Share

8. SAUDARA KEMBAR

"Astaga, Yura... Lihat tubuhmu, lebam-lebam begini? Bagaimana kamu bisa syuting kalau seperti ini?" pekik Keke saat dia melihat Yura sedang mengompres luka-luka di sekujur tubuhnya pagi ini.

Keke sengaja mendatangi Yura pagi-pagi sekali ke apartemennya. Karena hari ini Yura ada jadwal syuting di daerah yang cukup jauh. Jadi harus berangkat pagi-pagi sekali.

Hari ini Keke mulai kembali bekerja sebagai asistan pribadi Yura, karena masa cutinya sudah berakhir.

Keke baru saja menikah dan kemarin dia cuti untuk berbulan madu ke Seoul. Dan kini dia jadi terperangah tak percaya saat dia melihat keadaan Yura yang begitu mengenaskan.

"Akukan sudah bilang berkali-kali, berhentilah bekerja sebagai wanita panggilan. Resikonya besar Yura, sangat berbahaya. Jika kamu mengundurkan diri secara baik-baik pasti mereka mengerti. Lagipula kamu sudah bekerja selama belasan tahun, dan hutang-hutang ayahmu itu harusnya sudah lunaskan? Jadi untuk apa lagi mereka masih terus menahanmu? Memang perjanjian awalnya bagaimana?" tanya Keke yang memang sejak awal sudah mengetahui masalah yang selama ini dihadapi oleh Yura. Keke adalah sahabat Yura semasa sekolah dulu.

Saat itu mereka bersahabat tiga orang. Yura, Keke dan Soumi. Persahabatan mereka sudah seperti saudara. Bahkan lebih dari sekedar saudara. Mereka sangat dekat satu sama lain dan saling percaya.

Saat Yura memenangkan lomba sebagai top model asia, Soumi juga mengikuti lomba itu, tapi dia kalah. Hingga setelahnya Yuralah yang membantu Soumi mencarikan produser rekaman untuk Soumi, karena memang suara Soumi cukup bagus menurut Yura dan Keke. Bahkan Yura sampai rela di ajak tidur oleh sang produser rekaman supaya Soumi bisa diterima menjadi penyanyi, hingga akhirnya persahabatan mereka hancur saat Yura mengetahui kalau Soumi tengah menikungnya dari belakang. Soumi yang diam-diam menjalin hubungan gelap dengan Lee Min Hyuk, yang saat itu masih berstatus sebagai Suami Yura, sahabatnya sendiri.

Dan sejak saat itulah, hubungan Yura dan Soumi tidak lagi akur justru malah saling menjatuhkan satu sama lain. Sementara Keke yang netral lebih memilih Pro ke Yura yang dianggapnya sudah menjadi korban Soumi yang tidak tahu diri itu. Sudah dibantu, tapi malah menusuk dari belakang. Keke sangat membenci Soumi.

Dan jadilah kini Keke menjadi satu-satunya tempat Yura mencurahkan segala isi hatinya selama ini. Segala kemelut hidup yang Yura alami, Keke mengetahuinya. Bahkan sampai pada hal-hal yang sangat kecil.

"Aku sudah pernah mencoba cara itu, dengan mengirim sebuah pesan kepada si Mucikari yang selama ini selalu menjadwalkan bookingan untukku setiap malam. Aku mencoba meneleponnya tapi tidak di angkat. Aku mengiriminya pesan tapi juga tidak dibalas. Padahal aku bilang, aku hanya ingin berhenti. Aku ingin berhenti menjadi wanita panggilan bahkan jika aku harus membayar sejumlah uangpun aku rela, tapi sayangnya, tetap tidak ada jawaban. Saking kalut akhirnya aku mengancam mereka untuk melaporkan mereka ke Polisi, tapi setelahnya aku justru malah mendapat sebuah ancaman balik, mereka bilang, mereka tidak takut pada polisi. Mereka lebih pintar dari polisi. Bahkan aku sendiri tidak tahu siapa mereka. Siapa orang-orang yang duduk manis dibelakang website resmi Prostitusi Online itu. Dan lagi, kalau aku sampai lapor polisi. Karirku juga akan hancur di dunia Hiburan. Belum lagi nyawa Ayah dan Kakakku akan terancam. Aku tidak mau Keke. Aku tidak mau menyusahkan orang lain hanya karena masalahku. Apalagi kamu tahukan, kalau Kak Seo Jun selama ini begitu baik padaku. Aku tidak sampai hati dan tega membiarkan nyawanya terancam akibat ulahku. Aku tidak punya pilihan lain, Keke. Tidak ada jalan keluar lagi," Yura menangis terisak dibalik dada sahabatnya, Keke.

