Reyhan panik.
Setengah berlari, dia beralih pada tas kantornya untuk mengambil charger. Diapun langsung mengisi ulang baterai ponselnya yang hampir sekarat. Bahkan tanpa sempat dia menutup kembali pintu apartemennya sepeninggal Yura tadi.
Dia mulai menyalakan kembali ponselnya yang masih tersambung pada kabel charger. Hatinya benar-benar cemas. Dia takut Katrina akan salah paham padanya.
Begitu ponselnya sudah kembali menyala, Reyhan langsung menghubungi Katrina saat itu juga.
Panggilan pertama tidak ada jawaban.
Panggilan kedua pun sama.
Tapi Reyhan tidak mau menyerah. Dia terus mencoba memanggil dan memanggil lagi.
Angkat, Trina... Angkat...
Bisik Reyhan dalam hati. Dia benar-benar khawatir.
Sampai pada panggilan ke dua puluh, Katrina tidak kunjung mengangkat Video Call dari Reyhan.
Reyhan menghela nafas panjang dan menghembuskannya dengan cepat. Dia membanting tubuhnya ke atas ranjang tempat tidur setelah menaruh kembali ponselnya di atas meja.
Reyhan menatap langit-langit kamar apartemennya yang bernuansa putih. Cukup lama. Hingga setelahnya dia justru memejamkan mata.
Bayangan Katrina seolah muncul di dalam pikirannya. Dia rindu Katrina. Dia rindu istrinya dan bayi mungilnya, Akmal.
Siluet-siluet indah saat-saat kebersamaan mereka terus berputar di memori ingatan Reyhan.
Terlebih malam-malam romantis saat dirinya dan Katrina sedang bercinta. Reyhan sadar dirinya hanya manusia biasa yang memiliki nafsu. Apalagi setelah tadi dia harus di suguhkan dengan panorama indah lekuk demi lekuk tubuh mulus nan mempesona milik Yura. Terlebih tatapan mata Yura yang seolah mengingatkannya pada tatapan sejuk milik seorang wanita yang sangat dia cintai.
Katrina...
Katrina...
Katrina...
Reyhan mengulang nama itu tiga kali dalam hatinya. Seperti yang biasa Katrina katakan kepadanya.
"Kalau Kakak rindu aku, panggil saja namaku tiga kali dalam hati, aku pasti akan datang,"
Reyhan jadi tersenyum-senyum sendiri.
Dia jadi merasa seperti anak kecil yang sedang bermain permainan konyol.
Hingga setelahnya Reyhan pun membuka mata. Dalam samar dia seperti melihat bayangan seseorang berdiri dihadapannya.
Awalnya dia tidak percaya. Tapi saat penglihatannya mulai jelas, Reyhan justru dibuatnya terperangah hebat, dia bangkit saat itu juga dari atas ranjang tempat tidurnya.
Reyhan mengucek matanya dua kali. Mencoba memastikan kembali bahwa penglihatannya kali ini tidak salah. Terlebih dia tidak sedang bermimpi.
Saat tiba-tiba dilihatnya seseorang yang kini tengah berdiri dihadapannya dengan pakaian tertutup.
Dia Yura.
*****
"Yura?" teriak Reyhan kaget.
"Maaf ya, aku langsung masuk, soalnya pintunya tidak tertutup tadi," ucap Yura, dia jadi tidak enak hati.
Yura masih mengenakan masker di wajahnya, hanya saja kini tubuhnya di tutup oleh sweater tebal selutut. Bukan pakaian tidur minim seperti tadi. Dengan pakaian seperti itu dia jadi terlihat seperti anak kecil. Imut sekali. Pikir Reyhan dalam hati.
"Ada apa lagi?" tanya Reyhan kemudian.
"Kran air di dapurku bocor, bisa minta tolong sebentar untuk menggantinya dengan yang baru? Aku sudah menelepon bagian engineering apartemen tapi lama sekali datangnya. Bahkan aku sudah menelepon sejak sore tadi. Bocornya lumayan besar jadi airnya mengalir terus," tutur Yura menjelaskan.
Reyhan berpikir sejenak hingga setelahnya dia bangkit untuk berdiri.
"Baiklah. Mari aku bantu," Reyhan berjalan di depan diikuti oleh Yura dibelakangnya.
Yura yang diam-diam terus menyembunyikan senyum licik di balik masker yang menutup wajahnya.
