Share

BAB 12

Mas Adam sudah sangat mengkhawatirkan. Sepertinya dia tak main-main dengan ucapan bernada ancaman itu. Terbukti sampai pagi menjelang, dia tak kunjung pulang.

Sebagai perempuan yang ingin mempertahankan rumah tangga, tentu aku tak akan tinggal diam. Lekas kuhubungi Mas Daffa melalui telepon, dan untungnya dia mau mengangkat meski masih terbilang pagi.

“Ada apa, Sil?” tanya suara dari seberang sana.

“Ada yang ingin aku bicarakan, Mas! Bisa kita ketemu?” tanyaku balik.

Dia tidak langsung menjawab, dan aku rasa tengah berpikir.

“Bisa. Kapan dan di mana?”

Kali ini gantian aku yang berpikir, sebab tak biasa bertemu di tempat tertentu. Untung saja teringat sebuah tempat ngopi saat motor mogok.

“Di tempat kemarin. Waktunya terserah kamu saja, Mas!”

“Ya udah sekarang saja. Aku langsung ke sana,” sanggupnya.

Aku melongok jam digital di layar ponsel yang baru menunjukkan pukul sembilan lewat sedikit. Apa ini enggak terlalu pagi?

Ah ..., tapi enggak apa-apa. Semakin cepat bertemu, sema
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status