Home / Rumah Tangga / SELINGKUH DENGAN TETANGGA / Pura-pura Overprotektif

Share

Pura-pura Overprotektif

Author: Adena Putri
last update Last Updated: 2023-05-26 11:43:26

SELINGKUH DENGAN TETANGGA 1

_______________

"Yakin di rumah masih ada, Mbak?"

"Tenang, Jeng. Tadi kebetulan masak semurnya lumayan banyak!" 

Aku melirik ke arah suamiku yang tengah duduk dekat ranjang bayi. Mas Haris nampak acuh, dan malah asyik menghibur anakku yang tentu tidak akan mengerti apa yang dilakukan olehnya. Pasalnya, Syahdan baru berusia lima puluh hari dari kelahiran.

"Tapi, aku jadi merasa tidak enak, Mbak. Hampir setiap hari Mbak banyak mengantarkan makanan untuk kami berbuka puasa. Sedangkan dari sini tidak memberikan apa-apa," Kekehku sambil menggaruk kepala yang sesungguhnya tidak gatal.

"Tidak usah di bahas, Jeng. Aku tidak merasa keberatan kok." Risma menepis angin menandakan bahwa ia tidak keberatan dan mengganggap hal ini sepele. "Apalagi, suamiku selalu mengatakan kalau sedekah di bulan suci ini pahalanya berlipat,"

Aku hanya berdiri dengan menatap rantang seng dua tingkat yang diberikan Risma dalam genggaman. Sedangkan wanita itu langsung berlari mendekati box bayi dan langsung mengoceh seolah anakku akan faham apa yang dikatakannya untuk menghibur.

"Uh, Gemas banget." 

"Mancung banget hidungnya. Rambutnya juga tebal," pujinya pada anak laki-lakiku. Sedangkan anak pertamaku, Mikhaila sudah duduk di kursi menunggu adzan maghrib.

Aku memperhatikan bagaimana dia begitu asyik mengoceh untuk menghibur anakku. Setiap ia mengirimkan makanan, selalu hal ini yang dia lakukan. Aku jadi ragu, apalagi kini didekat ranjang bayi ada juga Mas Haris. Meskipun ia nampak cuek, dan perlahan menghindari. Namun, tak menyurutkan pradugaku.

Bisa saja kan dia pura-pura mengindari karena ada aku yang masih memperhatikan. Apalagi, Risma yang hampir setiap hari mengirimkan makanan, kuyakini tidak asal-asalan. Mana ada manusia jaman sekarang yang mau membantu orang lain tanpa ada maksud lain? Apalagi, aku pernah memergoki mereka tengah bicara berdua.

"Risma, Kamu tidak usah mengantarkan makanan terus. Aline jadi keenakan dia bersantai,"

"Tidak apa-apa, Mas. Mbak Aline kan baru saja melahirkan. Jadi, aku sebagai tetangganya harus membantu meringankan, setidaknya dengan memberikan ia makanan," kekeh Risma kala itu, aku hanya menguping pembicaraan tanpa menampakan diri. Bersembunyi dibalik pakaian yang tengah dijemur disamping rumah.

Tanpa sadar bibirku tersenyum kecut saat mengingat kembali percakapan mereka tempo hari. Dan ini, sudah ke sepuluh hari sejak memasuki bulan puasa Risma melakukan hal itu. Mengirimkan ragam makanan untuk keluargaku berbuka puasa.

Terdengar suara adzan dari surau yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Buru-buru aku menutup pintu dan membawa rantang ini ke meja makan. Mengalihkan pada satu wadah karena rantang ini pasti akan di bawa oleh pemiliknya. Ada semur daging, gorengan tepung yang dicampur udang merah. Dan, satu bungkus korma yang masih menempel capnya.

"Jeng, buka puasa disini saja!" Titahku saat Risma sudah menghampiri dan mengambil rantang yang telah kosong.

"Tidak usah, Mbak. Aku buka puasa di rumah saja, Mas Romli pasti sudah menunggu!" Sahutnya terkekeh. Sesekali, aku memergoki ia melirik ke arah Mas Haris yang sudah mengambil air. Namun, tetap melangkah.

Sebelum ia menutup pintu, aku segera mengambil wadah dan mengambil kolak dari panci. Tidak enak kalau dia terus mengirimkan takzil, sedangkan aku tidak balas mengirim. Ya, harus adil bukan?

"Mbak, ini aku buat kolak pisang, di bawa ya!" Tuturku seraya meletakkan wadah yang ada jinjingan itu pada tangannya.

"Terima kasih, Jeng!" 

Aku balas senyumanya dan menatap nanar mengiringi langkah Risma yang mungkin hanya sepuluh langkah sudah sampai di rumahnya. Risma memiliki paras yang manis, belum lagi ia rutin perawatan. Dia memang wanita yang hebat, selain bisa mengurus rumah juga memiliki usaha di bidang fotocopy yang tempatnya di perempatan jalan. Namun, anehnya. Ia selalu mengeluhkan kalau ia jarang mendapatkan belaian dari suaminya. Entah sebab apa, tapi yang kulihat mungkin karena dia selalu sibuk. Atau .....

Setelah dia hilang di balik pintu rumahnya. Aku melangkah menuju meja makan. Disana sudah ada Mas Haris yang duduk dan didepannya tersedia satu gelas berisi air putih. Sedangkan Mikhaila, sudah mengunyah gorengan yang terlihat begitu renyah.