Keke berusaha memaklumi posisi Yura yang memang serba sulit. Keke sangat merasa kasihan pada Yura. Meski kini dia tidak bisa melakukan banyak hal untuk menolong Yura, tapi Keke akan berusaha mencari jalan keluar untuk Yura, supaya sahabatnya itu, bisa mendapat kehidupan yang layak seperti wanita-wanita pada umumnya. Kehidupan yang sempurna.

"Baiklah, sabar saja Yura. Semoga Tuhan membukakan pintu keluar atas semua masalah-masalahmu itu. Sudah, sekarang aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Sana cepat bersiap-siap. Jadwal syutingmu hari ini akan aku cancel semua. Hari ini, kamu harus beristirahat total di apartemen. Oke," perintah Keke pada Yura yang langsung beranjak menuju kamar mandi. Tapi langkahnya jadi terhenti saat dia melihat sebuah ponsel tergeletak di atas meja kecil di dekat pojok ruangan apartemennya. Yang jelas itu bukan ponselnya. Tapi ponsel siapa? Apa mungkin, milik Jimmy atau Tae Suk? Yura hanya bisa bertanya-tanya dalam hati tanpa berniat melihatnya lebih dekat. Dia takut itu adalah Ponsel salah seorang psikopat yang malam tadi tengah menyiksanya sampai babak belur seperti ini. Jadilah dia membiarkan Ponsel itu tetap di tempat semula.

Tepat satu detik, saat Yura hendak melanjutkan langkahnya, tiba-tiba ponsel itu berdering, menandakan sebuah telepon masuk.

Tertulis di layar tersebut tulisan.

My Wife memanggil...

Tapi bukan tulisan itu yang membuat Yura jadi membelalakkan mata, melainkan sebuah gambar yang tertera di sana.

Hingga setelahnya dia mengambil dengan cepat ponsel itu lalu memperhatikan sebuah foto yang muncul di layar ponsel dengan seksama.

Foto itu adalah foto seorang wanita.

Seorang wanita yang sedang berpose di atas tempat tidur menggunakan gaun tidur putih panjang.

Dan wajah wanita itu, mirip sekali dengan wajahnya.

Yura sungguh tidak percaya!

***

Malam tadi Reyhan tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Dia baru tersadar ponselnya tidak ada di saku celananya saat dia sudah siap untuk tidur dan berniat untuk menghubungi Katrina melalui Video Call. Sebelumnya, Reyhan sempat mencarinya terlebih dahulu di meja-meja dan laci kamar Apartemennya tapi tak ditemukannya juga.

Ketika dia mengingat-ingat kembali, kira-kira dimana dia terakhir menaruh benda pintar itu, Reyhan baru ingat, kalau ponselnya pasti tertinggal di apartemen Yura saat dia hendak menolong wanita itu malam tadi.

Reyhanpun bangkit dari tempat tidurnya dan berniat untuk mengambil ponsel itu di apartemen Yura, hanya saja, dia jadi urung melakukan niatnya saat diingatnya wajah Yura yang begitu syok tadi.

Reyhan hanya tidak ingin mengganggu istirahat wanita itu hanya dengan masalahnya yang sepele yaitu sebuah ponsel yang tertinggal. Lagipula, besok masih ada waktu untuk mengambilnya. Pikir Reyhan dalam hati. Meski dia tahu, pasti Katrina menunggu video call darinya, tapi besok Reyhan akan langsung menjelaskannya pada Katrina tentang masalah yang sebenarnya terjadi. Dia yakin, Katrina pasti akan mengerti.

Dan pagi harinya, ketika Reyhan sudah rapi dengan seragam kantornya, Reyhan berniat untuk mengambil ponselnya yang tertinggal semalam di apartemen Yura. Tapi setelah dia memencet bel apartemen itu sebanyak sepuluh kali, bahkan lebih, nyatanya tak ada yang membuka pintu itu dari dalam.

Apa mungkin Yura sudah meninggalkan apartemennya?

Tanya Reyhan membatin.