***
"Assalamualaikum sayang..." Reyhan tersenyum sumringah, karena pada akhirnya dia berhasil juga menghubungi istrinya.
Sehabis membantu Yura memasang kran air di dapur apartemen wanita itu tadi, Reyhan langsung kembali ke apartemennya dan menolak dengan halus tawaran Yura untuk mengobrol bersama terlebih saat Yura menyodorkan satu botol minuman beralkohol kepada Reyhan.
Reyhan tidak suka beer dan lagi dia juga tidak mau berlama-lama hanya berdua saja di dalam satu ruangan tertutup bersama wanita lain yang jelas-jelas bukan mahramnya. Meski setelahnya, Reyhan sempat mendapati ekspresi kesal dari tatapan mata Yura. Entah kenapa Reyhan merasa kalau Yura itu bukan wanita baik-baik.
"Waalaikum salam." Jawab sebuah suara di seberang. Nada bicaranya terdengar dingin.
"Marah ya?" tanya Reyhan to the point. Dia sangat paham sifat istrinya jika nada bicaranya sudah seperti itu.
Katrina tidak menjawab.
"Hallo? Trina? Kamu masih di situkan?" Reyhan menukar posisi ponselnya ke telinga kanan. Lalu dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidurnya.
"Gemes deh kalau udah ngambek? Jadi pengen cium kamu," Reyhan mencoba menggoda Katrina, mungkin dengan sedikit rayuan gombal ala recehnya hati Katrina bisa luluh. Pikir Reyhan membatin.
"Halo? Trina? Kok diem sih?" Reyhan kembali bicara ketika Katrina tak kunjung bersuara.
"Siapa wanita yang bernama Yura?" sambung Katrina cepat.
Reyhan tertawa pelan. Oh, jadi itu masalahnya?
"Yura itu, tetangga sebelah apartemenku di Busan. Kemarin ponselku tertinggal di apartemen Yura, makanya aku jadi tidak bisa menghubungimu. Maaf ya..."
"Tertinggal?" lagi-lagi Katrina memotong kalimat suaminya.
"Ya, kemarin malam itu ada masalah yang cukup serius menimpa Yura. Aku sendiri kurang mengerti apa masalahnya, tapi dari apa yang telah aku lihat, sepertinya Yura telah menjadi korban pemerkosaan," jelas Reyhan apa adanya.
Katrina cukup terkejut, meski dia merasa harus tetap melanjutkan interogasinya.
"Lalu, Jam berapa tadi kakak mandi?" tanya Katrina lagi.
Kening Reyhan berkerut samar. Mandi jam berapa? Dia mengulang pertanyaan Katrina dalam hati. Pertanyaan yang menurutnya sedikit aneh.
"Aku mandi jam..." Reyhan mencoba mengingat-ingat jam berapa tadi dia mandi.
"Jam delapan lewat, mau setengah sembilan. Memangnya ken..." apa.
"Kakak mandi dimana?" Katrina kembali menyela kalimat Reyhan. Dia bertambah gelisah.
Reyhan tertawa keras mendengar pertanyaan istrinya. Katrina ini kenapa sih sebenarnya?
"Aku mandi di kamar mandilah, masa aku mandi di tengah jalan? Nanti banyak yang minta foto lagi," Reyhan tertawa terbahak-bahak.
"Aku lagi nggak bercanda, Kak!" balas Katrina emosi.
"Oke-oke serius deh," ucap Reyhan lagi di sisa tawanya. Mungkin ini efek PMS. Biasalah wanita, pikir Reyhan lagi.
"Tadi, wanita yang bernama Yura itu yang angkat panggilan Video aku. Dia cuma pakai handuk yang bahkan keadaannya hampir melorot, terus dia bilang kakak sedang mandi, bahkan dia melongok ke dalam kamar mandi seolah-olah dia sedang berbicara dengan Kakak di kamar mandi... " Katrina menghentikan kalimatnya. Dia mulai menangis terisak dan sesenggukan seperti anak kecil.
Sementara Reyhan yang mulai menyadari kalau istrinya sekarang sedang menangis, hanya diam mendengarkan apa yang dikatakan sang Istri kepadanya.
"Lalu... Lalu dia bilang padaku katanya Kakak menyuruhku untuk menghubungi lagi nanti, karena Kakak belum selesai mandi. Semua itu bohongkan?" Tangis Katrina semakin pecah.
