ホーム / Romansa / SEDIKIT LAGI, SAYANG! / 39. SHORT TIME SEBELUM KE KANTOR

共有

39. SHORT TIME SEBELUM KE KANTOR

last update 最終更新日: 2025-12-15 20:57:59
“Ayo, Sayang. Short time,” ucap Nathan. Ia segera meneguk air mineral, lalu menarik Cindy ke atas pangkuannya.

Cindy tersenyum nakal. Ia membiarkan Nathan membuka pakaiannya perlahan tanpa terburu-buru, diselingi ciuman mesra dan hangat. Setelah telanjang, mereka melakukannya di atas kursi makan.

“Ah!” Cindy mendesah keras saat Nathan memasuki miliknya yang sudah basah dan berlendir.

Gerakan pinggul Cindy yang duduk di pangkuan Nathan perlahan bertambah intens. Nathan, di bawahnya, sekali lagi menghisap payudara Cindy, melumat dan melingkarkan lidahnya secara bergantian.

“Ah… Sayang… Aaaah… Ouh…” Cindy semakin mendesah, seiring pinggulnya bergerak lincah. Nathan dengan kuat mendorong dari bawah, sambil memegangi pinggul dan meremas bokong Cindy.

“Lagi, Sayang, lagi! Jangan berhenti… Aaah…” Nathan mendesah, menikmati setiap gerakan pinggul itu, diselingi ciuman singkat di bibir Cindy.

Semakin panas, Nathan menggendong Cindy dan membawanya ke atas sofa di ruang TV.

“Ah… Mas
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   62. ORANG TUA SHELLA MERASA DI TIPU. SHELLA MARAH SAMA CINDY!

    Dua jam sebelumnya. “Bikin malu! Benar-benar bikin malu!” hardik Ayah Shella begitu tiba di kediamannya. Ibu Shella ikut duduk di sofa ruang TV, wajahnya tegang. “Lagipula, Shella, mustahil Nathan itu pria single. Mama juga kaget ternyata dia duda.” Shella membanting tubuhnya ke sofa tak jauh dari ibunya. Wajahnya masam, kecewa, dan nyaris menangis. “Aku nggak pernah tahu, Ma! Lagian Tante Siska juga nggak pernah cerita kalau Nathan itu duda. Wajar dong aku nggak tahu!” bantahnya dengan suara meninggi. Ayah Shella menatap putrinya tajam. “Kamu terlalu gegabah. Terlalu percaya. Sekarang akibatnya bukan cuma kamu yang malu—keluarga kita juga.” Shella mengepalkan tangan di atas paha. “Aku juga korban, Pa. Aku pikir aku punya masa depan sama dia.” Ibu Shella menghela napas panjang. “Mulai sekarang, cukup. Kita nggak mau terlibat lagi. Hubungan dengan keluarga mereka… sudah selesai.” Shella terdiam. Matanya berkaca-kaca, rahangnya mengeras menahan emosi yang tak sempat ia l

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   61. MEMBUANG ANAK KANDUNG DEMI HARTA

    Langkah Ayah Nathan terhenti. Ia menoleh perlahan, sorot matanya berubah.“Maksud kamu… di surga?” tanyanya pelan.“Iya, Pa,” ucap Cindy sambil mengangguk kecil. “Mama saya sudah meninggal… sebulan lalu.”Ayah Nathan terdiam. Rahangnya mengeras, lalu ia mengangguk pelan, menahan rasa duka yang tiba-tiba menyeruak.“Turut berduka cita,” ucapnya tulus.Tanpa berkata apa-apa lagi, ia melangkah menuju lift untuk turun ke lantai dua, langkahnya jauh lebih pelan dari sebelumnya.“Sayang, kita pulang sekarang. Sudah selesai, dan nggak ada lagi yang perlu kita bahas di sini,” ucap Nathan sambil menggandeng tangan Cindy.“Kamu… nggak apa-apa, kan, Mas?” tanya Cindy lirih, menatap wajah Nathan di sampingnya.Nathan tersenyum tipis, matanya menatap kosong ke pintu lift yang terbuka.“Lebih baik dari tahun-tahun yang lalu, Sayang.”Ia menarik Cindy masuk ke dalam lift. Pintu perlahan menutup, membawa mereka meninggalkan lantai tiga—meninggalkan masa lalu, dan melangkah ke kehidupan baru yang penu

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   60. MEMILIH CINDY = MISKIN

