Share

6

Penulis: Anik Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-08 17:18:12

Sebenarnya emak lumayan sehat, bisa beraktifitas seperti biasa. Tetapi kejadian tempo hari membekas menjadi trauma. Sebagai anak, aku pun tidak mau emak kenapa kenapa.

Rasanya ingin setiap hari aku berkunjung ke rumah emak. Tetapi jika giliran mbak Lastri berserta adik adik ku, aku takut memicu pertengkaran lagi. 

Setiap orang tentu tidak ingin hidup seperti kondisi ku saat ini. Tetapi semua sudah digariskan oleh Nya. Aku yakin Allah mampu menyelesaikan semua masalah ku tanpa harus aku tau bagaimana caranya.

*** 

Hari ini adalah giliranku ke rumah emak. Aku rindu sekali. Rasanya ingin aku berlama lama disana. 

Terlihat emak sudah duduk di teras. Emak terlihat sangat sehat. Semoga tetap seperti ini ya mak.

Ku cium punggung tanganya dengan takzim.

" Yuli, kamu temani nenek ya, emak mau bersih bersih dulu," perintahku kepada Yuli 

" Apa nggak Yuli bantu mak biar cepat selesei. Biar bercanda bareng bareng sama nenek,"

Ku usap lembut kepala Yuli. Anak yang baik dengan pemikiran cerdas. 

" Nggak usah, kamu temani nenek saja," 

Yuli mengangguk.

Ku langkahkan kaki menuju dapur. Rumah emak sudah berlantai keramik. Jadi sedikit saja kotor, akan terasa di kaki. 

Menurutku saat ini lantai emak tergolong kotor. Aku lihat telapak kaki ku, kotoran kotoran menempel disana. Dan yang tak kalah membuatku kaget adalah cucian piring yang menggunung. Ya Tuhan apakah kemarin Mbak Lastri tidak kesini ? Lantas emak makan apa. Aku kembali mendatangi emak yang sedang ngobrol dengan Yuli.

" Mak, kemarin Mbak Lastri masak apa ? Kelihatanya perkakas emak banyak yang dipakai." tanyaku.

" Masak sayur asem sama tempe, Nar. Lastri kemarin kesini sudah siang. Dia tidak sapu sapu dan cuci piring," penuturan emak.

Ah mungkin Mbak Lastri sedang repot. Aku berpikir positif. Tak apa aku bersihkan semua nya. Ini juga demi emak.

Hari hari menurutku terasa lama menunggu giliranku ke rumah emak. Ingin rasanya aku selalu dekat dengan emak. Ingin juga ku rawat emak di rumahku. Tetapi aku sadar, rumah ini tak pantas untuk emak.

Untuk sedikit melupakan kerinduan pada emak, aku berbenah rumah. Mengubah suasana agar tidak bosan. Karena terlalu asyik berbenah, aku lupa untuk belanja. Ku lihat jam dinding. Mungkin aku belum ketinggalan Bu Surti, tukang sayur yang biasanya lewat di kampungku.

Aku memilih melewati jalan pintas agar cepat sampai di jalan. Walaupun jalan pintas yang aku lewati adalah pematang sawah. Maklum rumah ku ada di tengah sawah. Sawah peninggalan Almarhum bapak. Sebagian lahan ku buat rumah, sebagian untuk kami bercocok tanam. Bagaimana rupa nya rumah ku, setidaknya aku tidak merepotkan orang tua, aku bisa mandiri.

Tapi dari kejauhan, ku lihat seorang wanita tua berjalan pelan, kadang dia sesekali beristirahat. Ku lihat pula dia tengah membawa belanjaan. Dan aku sangat mengenali wanita itu, emak. 

Ku percepat langkahku. Tak kuhiraukan niat awal ku untuk belanja. Tak apalah aku tertinggal bu Surti, nanti bisa aku ambil daun singkong di kebun.

" Mak mak tunggu Narti, mak,". Emak menoleh seraya tersenyum.

Emak bersandar di pagar orang lain menunggu ku.

" Emak , kenapa belanja ?"

Emak menitikan air mata...

