"Berjuang dan menempati kembali sesuatu yang seharusnya menjadi milikku terasa begitu berat, tanpa bisa mengabaikan rasa sakit yang terus saja kembali. Cara satu-satunya aku bertahan hanya dengan mengubah penderitaan itu menjadikannya kekuatan untukku melangkah."
- Jenifer Olivia Mahendra.
*****
"Koko, Jeni akan pindah ke apartemen lain, bisakah koko mencarikan apartemen baru untukku?" ucap Jelo yang sudah berganti pakaian cassual dengan kaos putih dan celana jeans serta sepatu ketz putih, miliknya. Ia duduk di kursi kebesaran Yefta, kokonya yang terlihat sedang sibuk dengan sebuah laptop.
"Tenang saja, koko sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari, bahkan sebelum kamu memintanya. Koko tahu kamu akan kembali." ucap Yefta sembari tersenyum, namun tetap pandangannya memperhatikan layar laptop yang ada di depan mata.
"Jen, you know? Kemunculanmu di publik menaikkan harga saham perusahaa
"Aku izin seminggu, paman Franz menandatangani surat izinku secara langsung. Untuk enam hari kedepan, bisakah koko mencarikanku asisten pribadi?" tutur Jelo. Yefta menatap adiknya lekat, "apa kau yakin seminggu cukup untukmu?" tanyanya penasaran dengan apa yang sedang Jelo rancangkan. "Aku akan bersenang-senang selama seminggu, Jeni rasa itu cukup! Bisa koko mengaturkan schedule untukku?" timpalny lagi dengan tenang sembari memainkan pena yang ada diatas meja dengan jarinya. "Apa yang akan kamu lakukan?" elak Yefta mencoba menyelidiki ekspresi wajah adiknya, membuat Jelo tersenyum menertawai mimik dan gestur berlebih dari kokonya itu. "What you want to know? Hm?" Yefta menyeringai bangga. Ia tahu betul jika adiknya tidak akan bertindak sesuka hati, tanpa planning dan tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang untuk dirinya sendiri. "Haruskah kita be
"Bagaimana tuan kecil? Sejauh ini berapa jumlah perusahaan yang bergerak area modeling, yang berani mengajukan kontrak kerjasama dan merekrutku?" tanya Jelo, tidak butuh waktu lama untuk Leo menjawab dan menyodorkan beberapa selembaran pada gadis itu."Aku cukup terkejut, kemampuan mu yang ku kenal dari dulu hingga sekarang, makin hari makin membuatku takjub. Instingmu sungguh diluar nalar dan ekspektasiku." timpal Leo memberi pujian dengan senyum manis yang terpajang di wajahnya.Jelo menanggapi dengan senyuman kecil sembari menatap Leo, kemudian beralih membaca Lembaran yang diberikan padanya. Ia tampak sejenak berpikir, dengan sudut bibir yang kembali tertarik ke atas, Jelo menatap Leo dengan perasaan puas."Thank you, Leo. Sekarang, tarik kembali pengumuman yang sudah di edarkan." ucapnya santai, namun tidak dengan Leo yang terlihat mengernyitkan alisnya, heran."Bagaimana mungkin?!" timpal pria itu de
Jelo menerima pesan Whatsapp dari Artha bertuliskan dua lelaki yang merindu disertai dengan foto editan suho yang disandingkan dengan dimas secara bersamaan.Saat menatap foto tersebut, terlihat tarikan senyum disudut bibir gadis itu, namun buyar ketika Yefta datang dan dengan tingkah konyolnya berusaha untuk mengagetkan Jelo."Cie, ehem!" sapanya membuat Jelo dengan segera berpaling dan mematikan layar ponsel pintarnya serta kembali memfokuskan pandangannya pada layar laptop yang berada tepat hadapannya."Don't pretend, i've seen the photo's before." tutur Yefta dengan raut wajah mengejek yang segera ditangkis oleh Jelo namun berhasil membuatnya salah tingkah."So tell me, who's your choice? Hm?" Jelo sedikit tersentak dengan pertanyaan yang diajukan Yefta. Jantungnya terasa abnormal dengan degupan yang berb
"Koko.." panggil Jelo dengan gelagat manja."Ada maunya pasti nih, Ada apa?" ucap Yefta sembari berjalan mendekat kearah Jelo duduk. Ia bersender tepat disamping meja kerjanya."Besok koko ngapain?" tanya Jelo penasaran.***"Besok?" sanggah Yefta seraya sejenak berpikir."Ada meeting dan beberapa pertemuan penting diluar kantor, why?" balasnya.Jelo terdiam, seketika ia mengurungkan niat setelah mendengar jadwal padat kokonya. Sejujurnya ia ingin mengajak Yefta untuk menemaninya berkunjung ke makam Ana dan juga dinner bersama Artha."Oh, nope! Lupain aja." timpalnya sambil tersenyum ke arah Yefta yang terus saja menatap adiknya dengan pandangan menyelidik."Besok koko lowong sebelum jam makan siang dan pulang lebih cepat dari biasanya. Kamu mau ajak koko kemana?" tutur Yefta sembari membalikkan badan dan berjalan pelan menuju tem