Reyhan sendiri jadi tidak mengerti, dia percaya istrinya tidak mungkin berbohong. Tapi, apa motif Yura melakukan itu semua? Reyhan benar-benar tidak habis pikir.
"Trina, seharian tadi sepulang dari kantor, aku tertidur di apartemenku sampai malam. Soalnya sejak sore tadi aku pulang dari kantor dan berniat untuk mengambil ponselku di apartemen Yura, tapi Yura belum pulang ke apartemennya. Dan baru malam ini dia mengembalikan ponselku. Percaya padaku Trina. Memangnya selama ini aku pernah membohongimu? Tidakkan?" tutur Reyhan yang mulai cemas.
Katrina terdiam untuk beberapa saat, hanya isakan tangisnya yang terdengar di telinga Reyhan.
"Sudah jangan menangis terus," pinta Reyhan.
"Benarkan Kakak tidak berbohong?"
"Astagfirullah al-adzim, Trina... Sumpah demi kamu dan Akmal, aku tidak berbohong!"
"Lalu bagaimana ceritanya ponsel Kakak bisa tertinggal di apartemen Yura?"
Reyhan mendesah berat dan terpaksa mengulang ceritanya tadi mengenai insiden yang terjadi di apartemen Yura kemarin malam.
Katrina mendengarkan sembari sesekali beristighfar. Dia jadi ikut prihatin.
"Sudah mengerti sekarang?" ucap Reyhan saat selesai dengan ceritanya.
"Iya. Maaf kalau aku sempat berpikir buruk tadi. Habis aku syok melihat Yura di Video Call itu. Kakak jangan terlalu dekat dengan dia. Aku tidak mau Kakak jadi terlibat dengan masalah orang lain yang ujung-ujungnya merugikan diri kakak sendiri,"
"Loh.. Kok kamu bicaranya seperti itu? Bukankah dalam Islam kita di ajarkan untuk saling tolong menolong antar umat beragama?"
"I-iya sih... Tapikan kalau malah merugikan diri sendiri juga tidak baik. Ya sudah, kalau begitu aku tidak jadi pergi ke Busan minggu depan,"
"Loh kenapa tidak jadi?"
"Kan aku sudah tahu kalau masalah Yura tadi tidak benar,"
"Oh... Begitu? Ya sudah kalau begitu aku buat menjadi benar saja, supaya aku bisa lebih cepat bertemu dengan istri dan anakku, bagaimana?" ancam Reyhan seraya tersenyum jahil.
"Enak saja! Awas ya kalau sampai macam-macam?" ancam Katrina balik. Reyhan kembali tertawa, membayangkan wajah istrinya dalam keadaan seperti ini pasti sangat lucu.
"Ya, aku sih tidak memaksa. Kesehatanmu jauh lebih pentingkan? Oh ya, Akmal sedang apa?"
"Baru habis pup, lalu aku ganti popoknya. Terus aku susui dia langsung tidur,"
"Kamu tidak tidur?"
"Kakak juga tidak tidur?"
"Aku merindukanmu, jadi tidak bisa tidur,"
"Kan sudah kubilang, kalau rindu aku,"
"PANGGIL SAJA NAMAKU TIGA KALI, AKU PASTI LANGSUNG DATANG!"
Reyhan dan Katrina mengatakan kalimat itu secara bersamaan dengan suara yang keras, hingga setelahnya merekapun tertawa bersamaan juga.
Malam ini, tak apalah mereka melepas rindu hanya melalui suara.
Meski jarak memisahkan tapi hati mereka tetaplah satu.
Itulah karunia sang Ilahi yang mampu mempersatukan dua hati. Berjuta maknanya indah, karena cinta yang sejati.
***
Pantai Haeundae terlihat perkasa dengan ombak yang relatif besar dan angin yang kencang. Karena daerah Busan ini di kelilingi pegunungan dan pantai, suasana pantainya dingin dan sejuk. Pantai ini bersih dengan lautan pasir yang menambah daya tariknya. Cocok bagi mereka yang ingin menghabiskan waktu liburan bersama keluarga. Menikmati keindahan pantai dan pemandangan gedung-gedung tinggi serta beberapa resort disekitar Pantai Haeundae. Semua panorama itu membuat suasana pantai terasa agak berbeda.
Suara ombak yang menghantam pantai sangat merdu di telinga Reyhan. Dentumannya menenangkan hati.
Weekend ini, Reyhan bosan berada di apartemen seharian.
