Share

3. Tugas

Pendekatan tuan Sutanta dengan tuan Sanjaya berjalan dengan baik.

Tuan Sanjaya berterima kasih kepada kakak tirinya  yang akan membantu mencari cucunya.

Cucunya harus ditemukan. Uji DNA, dan jika benar, ia akan membesarkan anak itu sebagai pewaris Dinasti Sanjaya Corporation.

Jika tidak, garis keturunan tuan Sanjaya terputus.  Tak ada lagi usaha yang dilakukannya.

Mungkin menjadi sebuah yayasan cukup cocok atau diwariskan kepada keluarga jauh.

Tak berani tuan Sanjaya membayangkan perusahaan yang dibangun oleh ayahnya dan diwariskan  kepadanya menjadi perusahaan besar lenyap ketika dia sudah meninggal.

Usia tua dan penyakit yang menggerogotinya, diluar tampak sehat sehat saja. Namun ia mendapat perawatan dari penyakit sejenis kelainan darah, dimana ia tergantung dari obat obatan.

Penyakit yang diagnosa sebagai

gangguan produksi darah merah yang bisa meningkat ke kanker. Dalam istilah kedokteran Polysitemia vera.

Ia harus mendapat perawatan dari dokter Onkologie yang  setiap bulan memberikan resep obat.

Penyakit yang disembunyikannya kesetiap orang. Tuan Sutanta juga tidak tahu. Dia sendiri Tuan Sanjaya yang mencemaskan penyakitnya itu.

Sampai saat ini tidak ada hal hal serius dengan penyakitnya. Masih belum ganas menjadi kanker.

***

Dari hasil pembicaraannya dengan tuan Sanjaya, maka tuan Sutanta memanggil anaknya Andika. Putra lelaki satu satunya. Ada 3 orang anak tuan Sutanta. Dua orang lagi perempuan yang sudah menikah.

Kini ,Tuan Sutanta menggantungkan harapan kepada  anaknya Andika  .

"Ayah sudah melakukan pendekatan dengan Tuan Sanjaya. Engkau berkesempatan membantunya untuk menemukan cucunya. Ingat, beritahu ayahmu lebih dahulu, apa yang terjadi dan dengar pengarahan ayah."

Andika mendengarkan, meski ia tak selalu sependapat dengan ayahnya. Baginya, cara yang licik bukanlah hal yang elegan .

"Apa yang harus saya lakukan ayah? " Tanyanya.

"Kau temui saja tuan  Sanjaya, sebuah perjalanan mungkin baik untuk kamu lakukan."

"Kenapa saya harus menemui beliau.?  Dan perjalanan apa?"

"Menemukan seseorang, karena dia merasa menemukan cucunya. Pewaris atau anak dari Jayadi Sanjaya."

"Apa mungkin?"

"Mungkin sekali, Tuan Sanjaya akan  bercerita banyak."

Tuan Sutanta menjelaskan sedikit pertemuannya dengan tuan Sanjaya.

"Belum tahu juga, apa dia bisa mempercayai kamu, mudah mudahan saja."

***

Andika tiba dirumah tuan Sanjaya siang itu, ia bahkan harus menunggu tuan Sanjaya sedang keluar dan belum pulang.

Ia mengaggumi rumah konglomerat itu. Ada beberapa bangunan yang indah. Meski ia sudah sering kesana masih juga ia terpesona.

Rumah itu memiliki warna kalem yang serba cream. Di tengah-tengah terdapat kolam renang yang sangat luas  menjadi pemisah antara bangunan satu dengan bangunan yang lain.

Kehadirannya yang sudah dikenal oleh pembantu membuat ia dapat bebas dirumah yang sepi tanpa adanya keluarga tuan Sanjaya.

Hanyalah pembantu, yang mengurus rumah tersebut dengan baik.

Andika juga melihat  mobil sport Jayadi Sanjaya, yang telah tewas disebuah Tol. Ini mobil lain, karena mobil sport yang dikendarai itu sudah hancur dan ditangani polisi.

Bukan untuk pertama kalinya kecelakan yang  melibatkan mobil sport.

Mobil sport memiliki respon tenaga spontan yang tinggi ketika ngebut  membuat rasa badan tertarik ke belakang. Itulah mungkin kealpaan Jayadi, pikir Andika yang juga menggemari mobil sport. Namun mobil sportnya tidak semewah mobil Jayadi.

Andika melihat Porsche  718. Mobil 2 pintu, salah satu dari milik Jayadi terparkir di garase dengan pandangan kagum. Mobil yang hebat, kata Andika dalam hati.

Menjelang sore tuan Sanjaya pulang. Andika merasa capek menunggu, namun rasa capek nya itu segera hilang ketika tuan Sanjaya menyambutnya dengan ramah.

"Bagaimana pekerjaan kamu? " Tanya Tuan Sanjaya menyuruhnya duduk dan sedikit beramah tamah.

"Baik om, tapi ditangani anak buah papa. Lagi sepi proyek om,: jawab Sanjaya dengan penuh hormat.

