinya. Tak ada lagi kejutan-kejutan yang akan Mike lakukan di hadapan mereka. Semuanya telah usai. Semuanya berakhir hari ini.

                                               

                                                                      * * * * *

"Ngga, Bu. Jangan menahanku."

Tania bersih keras mengeluarkan cincin dari dalam tasnya dan meminta ibunya untuk menghubungi pastor yang akan memberkati pernikahan mereka esok.

"Aku akan tetap nikahin Mike, Bu. Tolong jangan menahanku."

"Ibu tidak menahanmu, Nak. Ibu tidak melarangmu. Ibu tahu kamu mencintai Mike, tapi bukan harus berakhir dengan cara ini untuk membuktikan besarnya cinta kalian berdua."

Semua orang yang masih berdiri di sekitar Mike menangis menyaksikan perdebatan Tania dan ibunya. Mega, salah seorang sahabat yang pernah merasakan perjuangan untuk mendapatkan cinta Mike turut merasakan betapa sakitnya hati Tania saat ini.

Tanpa seorang pun yang menyadari, di balik pintu berdiri seorang perempuan yang sudah tak muda lagi, mendengar semua rintihan Tania di dalam. Ia pun ikut menjatuhkan air matanya.

"Aku harus menebus semua kesalahan Nathan. Semoga semua yang udah aku lakuin sebelum mereka semua tiba di sini tadi berhasil untuk menggantikan lelaki malang itu..."

Segala kenangan terakhir di kamar mayat waktu itu muncul kembali dalam ingatan Tania. Andai saja waktu itu ia tetap memaksakan kehendaknya, bukan hanya selembar puisi melainkan tubuh utuh Mike pun bisa saja hadir dan berdiri di hadapannya lantaran cincin pernikahan serta sakramen perkawinan yang telah mengikat mereka berdua.

"Yang telah dipersatukan Allah, janganlah diceraikan oleh manusia."

Tania memeluk ibunya dengan erat dan membiarkan ibunya mengusap air matanya. Sang ibu memeluknya dan membiarkan putrinya menangis di pelukannya.

Sang ibu sadar, tidak mudah bagi putrinya untuk menerima semua ini. Butuh waktu lama, untuk bisa menerima semua kenyataan ini.

"Yah, tolong ambilkan segelas air putih," titah Maria kepada suaminya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
An Meo Turu
Blm apa2 udh dbikin mewek ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SALAM TERAKHIR   Tamu Spesial

    "Dan aku merindukan keluargaku: merindukan ibu, ayah dan juga adikku yang berada di kampung"Suasana rumah ibu Icha begitu ramai siang ini. Banyak pekerja pabrik yang mampir untuk makan siang. Tania sudah kembali dari tugas penelitiannya—sedang duduk bersama ibu Icha, pak Ujad dan juga si Hari yang baru pulang sekolah. Mereka sudah siap untuk makan bersama siang—inimenikmati nasi kuning buatan ibu Icha dan merayakan ulang tahun Tania.Tania mengatupkan tangan, membuat tanda salib lalu berdoa sebelum makan. Handphonenya tiba-tiba berdering sesaat, menandakan sebuah pesan masuk.Tania meraih dengan cepat setelah berdoa, membaca dan langsung memencet item bergambar video pada layar. Tetapi orang yang ia video call tak menjawab teleponnya. Ia meletakann kembali handphonenya. Mungkin Mike sedang sibuk, pikirnya."Sok eneng, diambil nasinya. Maaf yah eneng, ibu cuman bisa masak nasi kuning doang," kata ibu Icha menawarkan Tania untuk mengambil nasi."Terima kasih, Bu. Ini sudah sangat istim

  • SALAM TERAKHIR   Ulang Tahun

    "Aku ingin menjadi yang paling hangat bagimu. Aku ingin menjadi yang paling tenang di telingamu"Seperti biasa Tania bangun dan membantu ibu Icha di dapur—menyediakan sarapan bagi mereka sendiri dan juga untuk jualan ibu Icha hari ini. Hari ini ibu Icha menyediakan sebuah menu spesial. Ibu Icha memasak nasi kuning untuk makan siang mereka.Tadi malam ketika sedang duduk menonton televisi, Tania sudah mengatakan pada ibu Icha bahwa ia akan berulang tahun besok. Tania memberikan selembar uang seratus ribu kepada ibu Icha untuk membeli keperluan masak. "Tania gak bisa bantuin ibu ya, Tania mau siap-siap pergi dulu bu," kata Tania setelah selesai mengupas bawang."Iya eneng, ibu mah teu nanaon. Enang pergi aja. Nanti siang baru kita makannya rame-rame ya," jawab ibu Icha.Tania lalu bergegas ke kamar, menyediakan buku-buku dan beberapa lembar kuisioner untuk penelitiannya. Ia akan melanjutkan penelitiannya ke beberapa rumah yang belum ia singgahi kemarin.Baru saja Tania melangkahkan kaki

