Aku terdiam di depan mushola rumah sakit. Bagaimana aku bisa mendapat uang dua juta dalam waktu yang singkat. Aku mengadu ke Kang Usman pun, dia pasti juga tidak punya. Semua penghasilanya diserahkan ke aku. Kalau aku pinjam ke bank ataupun koperasi, aku tidak punya jaminan apa apa. Memang rumah dan sawah adalah punya ku. Tapi aku belum mampu untuk membuat sertifikat. Aku juga belum tentu bisa membayar cicilanya. Penghasilan suamiku tidak menentu. Cukup untuk makan saja sudah alhamdulillah. Tuhan tolonglah aku. Aku yakin di balik kesulitan pasti ada kemudahan.
Aku berjalan gontai melewati lorong rumah sakit. Berfikir keras. Ma afkan keadaan Narti mak. Belum bisa membantu emak.Dari kejauhan ku lihat Toni berada di depan pintu kamar emak. Ia sedang berbicara di telepon. Sebelum dia masuk lagi ke kamar emak lagi, ada baiknya aku mengutarakan niatku."Toni, tunggu," teriak kuToni menoleh seraya tersenyum. Ku langkahkan kaki dengan cepat"Ton, mbak boleh minta bantuanmu ?"" Bilang saja mbak. Kalau Toni bisa bantu, pasti Toni bantu."" Sebenarnya mbak malu Ton. Mbak sering merepotkanmu. Mbak ingin pinjam uang dua juta untuk iuran biaya rumah sakit. Mbak janji menyicilnya sampai lunas,". Aku menunduk. Malu kepada adik ku. Dia sering memberiku dan sering aku repotkan. Kini aku tidak tau harus minta bantuan siapa lagi selain Toni. Seandainya minta bantuan Kang Sabar, jelas mbak Lastri menentangnya.Tapi respon Toni sungguh aneh. Dia mengernyitkan dahi, menggaruk nggaruknya yang mungkin tidak gatal. Toni terlihat bingung." Kalau kamu tidak punya tidak apa apa Ton. Mbak nggak maksa. Mbak cari pinjaman ke orang lain saja. Kamu yang tenang ya,". Ku pegang tangan Toni. Aku tersenyum. Saat aku membalikan badan, Toni menahanku."Mbak bukan begitu maksud Toni. Iuran bagaimana sih mbak ? Toni itu tidak paham,"Ku ceritakan bagaimana pertemuanku dengan Leli dan Nisa tadi. Toni hanya mengelus dada." Mbak biaya rumah sakit emak itu Toni yang membayar semuanya. Mbak Leli dan Mbak Nisa itu tidak ada berubahnya. Ini tidak bisa di biarkan," Toni melangkah pergi. Jangan sampai dia bilang kepada Kang Sabar, beliau pasti marah besar. Aku menahan langkah Toni."Toni, kamu mau kemana ?"" Aku mau lapor ke Kang Sabar mbak. Ini tidak bisa dibiarkan. Mbak jangan mau ditindas terus," Toni melangkah pergi tanpa sempat aku tahan lagi.***Sore hari emak sudah di ijinkan pulang oleh dokter. Banyak tetangga yang berdatangan untuk menjenguk. Begitulah adat istiadat di desa kami jika ada salah satu penduduk yang sakit." Mak Misah, Semoga cepat sembuh. Semoga tidak balik kesana lagi ya mak," kata bu RT." Gara gara anak tidak tau diri itu," jawab Nisa sambil melirik ke arahku yang sedang menyuguhkan minum.Kasak kusuk ibu ibu mulai terdengar. Memang hidup di desa harus menebalkan telinga. Harus kuat Narti. Kalau kau membalasnya, kau tidak ubah seperti mereka.Malam hari, Dewi diminta menemani emak di kamar. Kang Sabar kembali mengumpulkan kami di ruang tamu." Kita harus selalu menjaga dan mendo'akan emak agar emak tetap sehat. Tidak kembali lagi ke rumah sakit. Dan untuk biaya pengobatan emak kemarin semua dicover oleh Toni. Jadi mengapa Leli dan Nisa meminta iuran kepada Narti ?" .Sorot mata Kang Sabar begitu tajam melihat Leli dan Nisa." Siapa yang minta iuran, Kang. Aku cuma menunjukan nota tagihan dari rumah sakit,. Mbak Narti yang mengarang cerita " kilah NisaAstagfirulloh. Dia memputar balikan