Sendirian.
Maka jadilah, dia meminta Pak Satoshi mengantarnya berkeliling sejenak untuk mengusir penat.
Reyhan masih duduk sendirian di bibir pantai Haeundae saat matahari senja mulai beranjak turun dari peraduannya. Dia masih asyik berkhayal dengan imajinasinya sendiri.
Reyhan membayangkan sore ini dia dan Katrina ada di sini, beserta Akmal. Pasti rasanya akan sangat menyenangkan. Bisa bermain air di tepi pantai. Membangun istana pasir serta berlarian bebas dan tertawa bersamaan. Meski hanya sebatas khayalan. Tapi cukup untuk mengukir senyuman. Dan rasanya sangat nyaman.
Reyhan kembali teringat dengan permainannya dengan Katrina. Saat rindu, dia bisa memanggil nama istrinya tiga kali. Hal itu sudah seringkali dia lakukan dan bisa dikatakan cukup berhasil untuk membunuh rasa rindunya yang semakin hari semakin menyiksa.
Reyhan mulai menutup mata dan mengucapkan lagi dan lagi, satu nama itu di dalam hatinya. Tiga kali.
Hingga sesuatupun terjadi.
Reyhan membuka matanya dan mendapati sesosok wanita kini duduk tepat disampingnya seraya memandang ke arahnya.
"Hai?" sapa wanita itu. Dia tersenyum manis dibalik masker wajahnya.
Reyhan yang terkejut, reflek melepas kacamata hitam yang dia gunakan.
"Yura?"
"Kenapa? Setiap melihatku seperti melihat hantu saja?" ucap Yura cemberut.
Reyhan tersenyum tipis. Dia pikir, Yura tidak akan berani mendekatinya lagi setelah kemarin, Reyhan memarahi wanita itu karena kelakuannya hampir membuat hubungan Reyhan dengan Katrina berantakan. Dan Reyhan jelas tidak menyukainya. Ditambah lagi, setelah Yura mengatakan dengan sangat santainya, bahwa apa yang dia lakukan waktu itu di dalam Video Call dengan Katrina hanya iseng belaka. Yura bilang, dia hanya ingin melihat sejauh mana hubungan Reyhan dan Katrina itu bisa terjalin dengan baik disaat mereka harus hidup saling berjauhan. Padahal diam-diam, Yura tak henti-hentinya memaki dalam hati karena rencananya kembali gagal. Termasuk rencananya saat dia ingin membuat Reyhan mabuk. Nyatanya laki-laki itupun tidak suka meminum-minuman beralkohol. Sungguh sosok laki-laki yang sangat ideal.
"Aku sudah dimaafkan belum?" tanya Yura lagi, memulai percakapan.
"Apa? Maaf?"
"Iya, maaf? Masalah video call itu?"
"Asal kamu tidak kembali macam-macam untuk terlalu ikut campur dalam masalah rumah tanggaku, aku sih fine-fine saja."
"Oke, janji. Aku tidak akan iseng lagi," Yura mengacungkan jari kelingkingnya di depan hidungnya.
Reyhan tersenyum tipis dan kembali menatap arah laut.
"Katrina itu pasti sangat beruntung ya?" ucap Yura saat mereka sempat terdiam untuk beberapa saat. Yura mengikuti arah pandang Reyhan.
"Bukan Katrina yang beruntung, tapi aku yang beruntung bisa memiliki dia." ucap Reyhan dengan penuh keyakinan.
"Aku sudah melewati ratusan purnama, mengarungi luasnya samudra, menerjang ribuan badai nestapa dan menunggu di ujung getir asa yang hampir binasa, hanya demi mewujudkan mimpiku menjadi nyata, yaitu hidup bersama Katrina, sampai akhirnya aku harus menutup mata,"
"Wowww... Syair yang hebat tuan Reyhan. Pujangga cinta ternyata?" puji Yura takjub. Dia sempat bertepuk tangan beberapa kali.
"Itukan hanya sekedar kata-kata. Ada yang lebih hebat dari itu, kamu mau tau?"
"Apa?"
"Rasa cintaku pada Katrina. Tidak dapat diungkap dengan bahasa apapun, kata apapun, kalimat apapun, bahkan dengan apapun yang ada di dunia ini."
Yura tertegun.
