Elkan menepikan mobilnya saat mendengar nama Bara disebut. Ditatapnya Haniyah lekat, ingin melihat kejujuran di mata istrinya itu.
“Hubby, kenapa tiba-tiba berhenti di sini?” tanya Haniyah heran.
“Bara, siapa?” tanya Elkan.
“Kakak kelas di SMA dulu, dia mantan pacar Kamila,” jawab Haniyah tenang.
Tidak ada tanda-tanda berbohong di mata Haniyah, dia sedang jujur, Elkan tahu itu. Tapi dia tidak bisa tenang setelah Haniyah menyebut nama Bara, kilasan peristiwa beberapa tahun silam melintas di kepalanya dan membuatnya mencengkram stir dengan kuat.
“Hubby kenapa?” tanya Haniyah mulai khawatir melihat mimik wajah Elkan yang seperti ketakutan.
Dua perempuan bersimpuh dalam kondisi tangan terikat di belakang, mulut tertutup lakban dan mata yang tertutup kain, serta kaki yang diikat kencang dengan tali tambang. Suasana ruangan saat itu begitu dingin, kotor, berdebu. Keduanya hanya bisa diam tanpa bisa saling menyemangati ataupun menolong.Kamila sudah terisak beberapa kali, perasaannya tak karuan. Siang tadi entah bagaimana caranya Bara tiba-tiba datang ke rumahnya dan mengatakan kalau Haniyah kecelakaan hingga membuat Kamila panik dan bersedia ikut dengan Bara. Dia baru sadar telah terjebak saat di dalam mobil dibius dan dibawa ke gudang kosong. Sementara Haniyah berusaha tetap tenang dan terus berdoa semoga Allah mengirimkan seseorang untuk menolong mereka.Sreeekkk.Terdengar suara kayu yang diseret di lantai, entah oleh siapa.“Haniyah… Haniyah… Haniyah…” Suara itu, suara yang sama seperti di telepon. Suara yang terdengar familiar meskipun tidak begitu dikenali Haniyah. Haniyah hanya menduga-duga kalau itu adalah suara B
[Pak saya kehilangan jejak Bu Haniyah, motornya terparkir di depan minimarket, tapi sudah satu jam dia belum keluar, saya coba cek ke dalam Bu Haniyah tidak ada.]Arifin sontak berdiri saat menerima pesan itu. Dia gegas berlari ke ruangan Elkan.Dan saat itu Elkan sedang terlihat kusut, di depannya ada Brata sedang duduk menerima telepon masuk.“Terima kasih informasinya, kami akan terus memantau Haniyah.” Brata memutus panggilan telepon setelah itu berkata, “dia Bara yang sama, sengaja mendekati Kamila agar bisa mendekati Haniyah. Dia sengaja menargetkan Haniyah untuk membalas Elkan.”Glek!Mendengar berita itu, dan melihat kondisi kusut Elkan, Arifin jadi takut bicara, tapi pada akhirnya kalimat itu keluar juga.“Haniyah… hilang.”Saat itu juga semua mata mengarah padanya.“Orang suruhanku baru kasi info dia kehilangan jejak Haniyah setelah satu jam masuk minimarket. Motornya masih terparkir rapi di depan minimarket, tapi Haniyah gak ada di dalam.”Hening menyusup. Tidak ada suara,
Sejak nama Bara disebut, hati Elkan jadi tidak tenang. Dia sendiri tidak tahu persis apakah Bara yang ditemui Haniyah adalah Bara yang sama dengan yang dia kenal. Tapi mengingat nama Bara saja, dia sudah khawatir.“Adikku mati karena kamu, aku gak akan biarkan kamu hidup bahagia Kan. Seumur hidup kamu gak akan pernah bahagia!”Kalimat terakhir yang diteriakkan Bara itu terngiang kembali di kepala Elkan. Dia bukan tidak merasa bersalah atas kematian Regina, tapi bukankah itu bukan kesalahannya sepenuhnya? Sejak awal dia sudah menolak Regina sebagai pacar, Regina saja yang berlebihan sampai memilih bunuh diri dengan obat-obatan yang bahkan Elkan tidak tahu didapatkan Regina dari mana.“Bagaimana kalau ini Bara yang sama Kak?” tanya Elkan pada Arifin saat mereka berada di
Rumi kembali ke perpustakaan lalu mengajak Haniyah dan Elkan ikut bergabung di ruang makan setelah semua siap dihidangkan.“Surprise!” teriak semua anggota keluarga saat Haniyah berdiri di ambang pintu.Dia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut dan terharunya saat melihat Raisa memegang kue ulang tahun dengan banyak lapisan dan parutan coklat di atasnya bertuliskan ‘barokallahu fii umrik kesayangan’.Belum sempat Haniyah berkata-kata, dia kembali dikejutkan dengan hadiah pemberian Elkan yang dilingkarkan di lehernya, sebuah liontin emas berinisial ‘H’.“Barokallahu fii umrik Sayang. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan dalam sisa umurmu. Semoga aku selalu bisa jadi alasanmu untuk bahagia sama seperti kamu selalu j
Semalaman kondisi Elkan tidak cukup baik. Laki-laki itu demam, beberapa kali dia mengigau dengan kata-kata mohon maaf dan ampun. Dan karena kondisi itu, semalaman Haniyah tidak bisa tidur nyenyak.Pagi ini, setelah sholat subuh Elkan nampak lebih tenang. Haniyah membiarkannya tidur kembali.“Hubby, aku ke bawah ya mau siapin sarapan, jangan kaget kalau aku gak ada di kamar ya,” bisik Haniyah di telinga Elkan sebelum meninggalkannya keluar kamar.Di dapur, Haniyah melihat Mbok Minah, Ibunya dan dua kakak iparnya sedang sibuk entah menyiapkan apa. Dan aktifitas mereka seketika terhenti ketika melihat Haniyah masuk ke dapur. Suasana tiba-tiba menjadi canggung.“Onty Hani,” panggil Rumi dengan wajah cerianya dan kehadirannya membuat para wanita sepert
Elkan menepikan mobilnya saat mendengar nama Bara disebut. Ditatapnya Haniyah lekat, ingin melihat kejujuran di mata istrinya itu.“Hubby, kenapa tiba-tiba berhenti di sini?” tanya Haniyah heran.“Bara, siapa?” tanya Elkan.“Kakak kelas di SMA dulu, dia mantan pacar Kamila,” jawab Haniyah tenang.Tidak ada tanda-tanda berbohong di mata Haniyah, dia sedang jujur, Elkan tahu itu. Tapi dia tidak bisa tenang setelah Haniyah menyebut nama Bara, kilasan peristiwa beberapa tahun silam melintas di kepalanya dan membuatnya mencengkram stir dengan kuat.“Hubby kenapa?” tanya Haniyah mulai khawatir melihat mimik wajah Elkan yang seperti ketakutan.