" Ya sudah kita pulang dulu ya mak,"

Ku gandeng emak menuju rumahnya. Aku dudukan beliau di kursi.

" Emak sekarang cerita sama Narti ada apa ?". Aku khawatir.

" Lastri, Leli dan Nisa sudah tidak mau bantu emak lagi,". Emak menunduk.

" Ya Allah emak. Kenapa tidak mau ngomong ke Narti ?"

Emak menangis memeluk ku.

" Tinggalah disini bersama emak,Nar...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SAUDARA MISKIN   74

    Lima belas tahun kemudian..." Fandi, perkenalkan ini Fania. Anak dari rekan bisnis, ibu," kata ibu seraya memperkenalkan seorang wanita cantik, berkulit putih, tinggi semampai.Fandi hanya membalas uluran tanganya. Disertai senyum yang sedikit dipaksakan.Sudah puluhan kali mungkin, ibu mengenalkan Fandi pada wanita yang bisa di bilang cantik untuk ukuranya, tetapi sama sekali tidak ada satupun yang bisa mengetuk pintu hatinya." Ibu, sudah jangan terus menerus membawa wanita di hadapanku. Umurku juga sudah semakin tua. Aku muak," keluh Fandi pada ibunya." Ibu hanya ingin anak ibu punya pendamping itu saja. Ibu ingin ada yang menemani masa tua mu. Tidak seperti ibu yang kesepian." Ada Yumna bu. Dia kelak yang menemani ku,"Bu Maya menghembuskan nafas dengan kasar. Membuang pandangan ke luar jendela. Sedikitpun ia tidak dapat menyelami pikiran putranya itu." Kamu sadar kan Fandi. Yumna diasuh oleh Narti. Jadi kemungkinan besar ia juga akan dekat dengan ibunya. Untuk merebut hak asu

  • SAUDARA MISKIN   73

    POV USMAN ARI FANDIAku tak menyangka bahwa langkahku berbakti pada surga ku benar benar menggores hati separuh jiwaku. Bukan segera mengharap kepergian Tina. Tetapi ku kira setelah kepergian Tina, semua akan berjalan kembali normal. Namun nyatanya Narti memiliki hati yang kokoh. Pernah suatu waktu dia berkata bahwa dia bukanya tidak menuruti suami. Tetapi dia lebih takut bahwa suaminya tak mampu berbuat adil.Ya aku harus akui. Karena dialah cinta sejatiku. Bahkan kebersamaan dengan Tina yang kata oramg memiliki kecantikan bak bidadari pun namun nyatanya cinta ini tetap tidak mau berbagi." Aku telah berhijrah. Aku telah berubah. Tidakah sedikit saja engkau mengatakan sayang padaku, bang ?" tanya Tina suatu malam." Kalau kamu berhijrah demi manusia, itu salah Tin,"" Permata indah memang tidak dilihat dari harta dan kecantikan raga. Tetapi dari keikhlasan dan ketulusan seorang wanita. Dan itu bagimu hanya ada pada Mbak Narti,"" Ma afkan aku Tin. Tapi memang itulah kenyataanya. Seki

  • SAUDARA MISKIN   72

    " Aku sama sekali tidak tahu, neng. Jangan menuduh sembarangan tanpa bukti. Nanti bisa jadi fitnah." kata Bang Usman." Aku telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Ada nama Tante Mira. Apa salah jika saya bertanya ?"Bang Usman menyuruh asisten rumah tangga untuk memanggilkan Tante Mira. Dan selalu dengan wajah yang angkuh ia melangkah. Tatapan sinis tak pernah lepas dari pandanganya saat menatapku." Mau apa lagi kamu kesini ?" tanyanya ketus." Saya kesini bertanya secara baik baik. Apa Bu Mira mendoktrin Yuli agar membenci saya ?"" Bisa dijaga mulut kamu itu ? Jangan asal tuduh," " Saya bertanya bukan menuduh,". Aku berusaha menenangkan diri agar tidak larut dalam emosi." Sama saja,"" Ma af Bu Mira. Saya telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Terakhir tertera nama anda. Maka dari itu saya bertanya. Letak salahnya dimana ?"Bu Mira melengos menatap arah lain. Aku yakin ada yang tidak beres dengan nya. Dari bahasa tubuhnya. Dari mimik wajahnya." Kenapa Bu