"koko! Wait, wait. Jangan bilang gedung apartemen ini milik..." Jelo seketika terdiam, ucapannya terpotong dengan nalarnya yang menolak untuk percaya.Yefta menarik nafas panjang, menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal, "kamu baru sadar, ha?" balasnya sembari tersenyum. Sejenak mereka terdiam, kemudian Yefta mulai terkekeh memikirkan tingkah bodoh adiknya.***Keesokan hari, Jelo terbangun dengan segar, merilekskan badannya dan perlahan menikmati pantulan cahaya matahari yang merambat disela-sela jendela kamarnya. Dini hari menunjukan pul 06.15 AM, gadis itu bangkit dari tempat tidur miliknya menuju kamar mandi sembari berusaha mengumpulkan nyawa.Matanya menatap kaca lebar yang menampilkan jelas pantulan dirinya. "Jenifer Mahendra. Ah, hari pertama kembalinya Jenifer. Apa yang harus gw lakuin Jen?" ucap Jelo membatin. Semalam suntuk ia memikirkan keputusannya. Terlalu cepat jika ia mundur
📞Koko Ry.. "Jeni sudah selesai, ayo makan siang." ucap Jelo saat dalam perjalanan ke gedung MH'Group bersama dengan Leo. "Sebentar lagi Jeni tiba, sampai ketemu. Bye." tuturnya lagi sembari tersenyum menanggapi perkataan kokonya ditelepon. Leo hanya memperhatikan gadis itu sekilas dibalik kaca spion. Ada sedikit perasaan lega ketika melihat Jelo tersenyum setelah berbicara dengan Yefta. Gadis itu merasa canggung saat tahu, sedari tadi dirinya diperhatikan. Ia mencoba mengaligkan pandangan Leo dengan tingkahnya, "ehem.. lihat kedepan, Leo, nanti kita kecelakaan gimana?! Aku bahkan belum makan siang dan kecelakaan bisa saja menyita waktu makan siangku." ucapnya datar namun terdengar lucu di telinga Leo. "Haha, maaf! Aku hanya memastikan saja, kau terlihat sangat hebat hari ini. Pasti menguras banyak tenaga untuk melakukan hal hebat hari ini." timpal pria itu memecah rasa canggung yang ada. Jelo ha
Siang ini Jelo begitu menikmati makan siang yang baru kali ini terasa sangat menyenangkan selama dua tahun yang ia lalui. Ayah dan ibu Jelo banyak mempertanyakan apa yang selama ini ia lakukan, bagaimana kesehariannya dan juga rencananya ke depan. Ia masih merasakan suasana hangat keluarganya seperti dulu, hanya saja kali ini tetap terasa kurang tanpa kehadiran adiknya. "Ana.." ucap Jelo dalam hati, menyebut nama adiknya. Dimomen seperti inilah dia akan sangat merindukan Ana. Setelah acara makan siang berakhir, Jelo & Yefta izin pamit pada kedua orang tua mereka untuk kembali ke kantor dan menyelesaikan beberapa urusan yang harus mereka kerjakan. Jelo berjanji akan sering-sering mengunjungi orang tuanya, dan juga setelah semua permasalahan ini kelar ia berjanji pada dirinya sendiri akan kembali dan memulai segala sesuatunya dari awal. "Mommy - daddy, Jeni pamit, ya. Besok Jeni ke sini lagi. Sekali
"If i love you was a promise, would you break it if you're honest? - Artha."***Artha duduk disamping Jelo dengan disuguhi pemandangan yang menarik hati. Namun tetap saja pikirannya sedikit tidak tenang mengingat Yefta belum saja muncul dalam jarak lingkar pandangannya.Jelo jelas menangkap gelagat aneh dari sahabatnya, "Tha..." panggil Jelo lembut sambil menyentuh ujung gelasnya."Hm?" sahut Artha menoleh mengumpulkan fokusnya agar tetap terlihat tenang di hadapn Jelo. Belum sempat Jelo mengeluarkan ucapannya. Yefta sudah terlihat dari kejauhan berjalan menghampiri mereka.Seketika wajah Artha memerah, ia tertunduk malu dengan sikap saltingnya yang membuat Jelo tertawa kecil, menertawakan kekonyolan sahabatnya."Maaf, ya, telat." ucap Yefta sembari melempar senyum ke arah Artha dan juga Jelo. Tak lupa juga ia memberikan seikat bunga mawar untuk Artha sebagai permintaan m