Dia jadi melirik jam tangannya, baru pukul tujuh pagi. Jadilah Reyhan terpaksa beranjak juga dari tempat itu. Dengan membawa beribu kecemasan di dalam benaknya.

Semoga Katrina tidak salah paham!

Harap Reyhan dalam hati.

***

Bandung, Indonesia.

"Luna-Hanin-Akmal-Yumna lihat kesini, satu, dua, tiga, Smileee..."

Klik.

Luwi berhasil mengabadikan momen kebersamaan si kecil yang kini sedang bermain bersama di taman belakang rumah mereka.

Bi Lisa terlihat memangku Akmal, sementara Yumna duduk di sebelah Bi Lisa sambil memeluk Luna dan Hanin yang duduk di depannya. Mereka semua tertawa girang di dalam foto itu.

"Mba, ayo kita foto-foto yuk?" ajak Luwi pada Katrina yang sedari tadi terus menerus sibuk mengecek layar ponselnya.

"Kamu duluan saja, Luwi," jawabnya pelan. Luwipun beranjak mendekati anak-anak.

Malam tadi Reyhan berjanji untuk menghubunginya lewat Video Call, tapi sampai pukul dua pagi Katrina tidak juga mendapatkan ponselnya berdering, bahkan setelah Katrina berulang kali menghubungi suaminya balik, telepon itupun tetap tidak diangkat-angkat.

Selisih waktu antara Jakarta dan Busan, hanya kurang lebih dua jam, jadi jika semalam Katrina menunggu telepon Reyhan hingga jam dua pagi, berarti di sana sudah jam empat pagi. Awalnya Katrina berpikir mungkin suaminya itu kelelahan dan langsung ketiduran sesampainya di apartemen. Tapi kalau benar begitu, harusnya sejak tadi pagi, Reyhan sudah menghubunginya balik. Bahkan hingga saat ini, saat waktu senja sudah lewat, Katrina belum juga mendapat kabar terbaru dari suaminya. Dan hal itu jelas membuat Katrina cemas dan sangat khawatir. Dia takut terjadi hal-hal buruk menimpa suaminya, padahal sebelumnya Reyhan bahkan hampir setiap lima belas menit sekali selalu menyempatkan diri untuk mengirimkan pesan pada Katrina. Meski hanya sekedar kata-kata singkat.

Lagi apa sayang?

Kamu sudah makan belum?

Akmal lagi apa? Papa, Kangen Akmal...

Trina, kamu sudah tidur?

I love you my honey... Selamat siang...

Kangen banget sama kamuuu...

Tapi kenyataannya, sampai detik ini ponsel Katrina mendadak bisu.

Hingga setelahnya dia hanya bisa berdoa, demi memohon perlindungan Allah atas diri suaminya.

Ya, Allah, Lindungi suamiku, dimanapun dia berada, Aamiinnn...

Doa Katrina dalam hati.

*****

"Siapa wanita di foto ini, Ayah?" tanya Yura sore itu, saat dia meminta Keke mengantarnya ke salah satu rumah sakit di Busan, tempat dimana ayahnya kini di rawat.

Yura akhirnya terpaksa mendatangi ayahnya bahkan setelah bertahun-tahun dia tidak pernah lagi bertemu dengan Ayahnya.

Dan kedatangannya kali ini hanya demi semata-mata menanyakan satu hal yang dianggapnya penting. Bahkan teramat sangat penting.

Persisnya sejak tadi pagi saat Yura mendapati ponsel milik Reyhan tertinggal di apartemennya.

Ya, Reyhan, seorang laki-laki berkewarganegaraan Indonesia yang kini menjadi tetangga baru di apartemennya.

Ya, Reyhan, seorang laki-laki yang malam tadi dengan penuh keberanian telah menyelamatkan dirinya dari keganasan laki-laki biadab yang sedang menyiksanya.

Ya, Reyhan, seorang laki-laki yang sejak awal pertemuannya dengan laki-laki itu, bahkan telah mampu membuat perasaan Yura menjadi tidak karuan.

Degup jantungnya kian berpacu dengan cepat saat dirinya harus berdiri dengan jarak yang begitu dekat dengan laki-laki itu, tangannya kian gemetar saat tangan hangat laki-laki itu menjabat tangannya. Bahkan tatapan mata laki-laki itu yang begitu mempesona seolah membuat Yura dimabuk kepayang, hingga pada akhirnya, Yura kembali mendapati satu hal yang dia yakini didalam hatinya terhadap laki-laki itu, Yura yakin dengan hatinya yang mengatakan bahwa Reyhan adalah laki-laki baik.