  • SALAM TERAKHIR   Ciuman Pertama

    "Mendoakanmu adalah caraku memelukmu dari kejauhan"Mike tengah duduk di meja piketnya. Ia meraih handphonenya dan membaca sebuah pesan dari Kevin - sebuah foto selfie dirinya dan Mega sedang duduk di meja makan.Mike tersenyum membaca caption yang ditulis sahabatnya itu. Pikirannya menerawang jauh ketika memandang bangunan tinggi lainnya di seberang jalan.Sebentar lagi Tania berulang tahun. Hanya tersisa hitungan jam saja namun gadis itu sedang tak berada di Jakarta. Mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu."Apa kabarmu hari ini, Tania? Semoga harimu menyenangkan. Semangat, kamu tidak sendiri. Doaku selalu bersamamu. Aku merindukanmu."Mike memainkan jarinya pada layar lalu mengirimi Tania sebuah pesan. Dengan begitu percaya dirinya ia mengungkapkan kerinduannya padahalnya, gadis itu masih belum resmi menjadi kekasihnya. Sebentar lagi. Tunggu saja.Mike lalu menelepon Kevin, sahabatnya yang sedang berdua bersama kekasihnya, Mega. "Halo, bro. Jangan iri ya. Kami tidak bisa mengajakmu,

  • SALAM TERAKHIR   Kado Untuk Tania

    "Genggam erat tanganku dan jangan kau lepas. Aku akan semakin mencintaimu setelah ini. Percayalah."Pagi-pagi sekali Tania sudah bangun, membantu Ibu Icha memasak di dapur. Selain menyiapkan sarapan untuk pak Ujad suami ibu Icha dan Adhari anaknya, mereka juga masak untuk para pelanggan bu Icha yang bekerja di pabrik.Rasanya sudah lama sekali Tania tidak melakukan aktivitas itu lagi. Selama hidup di Jakarta, ia tak pernah memasak sebanyak ini. Makan pun selalu dibeli dari warung, sesekali memasak sendiri di kost tapi itu juga hanya sayur dan ikan.Tania tak lupa juga mengabari Novy, temannya bahwa hari ini ia akan melakukan penelitiannya. Semalam setelah sampai, ia lupa mengabari Novy karena saking seriusnya mengobrol dengan keluarga barunya."Eneng, hampura ibu teh teu bisa temanin eneng," kata bu Icha di sela-sela menyediakan sarapan ke atas meja.Tania hanya mengangguk kecil. Ia memang tak harus mem

  • SALAM TERAKHIR   Rahasia Besar Terbongkar

    Setelah melewati perjalanan yang panjang dan melelahkan, Tania akhirnya tiba di tempat tujuannya, Desa Margaluyu. Waktu kira-kira pukul 16.37 WIB.Berkat bantuan salah seorang teman kampusnya yang merupakan putri kelahiran Desa Margaluyu, Tania akhirnya bertemu dengan Kepala Desa setempat dan dia akhirnya diantar oleh istri bapak Kepala Desa menuju rumah Ibu Icha Nur Aida, salah satu tetangga dari Novi, temannya.Perjalanan yang melelahkan namun terbayar lunas dengan sambutan hangat dari keluarga Ibu Icha. Ibu Icha adalah seorang ibu rumah tangga, usianya 56 tahun. Ia tinggal bersama suami dan seorang anak laki-lakinya yang masih duduk di bangku SMA. Suaminya bernama pak Ujad Sudrajad.Mereka memiliki sebuah warung nasi yang menjadi tempat langganan para karyawan pabrik susu, PT. Nusantara Agri Sejati Dairy Farm. Jarak pabrik susu itu tak jauh dari rumah ibu Icha - hanya melangkahkan kaki sekitar tujuh langkah, kita sudah menginjakkan kaki di area pabrik s

  • SALAM TERAKHIR   Rencana Baru

    Mike PoVMike telah siap di meja piketnya dan akan menjalankan tugasnya seperti biasa sebagai seorang security. Wajahnya tak menunjukan sama sekali ada keceriaan disana - ia masih memikirkan rencananya yang sudah gagal dan juga tantangan yang Tania berikan padanya.Tak berpikir panjang lebar, ia merogohkan tangan ke dalam sakunya lalu mengeluarkan handphonenya. Ia mencari nama Mega pada kontak lalu menelepon Mega."Halo, Mike. Ada apa?" Tanya Mega setelah menjawab telepon dari Mike.Mega tak menunggu waktu lama untuk menjawab telepon dari Mike karena handphonenya sedang berada di tangannya."Mega, apakah aku mengganggumu?" Tanya Mike cepat."Tidak, Mike. Ada apa?" Tanya Mega balik."Sepertinya rencana kita telah gagal, Mega. Tania akan pergi ke Sukabumi beberapa hari ke depan," kata Mike dengan suara datar."Berarti ulang tahunnya dia tidak di Jakarta?" Tanya Mega sambil mengernyitkan dahinya."Ya, Mega. Aku tak tahu lagi harus bagaimana," jawab Mike masih dengan suara datar."Apakah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status