Home / Thriller / SANG PEWARIS PERKASA / Chapter 1 - Aku Tidak Gila

Share

SANG PEWARIS PERKASA
SANG PEWARIS PERKASA
Author: Dewa Amour

Chapter 1 - Aku Tidak Gila

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2023-11-03 19:41:33

Pasien rumah sakit jiwa teramat tampan. Para dokter dan perawat langsung jatuh cinta padanya!!

Pemuda yang dinyatakan gila telah kembali dengan puluhan bodyguard dan mobil mewah. Kedatangannya mengejutkan seluruh rakyat San Alexandria Baru.

Apa yang sudah terjadi padanya selama tiga tahun menghilang?

Dia membawa banyak uang dan akan membeli kota!

________________________

"Lepaskan aku! Aku tidak gila!"

Di suatu ruangan dengan pencahayaan yang remang, seorang pria terus berteriak. Kedua tangan dan kakinya dipasangi rantai. Baju yang melekat di tubuh sudah compang-camping.

Rambutnya gondrong dan kusut. Bulu-bulu halus tumbuh di sekitar wajah yang tidak terawat. Kotor dan kumal, seperti orang yang tak pernah mandi.

Aaron de Fortman, keadaanya sungguh memprihatinkan.

"Hei, orang-orang sialan! Cepat lepaskan aku! Bajingan kalian semua!" teriak Aaron lagi. Rantai di tangan dan kakinya turut menimbulkan suara akibat dia berusaha melepaskan diri.

"Heh, bisa diam tidak?! Dasar tidak waras!"

Terdengar suara seorang pria dari luar penjara di mana dia berada. Aaron hafal suara itu.

Marquez de Fortman, mau apa pria licik itu memasuki ruang bawah tanah ini? Apa untuk menyiksanya seperti yang biasa si brengsek itu lakukan saat dia kalah main poker atau mabuk bir?

Aaron tidak takut sama sekali. Jika dirinya bebas, maka orang yang pertama akan dia habisi adalah Marquez!

"Heh, orang gila! Mengapa kau teriak-teriak terus? Mau aku sengat dengan listrik lagi?!" Marquez sudah berdiri di depan pintu jeruji besi di mana Aaron dikurung.

Pria tinggi itu menatap sambil tersenyum remeh melihat kondisi adik tiri yang menyedihkan di dalam sana. Aaron melempar tatapan sinis dengan mata berapi-api.

Marquez de Fortman, pria itu adalah anak dari wanita licik yang ayahnya bawa ke rumah dan nikahi tiga tahun yang lalu. Usianya dua tahun lebih tua darinya. Arogan, biadap dan menjijikan!

Sungguh tak patut dia memakai nama ayahnya di belakang namanya.

Bahkan Marquez bukan anak kandung Tuan Fortman. Dia cuma anak tiri di keluarga ini. Entah siapa ayahnya. Mungkin seorang berandal atau bajingan. Namun sungguh gila! Pria sialan itu telah merebut segalanya yang ia miliki.

"Apa lihat-lihat? Kau lapar? Mau makan?" Marquez masih memasang senyum remeh sambil membalas tatapan tajam Aaron.

Menyedihkan sekali!

Ahli waris keluarga Fortman telah dinyatakan gila oleh dokter kejiwaan. Kemudian Aaron dikurung dalam bangker ini. Di atas sana rumah besar keluarga Fortman, dan di bawah sini Aaron yang malang.

Dia bisa makan daging setiap hari dan minum wine paling mahal di kota San Alexandria Baru.

Sedang Aaron, setiap hari mereka hanya memberinya nasi basi dan air keran. Kadang pula Marquez memaksanya meminum air seninya juga.

Sungguh malang betul nasib pemuda itu. Marquez tersenyum remeh melihat Aaron yang menyedihkan.

Dua orang penjaga datang sambil membawa nasi basi dan air keruh untuk Aaron.

"Ck!Ck!Ck! Tuan Muda Fortman yang malang ... selamat menikmati makan malam Anda!" Dua orang penjaga tertawa setelah menaruh apa yang dibawanya ke depan Aaron.

Melihat lelucon itu, Marquez tertawa paling kencang.

Aaron mengepalkan buku-buku jemarinya penuh emosi. Rahangnya menggeretak kuat. Dalam hati dia mengutuk Marquez dan ibunya yang licik.

"Aku tak mau makan! Bebaskan aku, Bajingan!" berang Aaron. Ingin rasanya dia menghajar Marquez dan membuat pria itu tak dapat menunjukan senyumnya lagi.

Marquez menahan tawanya lantas berkata, "Mau makan atau tidak itu bukan urusanku. Lebih cepat kau mati, itu lebih menguntungkan bagiku."