  • SAUDARA MISKIN   71

    " Ma afkan aku, Nis,". Leli langsung menjatuhkan diri di hadapan Nisa.Nisa diam mematung. Dia melirik ke arahku seolah penuh tanda tanya. Aku hanya mengangguk." Siapa ?" tanya Nisa seraya mengangkat Leli dari kaki nya. Dengan malu sekaligus takut, Leli memberanikan diri mendongakan wajahnya. Ku lihat wajah Nisa memerah tanganya mengepak. Aku pegang tangan itu. Aku takut Nisa berbuat nekat. " Kenapa setelah semuanya hancur baru berujar ma af ?" " Aku bertaubat Nis. Ma afkan aku,"" Andai ma af mbak berguna,"jawab Nisa singkat. Seraya meninggalkan Leli yang masih diam mematung di tempatnya.Aku terhenyak dengan perkataan Nisa. Sakit itu terlalu dalam." Nis, coba kamu fikirkan. Leli sudah menuai karmanya. Tolong ma afkan dia Nis. Kasihan dia,"" Mbak, mau dia menuai karma,mau dia mati pun tidak bisa menggantikan apa yang sudah hilang kan,"" Nis,mbak tau. Mbak juga belum pernah berada di posisimu. Tetapi kita sama nis.Sama sama pernah di khianati dalam ikatan suci pernikahan. Tetapi

  • SAUDARA MISKIN   70

    " Leli," panggilku. Tidak salah dia Leli. Aku mengenalinya walaupun dengan penampilan yang berbanding terbalik dengan yang terakhir aku temui tempo hari.Wanita yang ku panggil hanya melengos masuk kedalam lagi dengan menelangkupkan tangan ke wajah. Seolah enggan menemui ku. Karena rasa penasaran yang tinggi, ku kejar dia. Kalau memang dia bukan Leli, kenapa harus lari.Ku buka tirai tanpa pintu itu dengan hati hati. Kepala ku menyembul kedalam. Wanita itu menangis di ujung ranjang yang reyot. Bahunya terguncang. Aku duduk di sampingnya. Ku pegang pelan ujung tanganya." Benar. Ini Leli adik mbak ?" tanya ku sehalus mungkin.Dia histeris. Berdiri dengan berlinangan air mata." Mau apa mbak kesini ? Mau menghinaku sekaligus mengusirku ? Hancurkan aku sekalian mbak," ucapnya pilu.Ku genggam tanganya. Ku dudukan lagi dia di sisiku. Tanganya masih bergetar. Tangisnya belum reda." Lel, mau seperti apapun aku ini adalah kakakmu. Setiap orang pasti punya salah dan masa lalu,"Serta merta L

  • SAUDARA MISKIN   69

    " Sombong kamu Narti. Berapa sih uang mu dari hasil kerjamu menjadi babu di negara orang ? Paling tidak sampai setahun juga sudah habis," hina Tante Mira." Itu urusan saya Tante. Mau berapapun, setelah ini saya akan rebut hak asuh anak anak dari kalian,"" Apa bisa kamu menghidupi anak mu dengan layak hah ?" Seorang anak tidak perlu orang tua yang kaya. Tapi orang tua yang bahagia. Permisi,"Aku berpamit ke kamar Yuli. Putri ku tergolek lemah di ranjang. Badan kurusnya semakin membuat hatiku menjadi miris. Kupegang tanganya. Ku ciumi berulang ulang. Tak henti hentinya aku meminta ma af karena telah meninggalkanya.Mata itu terbuka perlahan." Bu, Yuli tidak tahan. Tolong belikan Yuli bu," ucapnya memelas. Tetapi air mataku semakin tumpah ruah. Permintaan yang tidak mungkin akan aku turuti." Yuli lawan ya nak. Itu haram. Yuli harus bisa," " Hanya dengan itu Yuli tenang bu. Tolong," kata Yuli bergetar.Ya Tuhan apa yang selama ini dialami Yuli. Hingga dia mengharapkan ketenangan. A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status