fakta. Memfitnah ku. Biar lah aku yakin para malaikat juga telah bersaksi jika yang aku katakan benar adanya. Demi tidak memancing keributan lagi, aku mengisyaratkan mata kepada Kang Sabar untuk tidak memarahi mereka lagi." Baiklah biar emak tenang. Percuma ribut. Pasti tidak akan menemukan jawaban. Jadi mulai sekarang emak harus banyak beristirahat. Setiap hari harus ada yang bersih bersih rumah emak dan memasak untuk emak,"" Itu mah tugasnya mbak Narti," celetuk Leli" Tidak. Mulai sekarang, akang akan gilir hari pertama Lastri kedua Narti ketiga Leli ke empat Nisa. Dan karena Dewi tinggal di luar kota, dia yang akan mengirimkan uang untuk emak sehari hari,"" Aku juga bersih bersih rumah emak kang ?" tanya Leli dan Nisa bersamaan" Agar tidak ada iri dengki lagi antar saudara," Kang Sabar berkata singkat.Leli dan Nisa melotot melirik ku...Lima belas tahun kemudian..." Fandi, perkenalkan ini Fania. Anak dari rekan bisnis, ibu," kata ibu seraya memperkenalkan seorang wanita cantik, berkulit putih, tinggi semampai.Fandi hanya membalas uluran tanganya. Disertai senyum yang sedikit dipaksakan.Sudah puluhan kali mungkin, ibu mengenalkan Fandi pada wanita yang bisa di bilang cantik untuk ukuranya, tetapi sama sekali tidak ada satupun yang bisa mengetuk pintu hatinya." Ibu, sudah jangan terus menerus membawa wanita di hadapanku. Umurku juga sudah semakin tua. Aku muak," keluh Fandi pada ibunya." Ibu hanya ingin anak ibu punya pendamping itu saja. Ibu ingin ada yang menemani masa tua mu. Tidak seperti ibu yang kesepian." Ada Yumna bu. Dia kelak yang menemani ku,"Bu Maya menghembuskan nafas dengan kasar. Membuang pandangan ke luar jendela. Sedikitpun ia tidak dapat menyelami pikiran putranya itu." Kamu sadar kan Fandi. Yumna diasuh oleh Narti. Jadi kemungkinan besar ia juga akan dekat dengan ibunya. Untuk merebut hak asu
POV USMAN ARI FANDIAku tak menyangka bahwa langkahku berbakti pada surga ku benar benar menggores hati separuh jiwaku. Bukan segera mengharap kepergian Tina. Tetapi ku kira setelah kepergian Tina, semua akan berjalan kembali normal. Namun nyatanya Narti memiliki hati yang kokoh. Pernah suatu waktu dia berkata bahwa dia bukanya tidak menuruti suami. Tetapi dia lebih takut bahwa suaminya tak mampu berbuat adil.Ya aku harus akui. Karena dialah cinta sejatiku. Bahkan kebersamaan dengan Tina yang kata oramg memiliki kecantikan bak bidadari pun namun nyatanya cinta ini tetap tidak mau berbagi." Aku telah berhijrah. Aku telah berubah. Tidakah sedikit saja engkau mengatakan sayang padaku, bang ?" tanya Tina suatu malam." Kalau kamu berhijrah demi manusia, itu salah Tin,"" Permata indah memang tidak dilihat dari harta dan kecantikan raga. Tetapi dari keikhlasan dan ketulusan seorang wanita. Dan itu bagimu hanya ada pada Mbak Narti,"" Ma afkan aku Tin. Tapi memang itulah kenyataanya. Seki
" Aku sama sekali tidak tahu, neng. Jangan menuduh sembarangan tanpa bukti. Nanti bisa jadi fitnah." kata Bang Usman." Aku telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Ada nama Tante Mira. Apa salah jika saya bertanya ?"Bang Usman menyuruh asisten rumah tangga untuk memanggilkan Tante Mira. Dan selalu dengan wajah yang angkuh ia melangkah. Tatapan sinis tak pernah lepas dari pandanganya saat menatapku." Mau apa lagi kamu kesini ?" tanyanya ketus." Saya kesini bertanya secara baik baik. Apa Bu Mira mendoktrin Yuli agar membenci saya ?"" Bisa dijaga mulut kamu itu ? Jangan asal tuduh," " Saya bertanya bukan menuduh,". Aku berusaha menenangkan diri agar tidak larut dalam emosi." Sama saja,"" Ma af Bu Mira. Saya telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Terakhir tertera nama anda. Maka dari itu saya bertanya. Letak salahnya dimana ?"Bu Mira melengos menatap arah lain. Aku yakin ada yang tidak beres dengan nya. Dari bahasa tubuhnya. Dari mimik wajahnya." Kenapa Bu