"Bajingan kau Marquez!"

Marquez tertawa geli melihat Aaron mengamuk.

"Apa yang kau bisa lakukan? Seluruh San Alexandria mengira kau sudah gila setelah Daddy tiada. Kantor besar itu kini milikku. Juga pacarmu yang cantik itu, dia juga sudah tidur denganku. Apa lagi yang kau miliki? Kurasa ... mati jauh lebih baik untukmu, bukan?"

"Biadap! Beraninya kau menyentuh Jesica!" Aaron benar-benar murka. Ingin rasanya dia mencabik-cabik tubuh Marquez dan mengambil jantungnya.

Dia sungguh tidak terima kakak tiri licik itu telah tidur dengan pacarnya.

Jesica adalah satu-satunya gadis yang dia cintai. Mereka nyaris menikah. Namun, kejadian tragis tiga tahun yang lalu telah merenggut cintanya. Juga masa depan dan mimpi mereka.

"Wah! Lihatlah, dia sangat marah!" Marquez tertawa bersama para penjaga.

Kemudian dia melanjutkan dengan mencondongkan wajahnya ke depan Aaron, "Heh, asal kau tahu saja! Jesica malam itu sangat cantik. Dia mengenakan pakaian tipis yang kau belikan untuk hadiah pernikahan. Aku menelusuri setiap inci tubuhnya tanpa sisa. Apa kau penasaran bagaimana rasanya? Aku bisa ceritakan."

"Bajingan kau Marquez! Enyah kau dari sini! Brengsek!" Aaron semakin mengamuk. Amarahnya bisa membakar seluruh kota.

Marquez dan para penjaga hanya tergelak tawa melihatnya.

"Marquez, ada apa ini? Mengapa berisik sekali?"

Suara seorang wanita mengejutkan mereka semua.

Marquez dan dua orang penjaga segera menyudahi tawa mereka. Aaron hanya mendengus kesal. Dia tahu betul siapa wanita glamour yang datang.

"Malam, Nyonya!"

Dua orang penjaga menyapa wanita berpenampilan paripurna di depannya.

Marisa Fortman, ibu kandung Marquez. Tak ada ular yang lebih berbisa dari wanita itu. Begitu pandainya dia memutar balikan fakta dan merubah hidup seseorang.

Marisa memberi isyarat pada para penjaga untuk segera pergi. Sambil menikmati batang rokoknya, wanita itu mendekati Aaron.

Bibir merah itu menyeringai tipis, lantas berbisik, "Andai saja kau tidak menolakku pada malam itu, mungkin saat ini kita sedang berkeringat bersama dalam selimut. Namun kau sungguh munafik, Aaron. Akhirnya kau harus mengalami semua ini. Menyedihkan sekali, bukan?"

Aaron mengangkat kedua mata penuh emosi. Ingatannya kembali ke masa tiga tahun yang lalu.

Malam itu sedang turun hujan. Markus pergi berpesta dan tak kunjung pulang. Tuan Fortman sedang terbaring sakit di Mega Hospital. Sedang Aaron baru saja tiba di rumah mewah mereka.

"Aaron, apa kau sudah pulang? Syukurlah! Cepat ke kamarku sekarang! Ada yang ingin aku bicarakan dengan putraku yang tampan!"

Aaron menatap heran pada layar ponselnya. Pesan singkat dari ibu tirinya sungguh aneh. Apa yang ingin Marisa bicarakan?

Mengapa dia tidak pergi ke rumah sakit untuk menemani ayahnya? Wanita itu malah enak-enak di rumah! Aaron jadi geram. Dia lantas segera menuju kamar ibu tirinya.

Marisa sedang duduk menghadap meja rias. Sehelai lingerie membalut tubuhnya yang ramping. Wanita itu sudah berusia 45 tahun, tapi dia begitu mahir berhias dan menyembunyikan usianya.

Siluet tinggi muncul pada cermin lebar di depannya. Marisa segera bangkit dan langsung menoleh ke belakang. Aaron segera membuang pandangan ke lain arah.

Sungguh tak pantas dia melihat istri ayahnya dengan pakaian seperti itu.

"Apa yang ingin kau bicarakan? Cepatlah bicara, aku tak mau lama-lama di sini," ucap Aaron dingin, lantas memutar tubuhnya membelakangi Marisa yang sedang menuju padanya.

Dia sungguh dibuat terejut saat ibu tiri memeluknya dari belakang. Marisa menghirup wangi cologne Aaron yang segar. Lama sudah dia menantikan saat seperti ini.

Meski Aaron lebih pantas menjadi anaknya, tapi sungguh pesona pria muda itu membuatnya tak tahan.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan!" Aaron yang masih waras berusaha melepaskan kedua tangan Marisa yang melingkar erat di sekitar perutnya.

