Plakk-plak!
Dominic tak menyangka dengan ucapannya itu kedua pipi putihnya yang bak kulit bule itu akan terkena sampiran tangan mungil Arbia. Bahkan langsung lebam. Sudah bisa dipastikan kalau tangan gadis cantik ini bukan tangan biasa, setiap hafi pasti ditempa ilmu bela diri.
Dengan gerakan reflek Dominic mengusap-usap kedua pipinya dengan mendapatkan tatapan kecaman dan hujatan serta rasa benci dan jijik dari Arbia. Wajah natural yang mempesona itu itu kelihatan sangat galak. Tapi di hati Dominic masih bisa tersenhum melihat wajah gadis itu terlihat lucu padahal mungkin Arbia sebisa mungkin sudah menampakkan tampang narah dan galaknya.
"Nggemesin banget sich, wajah gadis ini, lucu." batinnya dalam hati.
"Maaf-maaf," ucapnya lirih sambil menunduk. Baru kali ini seorang Dominic Chalondra dengan predikat Tiger Wong menunduk dan bilang maaf pada seorang perempuan. Gila! Ini benar-benar gila!
"Sudah nggak waras kali! Si Tiger Wong ini. Bua
Mampir yuk
Dominic kaget setengah mati menyadari sanderaan kecilnya lari sekencang mungkin. Tanpa meminta tolong sama siapapun pria dewasa yang punya berjuta pesona itupun segera melesat mengehar Arbia. Sedang Arbia setengah mati berlari ke arah suara yang terdengar persis ddngan suara Axelle dan tim nya. Ketika dia hampir teriak karrna melihat sosok tegap dan tampan yang berjalan bersama dengan timnya di ujung jalan dia hampir teriak kegirangan. Namun sayang, usahanya sudah keburu gagal karena ada tangan kejar menutup mulutnya ddngan cepat. Domini Chalondra, pria itu sudah keburu membungkam mulut mungil Arbia dan memaksa menggendong gadis bertubuh kecil itu kemnali ke villanya yang ada di tengah hutan. "Om! Lepasin! Saya mau pulang! Itu tadi calon tunangan saya!" teriak Arbia yang ada dalsm grndongan kekar Dominic. Sekeian menit jantung Dominic seperti tertusuk pisau mendengar pengakuan gadis kecil itu tentang tunangannya. Ada yang berbeda dengan dirinya. Ada a
Arka hanya menghembuskan napasnya kasar. Dia paham dan sangat mengerti perasaan Axelle. Karena saat ini pun dirinya juga merasakan perasaan yang sama dengan kapten muda itu. Bahka perasaan takut lebih kuat. Hampir 24 jam lebih tak satu pun ada jejak tentang Arbia. Gadis itu menghilang seperti di telan bumi. Banyak yang bilang hutan larangan ini banyak binatang buasnya bisa jadi Arbia menjadi santapan hewan buas yang ada di hutan. Arka nggak dapat membayangkan kalau itu menimpa Arbia Sedang di tempat yang agak jauh dari tempat Arka dudu. Axelle sedang berbincang serius dengan Kaifan wakilnya. "Kap! Target pencarian hanya seminggu dati pihak atasan. Setelah itu, Kapten mau bagaimana?" Axelle menatap sekilas lalu matanya tertuju ke arah depan lurus tanpa menoleh lagi ke arah Kaifan. Hatiny terguncang dengan peristiwa menghilangnya perempuan yang sangat di pujanya itu. Rasa takut yang sangat menghantui membustnya kadang drop. Apalagi saat pencarian tidak pernah b
Masih dengan meringis Dominic Chalondra memegangi pipinya. Ini kali sekian Arbia Siquilla menamparnya tapi pria itu sama sekali tidak merasa harus marah. Malah dengan pongahnya dia tersenyum tipis. Sedang Arbia masih tersengal menata napasnya yang beberapa menit yang lalu seolah dihirup oleh makhluk berbeda alam. Oksigennya benar-benar habis oleh sesapan dan hisapan yang cuma beberapa detik aja mampu merontokkan hatinya. "Sialan!" makinya dalam hati. Rasanya dia malu sudah di cium psnas oleh pria dewasa seumuran Dominic. Namun tak bisa dipungkiri bahwa setan mana yang bisa bikin dia nyaman di perlakukan begitu oleh Dominic. Beberapa kali dia menggeleng-geleng kan kepalanya menolak semua rasa nyaman di hstinya. Dan beberapa kali dia menyebutkan nama Axele Narendra agar bayangan om-om ini cepat berlalu dari hadapannya. Dengan cepat Arbia berlari keluar menembus gelapnya mslam. Tindakan gadis kecil itu mampu membuat Dominic kalang kabut. Dengan sikap pri