    Dengan berat hati, keluarga Shella akhirnya meninggalkan kediaman keluarga Nathan.“Kami pamit dulu,” ucap ayah Shella tegas, suaranya berwibawa. “Seharusnya memang kami tidak ikut terlibat terlalu jauh dan tidak perlu datang ke sini.”Ayah Nathan berdiri, wajahnya tampak kaku.“Saya minta maaf atas kegaduhan ini, Pak. Ini benar-benar diluar dugaan kami.”“Tidak masalah,” jawab ayah Shella tenang, tapi dingin. “Saya maklum. Situasi setiap keluarga memang berbeda-beda.”Ia menjeda, lalu menambahkan dengan nada yang jelas bermakna,“Terima kasih sudah memberi kami kesempatan berkenalan dengan keluarga Pak Wijaya Kusuma.”Kalimat itu terdengar sopan, tapi cukup untuk menandai batas yang sengaja ditarik.Shella berdiri terpaku. Wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca, kecewa bercampur marah. Ia menoleh sekali ke arah Nathan—namun lelaki itu sama sekali tak membalas pandangannya.Sementara itu, ibu Nathan duduk kaku di tempatnya. Rahangnya mengeras, sorot matanya penuh amarah yang ditahan, se

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   59. MANTAN MERTUA JADI BUNGKAM!

    “Nathan, stop!” bentak ibunya tajam. “Mama nggak mau dengerin bualan kalian di sini. Tolong langsung bilang, kamu maunya apa?”Nathan menghela napas pelan, lalu menoleh ke Cindy. Sorot matanya tenang, tapi penuh keyakinan.“Silakan Cindy yang bicara, Ma, Pa,” ucap Nathan mantap. “Karena dia adalah korban dalam hal ini.”“Korban?” Ayahnya mendengus sinis. “Korban apa? Kamu jangan mengada-ada, Nathan. Perempuan ini sudah sejauh apa memengaruhi hidup kamu?”Cindy menarik napas dalam-dalam. Tangannya mengepal di pangkuan, tapi punggungnya tetap tegak. Saat berbicara, suaranya bergetar—bukan karena takut, melainkan karena menahan luka lama.“Maaf, Pa… Ma…” ucap Cindy lirih namun tegas. “Izinkan aku menyampaikan sesuatu.”Ruangan mendadak hening.“Soal pernyataan kalau aku mandul,” lanjut Cindy sambil menatap satu per satu wajah di hadapannya, “itu semua hasil rekayasa Mama.”Ibunda Nathan langsung bangkit setengah berdiri. Wajahnya memerah.“Itu fitnah!” teriaknya lantang.Cindy tersenyum

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   58. PANAS!

    “Permisi, Bu… Mas Nathan sudah datang,” lapor salah satu asisten rumah tangga dengan sopan. “Suruh langsung ke lantai tiga,” ucap ibu Nathan tegas, meski senyum tipis masih terlukis di wajahnya. Tatapannya sempat beralih ke arah kedua orang tua Shella yang sudah duduk di sana. Papa Nathan menghela napas pelan. “Papa harap jangan ada keributan, Ma.” “Itu tergantung siapa yang mulai duluan, Pa,” sahut ibu Nathan dingin, tanpa sedikit pun menoleh. Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka. Nathan dan Cindy melangkah keluar dan baru saja tiba di lantai tiga. Seketika, semua pandangan tertuju pada mereka—terutama pada Cindy, sang mantan istri sekaligus mantan menantu yang kehadirannya selalu memantik ketegangan. Suasana mendadak sunyi. “Wah… Nathan, ayo duduk,” ucap ayahnya akhirnya, berusaha terdengar normal. Namun tak ada sapaan untuk Cindy. Ibu Nathan pun melakukan hal yang sama—menyambut Nathan dengan anggukan singkat, seolah Cindy yang berdiri di sisi putranya hanyal

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   57. MANTAN MENANTU TERTINDAS VS MANTAN PENINDAS!

    “Banyak banget spermanya? Ini sih overload,” ucap perawat yang baru saja membawa sampel sperma milik Nathan ke ruang laboratorium. Sementara itu, Nathan dan Cindy duduk berdampingan di ruang tunggu. “Jam enam sore nanti kita langsung ke sana?” tanya Cindy pelan. Ia bersandar di dada Nathan, jemarinya masih menggenggam tangan pria itu. “Iya, Sayang.” Nathan mengangguk singkat. Satu lengannya merangkul Cindy, sementara tangan lainnya sibuk memegang ponsel. “Maaf, aku nggak fokus. Lagi ngecek email kerjaan.” Cindy mendongak, menatap wajah Nathan. “Minggu depan kita harus ke Kalimantan,” lanjut Nathan dengan nada sedikit berat. “Ada masalah izin alat berat. Pemilik proyek minta aku datang langsung ketemu Pemda.” “Oke…” jawab Cindy lirih. Kelopak matanya tampak berat. Tubuhnya makin melemas di pelukan Nathan—lelah dan mengantuk setelah rangkaian pemeriksaan hari itu, juga setelah momen intim yang baru saja mereka lalui. Nathan menurunkan ponselnya, mengecup pelipis Cindy de

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status