Marisa tersenyum seringai saat mata Aaron berusaha menggapai wajahnya di balik punggung.

"Ayo kita lakukan, Aaron. Aku benar-benar tak tahan lagi ..."

"Kau sudah gila!"

Dengan kasar Aaron melepaskan cengkeraman tangan Marisa. Wanita itu jatuh terjerembab ke atas ranjang karena terdorong. Wajah merah Aaron membuatnya gemas.

Marisa langsung menyambar lengan Aaron, lantas menarik paksa pemuda itu padanya. Dan saat Aaron terjatuh ke ranjang, Marisa segera menguasainya.

"Aku sangat bernafsu padamu, Aaron. Puaskan aku malam ini, Sayang ..."

Dengan wajah yang sudah merah karena birahi, Marisa cepat-cepat membuka kancing kemeja Aaron.

Pemuda itu berusaha berontak saat sang ibu tiri memaksanya. Marisa sungguh tak tahu malu. Dia memaksa anak tirinya untuk melakukan hal kotor. Aaron jelas tidak mau.

Brak!

Marisa jatuh dari atas ranjang setelah Aaron mendorongnya kasar. Wanita itu sedang meringis sambil memegang pinggangnya yang sakit. Aaron tak peduli. Dia segera meninggalkan kamar itu.

"Aaron, beraninya kau menolak ku! Aku akan membuat hidupmu menderita!"

Ternyata ucapan Marisa malam itu tidak main-main. Lihatlah keadaan Aaron malam ini. Pria 25 tahun itu tak lagi terlihat seperti pewaris keluarga Fortman yang terkenal akan kecerdasan dan parasnya yang tampan.

Dia hanya orang gila. Seperti berita yang tersiar selama tiga tahun ini. Lantas, apa yang telah terjadi pada Aaron tiga tahun yang lalu?

Kisah ini baru saja dimulai..

Dewa Amour_

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 100 - Pertarungan Belum Berakhir (Extra Part)

    Musim sepi di San Alexandria Baru. Embun pagi berjatuhan dari kuntum-kuntum Tulip dan Lily. Sinar jingga tampak samar dari ufuk barat. Menandakan hari mulai pagi.Tirai putih melambai-lambai karena embusan angin dari arah laut. Bayangan gunung tercipta dari kaca jendela besar di sekeliling rumah.Anak laki-laki berlarian sambil mengejar bola di halaman belakang rumah. Sejak mereka kembali dua tahun yang lalu, Bungalow Fortman kembali semarak."Nyonya, di mana saya harus meletakkan bunga ini?"Wanita yang sedang duduk menghadap ke arah teras balkon dibuat terkejut saat mendengar suara itu.Ia berputar guna menggapai wajah wanita paruh baya berseragam asisten yang berdiri di belakang."Letakkan saja di sana."Dia berkata seraya menunjuk ke arah meja kecil di samping balkon kamar. Wanita itu menunjuk dengan dagunya. Sebab kedua tangan tampak sedang menggendong bayi kecil yang sedang menyusu.Sang asisten mengangguk. Maka ia segera berjalan menuju meja yang ditunjuk. Kemudian diletakkan

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 99 - Anak Laki-laki ( END )

    Langkah sepasang tungkai panjang terayun mantap menuju lobi gedung putih di pusat kota. Rumah Sakit Ameer, San Francisco bagian Barat. Aaron datang ke tempat itu setelah membaca surel ilegal yang dikirim untuknya.Entah siapa pengirim surel tersebut, baik Neymar sekalipun tidak tahu dari mana alamat email itu.Namun hal itu tidak begitu penting bagi Aaron. Yang paling penting dia harus memastikan dua mayat yang berada di rumah sakit itu.Orang-orang di rumah sakit tampak sangat terkejut dan heran melihat kemunculan sekelompok orang di lobi. Mereka sangat tercengang setelah melihat pria yang berjalan di barisan paling depan.Aaron de Fortman.Siapa yang tidak mengenal pria itu?Bukan hanya Presiden Direktur Mecco Group, laki-laki berparas tampan itu juga merupakan Walikota San Alexandria Baru selama dua periode.Kemunculan Aaron di sana menyita perhatian publik. Awak Media yang kebetulan berada di sana langsung menyalakan kamera mereka."Itu Walikota San Alexandria Baru, Tuan Muda Fort