Kalimat itu dirasanya sangat berlebihan hanya untuk mengekspresikan sebuah perasaan yang kita miliki pada seseorang. Tapi, hal itu jadi terasa pas saat seorang Reyhan yang mengatakannya. Kalimat itu terdengar tulus dengan tatapan mata yang penuh dengan kejujuran. Bahkan Yura sampai dibuatnya tidak dapat mengalihkan pandangannya selain ke arah Reyhan. Sedikitpun.
"Katrina itu seperti bidadari bagiku. Dia sempurna. Dia cantik, dia manis, dia baik, dia wanita yang sholehah, dia pintar, dia anggun. Aku mengenalnya sejak SMA. Dia cinta pertamaku. Tapi saat itu, sayangnya, aku dan dia berbeda agama. Katrina itu seorang muallaf. Dulu agama Katrina sama dengan agamamu sekarang, Katolik. Sampai akhirnya dia mendapat hidayah lalu masuk islam. Kamu percaya tidak, kalau aku bertahan dengan status jomblo sampai lebih dari sepuluh tahun, cuma demi Katrina. Perjalanan cinta kami itu begitu rumit dan panjang, sangat panjang bahkan. Tapi, pada akhirnya, aku dan dia kini dipersatukan juga. Dan aku sangat bersyukur bisa memiliki Katrina dalam hidupku. Aku merasa jadi laki-laki paling beruntung sedunia." Senyum terus terukir di wajah Reyhan saat dia kembali flashback pada cerita panjang masa lalunya bersama Katrina.
Tanpa sedikitpun dia menyadari, bahwa ada hati lain yang patah mendengar semua perkataan itu. Ada hati lain yang membenci saat mendengar semua kenyataan itu.
Yura mengerti sekarang, mengapa Reyhan sangat sulit didekati. Dan semua itu karena perasaan cinta laki-laki itu yang begitu besar dan luar biasa untuk Katrina, saudara kembar Yura sendiri.
Lantas, mampukah Yura menembus dinding pembatas cinta suci mereka?
Mampukah Yura memutus tali cinta yang kokoh yang telah mereka bentangkan selama ini? Mampukah Yura membunuh perasaan mereka yang telah terjalin abadi di dasar sanubari? Dan mampukah Yura menemukan apa arti dibalik kata cinta sejati?Meski sulit, meski rumit, meski harus sakit dan terbelit cinta yang pahit, tapi Yura tidak akan berhenti, apalagi menyerah. Kata menyerah tidak ada di dalam kamus kehidupan seorang Souyura Yeon Jin.
Dan untuk mewujudkan apa yang ingin diraih, tentu harus ada usaha dan pengorbanan.
Yura akan terus mencoba.
Meski harus dengan cara kotor sekalipun.
Sebaik apapun seorang Reyhan, dan se-setia apapun dia pada istrinya, dia tetaplah seorang lelaki yang butuh belaian wanita.
Mungkin Yura hanya perlu sedikit bersabar.
Yura pastikan, cepat atau lambat, Reyhan pasti jatuh dan bertekuk lutut dihadapannya.
Jangan lupa vote dan komentar ya supaya author semangat update...
Semburat cahaya mentari menyembul dari balik jendela yang tak tertutup sempurna oleh gorden. Kelopak mata seorang wanita mengernyit saat titik cahaya itu menembus korneanya. Dia pun membuka matanya. Menguceknya pelan. Dia menatap ke arah samping dimana sang pangeran hatinya seharusnya tertidur di sana. Namun tak ada seorang pun di ranjang itu selain dirinya. Bahkan saat dia menyapu seluruh ruangan kamar sederhana itu, tak juga ditemukannya sosok suami tercintanya. Perlahan tapi pasti, dia pun bangkit dari tempat tidur dengan sedikit kepayahan. Perut buncitnya membuat ruang geraknya mulai terbatasi. Ya, itu semua karena kehamilannya kini sudah memasuki usia tujuh bulan.