Dominic mencampakkan begitu saja tubuh Ratu. Ada kekesalan dalam hatinya. Beberapa menit yang lalu, dihadapannya adalah sosok Arbia yang sangat ia gilai. Bahkan sampai pelepasannya pun dia menyebutkan nama gadis itu. Gila! Benar-benar gila. Begitu dasyatnya pengaruh gadis itu terhadap dirinya. Sampai-sampai wajah Ratu pun terlihat seperti wajah Arbia. "Bukk!" Tangannya meninju dinding yang ada di kamar di mana Arbia sedang tidak sadarkan diri. Terlihat gadis itu begitu cantik dengan muka polosnya yang natural. "Om, Aku mau pulang. Papaku pasti mencariku terus, kasihan sudah tua dan aku anak satu-satunya dari keluargaku." Begitu tenang waktu gadis itu mengucapkan kata-kata itu membuat Dominic sempat tertawa namun sekarang, bisakah Dominic melepaskan gadis muda ini. Kalau kenyataannya dia sangat tergila-gila dengan Arbia. Sesaat Dominic teringat akan saudara cloningnya. Apa kabar dia di penjara. Apakah anak buahnya bisa menyel
Pesan tterakhir dari Kaifan membuat darah Axelle mendidih. Ternyata benar, bahwa Tiger Wong yang ditangkapnya beberapa minggu yang lalu adalah cloning dari Dominic Chalondra. Dengan geram kapten muda itumengirimkan satu tim besar untuk menggelar razia besar di bandara. Menutup penerbangan jalur luar negeri untuk sementara waktu. "Axelle! Pastikan yang dibawa ke bandara itu Arbia bukan Ratu! Soalnya ada dua nama gadis yang terdaftar akan terbang ke China," seru Arka dalam perjalanan menuju ke bandara. Sedang di lapas seperti yang sudsh di rencanakan oleh Dominic, kembali lapas itu diserbu oleh orang-orang yang tak dikenal dengan menyabotase semua alat-alat senjata tajam. Anak buah Dominic sudah beraksi. "Gama! Perintahkan anak buah kamu unguk mengamankan lapas Tiger Wong. Dia saksi kunci kasus ini. Aku akan menuju bandara menghetikan pelarian Dominic Chalondra." "Baik, laksanakan!" Dalam waktu itungan detik kedua prajurit itu sudah mele
Dengan gerakan lincah Arbia meninggalkan Dominic seorang diri ditempatnya saat ini berdiri. Pria dewasa itu memandang tubuh kecil Arbia menghilang. "Akh! Sudah hilang dia. Alangkah bahagianya anak itu ketemu pacarnya," gumam Dominic sambil meninggalkan segala koper dan keperluannya. Hatinya miris dan terluka. Dia ingin menyendiri dan tidak ingin diganggu sama sekali. Secepatnya Dominic Chalondra melesat dengan mobil kebesarannya tanpa sepengetahuan petugas Bandara dan juga tim satuan dari kepolisian. [Awasi terus gadis bernama Arbia! Jangan sampai lengah sedetik pun] [Siap, Bos] [Setiap hari ada lapotan tentang gadis itu] [Siap, Bos! Laksanakan!] Setelah selesai memberi titah Dominic memejamkan mata. Sama sekali dia tidak ingin di ganggu. Di tempat lain, Arbia masih menatap ke-3 pria yang dengan gagshnya sedang mengawasi orang-orang di sekitarnya. Gadis itu menghela napas dan kembali menoleh ke tempat yang tadi di berpi
Dominic mrngumpat dalam hati. Mencaci dan memaki serta merutuk dengan segala macam ocehan sumpah serapah yang entah ditujukan kepada siapa. Saking cinta dan rindunya pada gadis kecil itu dia terbawa mimpi yang seolah nyata dan dia begitu menikmatinya. Terbukti dari celana boxer yang dipakainya sudah banjir. Dengan napas masih terengah dia mengganti pakaiannya. "Ini tidak bisa dibiarkan. Besok bisa nggak bisa dia harus ketemu arau setidaknya melihat peri kecilnya itu. Bisa gila dia kalau seperti ini terus. Sinting! Benar-benar dia sudah sinting. Dia tergila-gila ddngan Arbia yang nyata-nyata sudah punya tunangan. Alangkah bodohnya dirinya. Huft! Nggak habis pikir Domoinic dengan dirinya sendiri. Sesaat dia menggapai ponselnya dan membuka layarnya. Entah apa yang ingin dia lakukan. Dia juga bingung. [Temukan gadis yang kuinginkan!] Cuma seperti itu pesannya pada detektif pribadinya. Dia tidak tahu harus bagaimana dan dengan cara apa memi
Arbia berjengkit ketika teriakan itu melengking membuatnya seketika terbangun dari tidurnya bahkan hampir jatuh dari pembaringan. "Kakak!" suara manjanya membuat Arka tambah geregetan dan gemas melihat ekspresi ranpa berdosa itu. "Kamu tahu, nggak? Semua orang mencari sampai kayak orang gila! Eh kamu malah begini!" Suara Arka kembali melengking. Zakatia Lawalata menengahi mereka dengan mendekap puti kesayangannya ke dalam dekapannya. Memeluknya erat dan seolah tak ingin dipisahkan lagi. Sedang mamanya hanya memeluk suaminya dan mengelus pundak putdinya dengan lembut. Air mata bahagia itu tumpah sudah membasahi pipi mereka. Axelle mengurai butiran bening itu di pipinua. Dia membuang wajahnya dan menyembunyikan lelehan air matanya. Lantas gadis itu ditariknya kedalam tubuh kekarnya. Menyembunyikan tubuh kecil yang berisi itu agar tidak pernah pergi lagi. Agar tidak pernah terlihat oleh orang-orang yang ingin memisahkan dirinya dengan kekas