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 98 - San Francisco

    Kediaman Fortman pukul tujuh pagi."Tuan Muda, hari ini jadwal Anda sangat padat. Namun jangan lupa meminum obat Anda."Luca berkata seraya mengikuti langkah panjang Aaron. Mereka berjalan bersisian di lorong rumah.Neymar dan sepuluh orang bodyguard sudah menunggu di pelataran bersama mobil-mobil yang akan mereka tumpangi pagi ini.Sebagai walikota Aaron sangat sibuk. Namun penyakit mental yang dia derita bisa kumat kapan saja. Oleh karena itu, Luca selalu mengingatkan dia untuk meminum obat.Mendengar penuturan sang asisten, Aaron sangat muak. Namun dia tahu jika kesehatan mentalnya amatlah penting."Luca, apa sudah dapat kabar tentang proyek pembangunan Bank Century di daerah Selatan?""Saya sudah kirim orang untuk meninjau langsung ke lokasi. Anda nggak usah capek-capek ke sana."Langkah Aaron dihentikan seketika. Luca cukup terkejut karenanya. Dia segera menunduk saat mata Tuan Muda mengincar wajahnya."Aku tidak percaya jika tidak melihatnya dengan mata kepala ku sendiri," desis

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 97 - Setelah Mereka Berpisah

    Setelah kembali ke kota, Miranda lebih banyak menghabiskan waktu sendiri di rumah orang tuanya. Serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang tahun, dia ingin melupakannya. Termasuk Aaron."Cuacanya sangat cerah, apa Anda tak ingin keluar untuk mengajak Tuan Muda berjalan-jalan?"Wanita yang sedang duduk di sofa dibuat mengernyit saat mendengar suara itu. Dialihkan pandang dari halaman buku tebal ilmu kedokteran yang sedang ia baca.Berta-asisten yang bekerja di rumah mewah itu tersenyum menanggapi saat manik-manik hijau itu melirik."Juan tidak akan suka. Cuaca di sini terlalu panas untuk kulitnya yang sensitif."Berta tersenyum."Tuan Muda sangat istimewa, bukan? Anda sangat beruntung memiliki putra sepertinya." Ia berkata begitu untuk meluaskan hati wanita itu, lantas kembali melempar senyum sebelum pergi.Miranda, dia masih duduk di sofa dekat dengan balkon kamar. Mendengar penuturan Berta, nafasnya terasa berat.Juanito, putranya mengalami kelainan langka. Anak laki-laki berusia e

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 96 - MASA YANG BERBEDA

    Siang berganti malam. Hawa dingin menusuk hingga ke tulang. Di suatu kamar, Miranda menggigil dalam balutan selimut yang tebal. Pria yang berdiri di ambang pintu cuma tersenyum smirk melihatnya."Apa kau mau aku hangatkan?"Suara itu membuat mata Miranda melirik. Marquez, pria itu sedang berjalan menuju padanya. Dia sudah bisa menebak apa yang akan pria itu lakukan. Hingga pintu didorong dengan kaki, Marquez pun datang padanya.Hari-hari terus berganti. Pendeta mendatangi kediaman Marquez di Swedia. Hari pernikahan sudah ditetapkan. Menyadari semestanya sudah hancur lebur, Miranda hanya bisa menunduk pasrah.Aaron de Fortman, laki-laki yang semestinya berdiri dengannya di atas altar, kini entah hilang ke mana. Bersama semua kenangan mereka, Miranda menutup buku harian.Jiwanya amat rapuh. Tiada lagi tempatnya guna bertumpu. Namun meski derasnya kesusahan ini, dia tak bisa bertindak. Bayi dalam rahimnya kian berkembang. Ia membutuhkan seorang ayah. Tetapi, bukan Marquez!"Gaun penganti

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 95 - MASA TERPURUK

    'Sudah nyaris enam bulan dia berada dalam cengkeraman pria itu. Namun Nona Miranda tidak menyadari celaka yang ia alami. Pria itu memberinya obat tidur pada menu makan malamnya. Dia datang pada Nona Miranda setiap malam dan mengganggunya. Kini Nona Miranda sedang mengandung bayi bajingan itu.'"TIDAK!"Prang!Malam nyaris menemukan pagi. Casandra merasa cemas saat Luca dan Neymar mengantar Aaron pulang. Pria itu mabuk berat dan tampak sangat kacau. Aaron tak sadarkan diri di kamar cukup lama. Hingga suara gaduh tiba-tiba terdengar dari sana.Casandra sangat prihatin melihat kondisi putra angkatnya itu. Dia sudah dengar dari Luca dan Neymar. Aaron sepertinya sangat depresi saat ini."Aku sudah katakan agar berhenti mencari wanita itu! Kenapa kalian tidak dengar?"Luca dan Neymar hanya diam dengan tak berani mengangkat sepasang mata ke depan pria tua di depannya. Tuan Besar Fortman sangat murka setelah tahu putranya jatuh depresi. Pria itu lantas memanggil Luca dan Neymar ke kantor."A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status