Hidayah, memang hanya milik Allah SWT. Maka sejatinya, tak pantas bagi kita mencap seseorang adalah musuh abadi islam hanya karena dirinya seorang kafir atau hanya karena dirinya adalah seorang pendosa. Kita, manusia yang amat lemah ini, tak paham bagaimana skenario perjalanan hidup seseorang. Dan Yura membuktikannya. Cahaya Islam merasuk ke dadanya, bahkan dengan cara yang tak pernah dia sangka-sangka.Yura, yang dulunya adalah seorang pelacur kelas atas, yang bahkan dalam satu malam bisa melakukan zina dengan beberapa pelanggan yang membookingnya.Yura, yang dulunya adalah seorang pendengki yang bahkan dengan tega menghalalkan segala cara hanya untuk menghancurkan rumah tangga saudara kembarnya sendiri.Yura, yang dulunya bahkan tak tahu bagaimana caranya
Yura telah sadar dari koma. Meski kondisinya masih sangat lemah. Seo Jun terus menemani Yura sepanjang hari, bahkan Seo Jun hampir menghabiskan seluruh waktunya di rumah sakit untuk menjaga Yura saat Yura sudah di pindah ke dalam ruang perawatan.Semakin hari kondisi Yura berangsur pulih dan luka operasi di alat kelaminnya pun sudah mengering dan tinggal menunggu proses pemulihan lebih lanjut. Awalnya, Yura sempat terpukul saat mendengar berita bahwa dirinya keguguran, namun berkat semangat dan perhatian yang diberikan pihak keluarga Katrina yang juga telah menjadi keluarganya, kesedihan Yura bisa sedikit terobati, bahkan saat dilihatnya Seo Jun yang terus menerus berada di sisinya, seperti tak mengenal lelah, suaminya itu terus mendampingi Yura memberinya semangat, membuat Yura terharu.Yura sangat bersyukur atas semua ka
Setelah tragedi berdarah itu berlangsung, pihak pemerintahan Korea langsung mencopot jabatan Goh Kun Ling sebagai perdana Menteri di Korea Selatan sebelum terjadinya aksi anarkis warga korea yang geram atas aksi kejam Jimmy yang kini menjadi berita terpanas di Korea. Di mana Jimmy tengah mencemarkan nama baik Korea Selatan di mata dunia dengan memperkosa secara terang-terangan seorang wanita muslim asal Indonesia bernama Katrina Kania Ifana.Wibowo Hadi Sastro Sudiro selaku Bapak Mertua dari Katrina jelas tidak bisa tinggal diam saat mendengar berita itu terkuak ke media. Hadi beserta jajaran pemerintahan Indonesia, langsung mendatangi Korea untuk menuntut pemerintahan Korea yang dianggapnya telah lalai menjaga keselamatan warga negara asing di negaranya.Dan hal ini semakin menjadi pukulan keras untuk pemerintahan Korea,
Jimmy menarik kasar rambut Yura sampai lilitan rambut itu terlepas dari ikatannya. Hingga rambut panjang Yura kini tergerai bebas di balik punggungnya. Wanita itu meringis kesakitan."Ahh.. Lepas, sakit!" teriak wanita be'rok sepan itu yang terlihat kewalahan saat Jimmy menyeret tubuhnya secara paksa."Jimmy, hentikan! Aku yang kamu inginkan! Lepaskan Yura!" teriak seorang wanita bercadar yang kini berdiri di sisi Reyhan. Sementara Reyhan terus mendekap tubuh istrinya yang kian meronta-ronta dengan dekapan yang semakin kuat. Dia tidak akan mungkin melepas Katrina begitu saja. Meski, Reyhan merasa hatinya seolah teriris melihat perlakuan kejam Jimmy pada Yura saat ini. Bahkan Jimmy dengan kasar tengah menampar pipi Yura beberapa kali hingga pipi wanita itu biru lebam. Bahkan hidungnya kini mengeluarkan darah. Reyhan jelas m
Reyhan terperangah hebat saat mendapati kabar dari Pak Satoshi bahwa Katrina telah kabur dari Bandara saat dia baru saja memastikan bahwa Katrina dan Akmal kini sudah berada di dalam pesawat menuju Indonesia. Tapi nyatanya, pesawat itu belum juga berangkat sampai detik ini.Hari sudah gelap. Dan mereka semua belum menemukan titik temu atas masalah yang terjadi.Ini bukan kasus penyekapan pertama yang dilakukan oleh Jimmy Ling. Lima belas tahun lalu, laki-laki itu pun pernah melakukan aksi serupa di sekolahnya dan dengan jumlah tawanan yang lebih banyak dari sekarang. Saat itu pihak kepolisian bertindak gegabah dengan menyepelekan Jimmy yang di anggapnya masih di bawah umur sehingga mudah untuk di kelabui, meski setelahnya aksi pihak kepolisian mendapat kecaman keras karena sudah bertindak gegabah sampai mengakibatkan enam