" Ma afkan aku, Nis,". Leli langsung menjatuhkan diri di hadapan Nisa.Nisa diam mematung. Dia melirik ke arahku seolah penuh tanda tanya. Aku hanya mengangguk." Siapa ?" tanya Nisa seraya mengangkat Leli dari kaki nya. Dengan malu sekaligus takut, Leli memberanikan diri mendongakan wajahnya. Ku lihat wajah Nisa memerah tanganya mengepak. Aku pegang tangan itu. Aku takut Nisa berbuat nekat. " Kenapa setelah semuanya hancur baru berujar ma af ?" " Aku bertaubat Nis. Ma afkan aku,"" Andai ma af mbak berguna,"jawab Nisa singkat. Seraya meninggalkan Leli yang masih diam mematung di tempatnya.Aku terhenyak dengan perkataan Nisa. Sakit itu terlalu dalam." Nis, coba kamu fikirkan. Leli sudah menuai karmanya. Tolong ma afkan dia Nis. Kasihan dia,"" Mbak, mau dia menuai karma,mau dia mati pun tidak bisa menggantikan apa yang sudah hilang kan,"" Nis,mbak tau. Mbak juga belum pernah berada di posisimu. Tetapi kita sama nis.Sama sama pernah di khianati dalam ikatan suci pernikahan. Tetapi
" Leli," panggilku. Tidak salah dia Leli. Aku mengenalinya walaupun dengan penampilan yang berbanding terbalik dengan yang terakhir aku temui tempo hari.Wanita yang ku panggil hanya melengos masuk kedalam lagi dengan menelangkupkan tangan ke wajah. Seolah enggan menemui ku. Karena rasa penasaran yang tinggi, ku kejar dia. Kalau memang dia bukan Leli, kenapa harus lari.Ku buka tirai tanpa pintu itu dengan hati hati. Kepala ku menyembul kedalam. Wanita itu menangis di ujung ranjang yang reyot. Bahunya terguncang. Aku duduk di sampingnya. Ku pegang pelan ujung tanganya." Benar. Ini Leli adik mbak ?" tanya ku sehalus mungkin.Dia histeris. Berdiri dengan berlinangan air mata." Mau apa mbak kesini ? Mau menghinaku sekaligus mengusirku ? Hancurkan aku sekalian mbak," ucapnya pilu.Ku genggam tanganya. Ku dudukan lagi dia di sisiku. Tanganya masih bergetar. Tangisnya belum reda." Lel, mau seperti apapun aku ini adalah kakakmu. Setiap orang pasti punya salah dan masa lalu,"Serta merta L
" Sombong kamu Narti. Berapa sih uang mu dari hasil kerjamu menjadi babu di negara orang ? Paling tidak sampai setahun juga sudah habis," hina Tante Mira." Itu urusan saya Tante. Mau berapapun, setelah ini saya akan rebut hak asuh anak anak dari kalian,"" Apa bisa kamu menghidupi anak mu dengan layak hah ?" Seorang anak tidak perlu orang tua yang kaya. Tapi orang tua yang bahagia. Permisi,"Aku berpamit ke kamar Yuli. Putri ku tergolek lemah di ranjang. Badan kurusnya semakin membuat hatiku menjadi miris. Kupegang tanganya. Ku ciumi berulang ulang. Tak henti hentinya aku meminta ma af karena telah meninggalkanya.Mata itu terbuka perlahan." Bu, Yuli tidak tahan. Tolong belikan Yuli bu," ucapnya memelas. Tetapi air mataku semakin tumpah ruah. Permintaan yang tidak mungkin akan aku turuti." Yuli lawan ya nak. Itu haram. Yuli harus bisa," " Hanya dengan itu Yuli tenang bu. Tolong," kata Yuli bergetar.Ya Tuhan apa yang selama ini dialami Yuli. Hingga dia mengharapkan ketenangan. A