"Pernah kekota kecil?" Tanya tuan Sanjaya.

"Dulu papa tinggal dikota kecil', di sebuah propinsi, tidak semegah Jakarta. Pekanbaru cukup lama om."

"Lebih kecil lagi, masih di Riau juga Sebuah Pulau. Apakah kamu mau bantu om?"

"Bantu apa om?"

"Menemukan istri mendiang Jayadi dan anaknya, itu  cucu om"

"Menarik juga, om punya cucu."

" Iya begitulah, anak nakal itu rupanya pernah menikah, memiliki dan memiliki anak."

"Apa yang harus saya lakukan om?"

"Cari sampai dapat, jangan pikirkan biayanya. Kau dapat menggunakan uang berapa saja. Kartu kredit dan ATM"

Tuan Sanjaya membeberkan rencananya. Ia membuka sebuah peta didepannya.

"Kepulauan Riau." Ujar tuan Sanjaya. Kamu saya tugaskan mencari cucu saya dan membawanya ke Jakarta .

"Keluarga Sanjaya harus mendapatkan pendidikan terbaik." , Ujar tuan Sanjaya pula.

"Ibunya atau menantu saya. Saya akan menjadikannya pewaris, jika bukti menunjukkan itu cucu saya." Tuan Sanjaya bersemangat.

"Bagaimana saya menemukan ditempat asing, kalau alamatnya tidak tahu?"

Semula Andika bingung. Namun tuan Sanjaya memberikan pencerahan.

"Kau bisa mendapatkan alamatnya di kantor catatan sipil disana."

"Kalau kamu gagal,  mencarinya disekitar kantor pos yang dicap dialamat surat ini. Cari di SD berdekatan, karena cucuku diperkirakan berumur saat ini 7 tahun, usia sekolah pastinya bersekokah SD terdekat."

Tuan Sanjaya menunjukan kota yang dituju. Sebuah peta. Kepulauan Riau dan berhenti di posisi yang disebut Tanjung Uban.

Tuan Sanjaya memperlihatkan lagi kota Tanjung Pinang.

Dari situ ia akan memulai tugasnya mencari seorang anak kecil yang bernama Adrian syahputra. Tanggal lahir tertera dan nama ibu, cuma itu yang tertera di akte.

Cucunya itu diumur sekolah.  Kelas 1 atau 2. Temukan mereka. Itu perintah Tuan Sanjaya .

***

Tuan Sutanta ayahnya manggut manggut dengan laporan anaknya.

"Lakukanlah, tapi saya ingin usaha ini gagal karena berarti keluarga kita tidak dapat mewarisi kerajaan bisnis Tuan Sanjaya."

Istrinya tuan Sutanta juga ikut bicara.

"Gagal jadi keluarga konglomerat," ujar istrinya .

"Belum tentu, banyak hal bisa terjadi. Itu kalau anak kita patuh dengan arahan kita."

"Peluang kita tetap ada." Tambah Tuan Sutanta pula.

Berangkat lebih awal, Andika menuju bandara. Ia memilih langsung penerbangan ke kota Tanjung Pinang.

Ia tiba di bandara itu ketika hari sudah sore. Dengan taksi ia menuju pusat kota. Mencari hotel terbaik dan besoknya pergi ke alamat kantor yang akan dicarinya.

Ia girang sekali ketika dengan mudah menemukan alamat seperti yang di daftarkan di akte.

Berbekal data alamat kartu keluarga  dia menemukan alamat anak itu.

Andika bersemangat untuk menemui ibu dan anak itu.

Namun sebuah kekecewaan timbul, karena ibunya sudah pindah.

"Sudah pindah," ujar penghuni rumah"

Dengan teliti, ia menanyakan dimana kepindahan mereka.

Sebuah kota kecil lagi, Karimun. Kabupaten Karimun. Itu sebuah kota kecil di kabupaten.

Namun ibu anak itu bukan Meilani, sebut pemilik rumah itu .

"Meilana," katanya.

"Anak itu dipelihara Meilana!"

Meilana adalah adik dari  Meilani yang  sudah meninggal, dua tahun yang lalu," 'ujar pemilik rumah yang juga tetangga mereka.

"Saya tahu."

Sangat terkejut Andika mendapat penjelasan itu. Menemukan Meilana dan cucu konglomerat Adrian Syaputra.

Hal itu dilaporkan Andika kepada ayahnya Tuan Sutanta.

"Itu bagus, tugasmu sudah selesai, temukan surat kematian ibunya dan  pulang ke Jakarta. Katakan cucunya tidak diketemukan,  sudah diadopsi, " kata tuan Sutanta.

"Tidak bisa begitu ayah, bagaimana kalau tuan Sanjaya mengirim orang lain dan terus mencari dan menemukan cucunya?"

Tuan Sutanta berpikir sebentar.

"Baiklah, jangan laporkan surat kematian itu," ujar Tuan Sutanta.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status