Yura yakin terhadap hatinya saat tadi malam, Reyhan terlihat begitu mengkhawatirkan dirinya. Reyhan terlihat begitu perhatian terhadapnya. Bahkan Reyhan seolah tidak takut dengan ancaman Jimmy yang terlihat begitu marah padanya. Yura sungguh terharu. Dia terus tersenyum jika membayangkan wajah Reyhan tadi malam saat hendak membantunya.

Dan kini, saat Yura melihat seluruh isi percakapan di kotak masuk dan terkirim, seluruh foto-foto yang tersimpan, serta catatan-catatan penting yang tertera di kolom aplikasi note, di dalam ponsel milik laki-laki itu, Yura mendapati sesuatu yang sangat-sangat membuatnya terkejut. Dimana nomor yang tersimpan di dalam kontak ponsel dengan nama 'My Wife' itu adalah seorang wanita bercadar bernama Katrina yang wajahnya sangat mirip dengan Yura. Dan dari semua foto-foto kebersamaan Reyhan dengan istrinya itu, Yura hanya melihat adanya kebahagiaan.

Kebahagiaan yang selama ini selalu menjadi impian dalam hidupnya. Kebahagiaan yang nyata, saat kamu bisa menjadi seorang istri dari laki-laki yang begitu mencintaimu. Kebahagiaan yang nyata, saat kamu bisa menjadi seorang ibu dari anak-anak yang menjadi pelengkap kesempurnaan rumah tanggamu. Pun kebahagiaan yang nyata, saat kamu bisa tinggal di sebuah rumah mewah bak istana negeri dongeng dalam sebuah keluarga besar yang pastinya sangat-sangat menyayangimu.

Dan semua itu dimiliki oleh dia. Ya, wanita itu. Wanita bernama Katrina itu. Begitulah nama yang dia ketahui saat dia melihat seluruh pesan-pesan yang Reyhan kirim pada istrinya.

Dan dari semua pesan-pesan itu, Yura bisa menyimpulkan sesuatu, bahwa Reyhan sepertinya sangat mencintai istrinya.

Hingga setelahnya, beberapa pertanyaan-pertanyaan itupun hinggap dikepala Yura, pertanyaan-pertanyaan yang seharian ini terus mengganggu ketenangan jiwanya. Dan pertanyaan-pertanyaan itu adalah...

Siapa sebenarnya wanita bernama Katrina itu?

Kenapa wajah Katrina bisa begitu mirip dengan wajahnya?

Ada hubungan apa antara dirinya dengan wanita itu?

Hingga akhirnya, Yurapun tahu, siapa orang yang paling tepat untuk bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan itu.

Yakni Ayahnya kandungnya sendiri.

"Jawab, Ayah? Siapa wanita bernama Katrina di dalam foto-foto ini? Lihat sendiri semua foto-foto itu," Yura menyerahkan ponsel milik Reyhan kepada Ayahnya yang ekspresinya terlihat begitu kaget sekaligus terharu.

Akhirnya setelah berpuluh-puluh tahun berlalu, Yeon Jin bisa melihat sosok anak kandungnya yang dahulu dia tinggalkan bersama Arini di Jakarta.

Ternyata, dia kini adalah seorang wanita muslim bercadar. Dan kehidupannya sepertinya sangat bahagia.

Tanpa sadar, Yeon Jin menitikkan air matanya. Seandainya saja Tuhan berkenan mempertemukan dirinya dengan sang Putri tercintanya, Yeon Jin akan sangat bahagia. Dia akan langsung menyembah di kaki anaknya yang sudah dia sia-siakan itu.

"Kenapa ayah menangis?" tanya Yura sinis.

"Ayah hanya terharu, ternyata kini ayah bisa melihatnya. Ayah sangat senang sekarang, setelah tahu kalau kehidupannya di Indonesia sangat bahagia," jelas Yeon Jin sambil terisak. Dia terus memperhatikan foto-foto itu. Hingga setelahnya Yeon Jin kembali melanjutkan kalimatnya.

"Dia saudara kembarmu, Yura!"

Dan Yurapun tertegun.

Herofah

Penasaran? Vote dan komentarnya please...

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status