"Tidak Maghrib dulu, Mas?"

"Nanti dulu, Masih Adzan!" Sahutnya datar.

"Mikhaila mau makan apa?" tanyaku mengalihkan.

"Mau korma, Bunda. Tante Risma memang baik ya!"

Aku hanya tersenyum sumbang menanggapi ocehan Mikhaila. Dan melirik ke arah Mas Haris yang nampak acuh. 

Ia meneguk air putih itu, dan menyisakan setengah kemudian diletakkan di atas meja. Setelahnya, laki-laki yang menekan hingga tujuh tahun ini bangkit dan mengambil satu korma yang masih terbungkus dalam plastik.

Aku pun ikut mengunyah korma yang untuk membatalkan puasa. Mengamati punggung suamiku yang hilang di balik pintu kamar mandi. Mas Haris memang seperti itu, akhir-akhir ini ia irit sekali bicara. Dan, jarang sekali tidur satu ranjang, apalagi setelah aku melahirkan. Aku jadi merasa, seperti ada sesuatu di balik semua ini.

***

"Mas?"

"Ya?" Sahutnya saat ia kembali memakan gorengan pemberian Risma tadi.

Aku yang memomong Syahdan, tergopoh-gopoh mendekati. Aku ingin menanyakan sesuatu yang semakin hari terus menghantui pikiranku. Tadi, saat buka puasa, hendak bicara. Namun, bayiku bangun dan menangis, terpaksa aku harus memberikannya ASI. Sebelum berangkat tarawih, suamiku malah menyimpang ke rumah Mas Romli. Hal yang biasa dilakukan setelah memasuki bulan puasa. Begitu juga dengan suami Risma, Mas Romli kerap kali berkunjung ke rumahku bahkan tidak jarang sampai pukul sebelas malam. Tapi, aku yakin kunjungan keduanya bukan semata-mata. Tapi, ada sesuatu di baliknya.

"Mas aku boleh tanya sesuatu?" tanyaku hati-hati. Sepertinya ini waktu yang tepat.

Ia menoleh, tapi kunyahan di mulutnya tak juga berhenti. "Ya," sahutnya datar.

Aku menarik napas untuk mengatur gelombang yang bergemuruh di dada. Mencoba memilih kata yang mungkin tidak akan menyinggung perasaannya. 

"Mas suka makanan dari tetangga?" tanyaku. Dan dia balas mengangguk.

"Apa Mas tidak merasa risih setiap hari Risma mengantarkan makanan?" tanyaku memancing. 

"Yang penting kita tidak minta, Kan?" Sahutnya balik bertanya. Aku hanya bisa menarik napas, takut salah dalam bicara 

"Ya, tapi bagaimana kalau ia terus mengirimkan makanan, Mas. Sedangkan di rumah juga ada? Apa Mas tidak mencurigai sesuatu?" tanyaku tak tahan.

"Apa yang mesti di curigai, Aline. Memang sudah lumrah kan jika di bulan puasa orang-orang selalu membagikan takjilnya pada tetangga terdekat?"

Sumpah, kali ini ia ngomong panjang. Tapi syukurlah, akan terus di selidiki sampai aku menemukan jawaban yang diharapkan.

"Apa Mas tidak ada .... "

"Aline, Risma itu istri orang, bahkan laki-lakinya teman dekat, Mas. Kamu jangan mikir aneh-aneh, Aline. Kalau dia memberikan, ya tinggal di terima. Kalau kita punya sesuatu, ya kita juga harus berbagi." Mas Romli bertutur panjang lebar. Membuat, aku merasa lega.

Namun, bukan karena ia tidak irit bicara seperti pada hari-hari biasanya. Tapi Ya Baguslah, kalau seperti ini. Berati aku bebas meminta apapun pada Mas Romli sebagai bentuk nafkahnya untuk anak bungsuku. Sekalipun atas nama takjil yang selalu di antarkan Risma.

.

.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Keputusan terkini

    ______Aline menunduk untuk menetralkan gelombang yang saling tabrak dibenaknya. Sesekali ia mengangkat wajah, menatap sosok Mikhaila yang terus memeluk Syahdan, juga Mutmainnah yang menatapnya tajam secara silih berganti. Sungguh, jika selama ini sering mendapatkan pilihan, pilihan sekaranglah yang paling sulit. Patuh demi buah hati, atau bertahan demi harga diri."Aku bisa membencimu hingga mengakar, tapi tidak untuk memutuskan tali darah antara anak dan ibu. "Ketus Mutmainah nyaris hilang kesabarannya yang memang tipis. "Maka dari itu, masih menahan diri aku mintai satu keputusan darimu, Aline!"Mata Mutmainnah yang tak lagi bening itu terus menatap sang menantu dengan penuh kobaran api di netranya. Sesekali ia meraup udara sebanyak-banyaknya serta membuang sangat kasar."Baiklah," Tutur Aline sambil menarik napas."Aku memilih Khailanya yang tinggal bersamaku!" Dengan satu tarikan napas, kalimat itu

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Belanja untuk Sang Putri

    ______"Ada apa, Ris? Kenapa Risma pindah?" Mutmainah yang sedari tadi samar-samar menangkap pembicaraan Haris dan Risma di via telepon, menarik bokongnya dan mendekati sang putra. "Dan kenapa pula mesti mendadak?""Katanya, kedua orang tua Justin ingin ditemani putranya di akhir usia. Jadi, dia minta mereka tinggal di rumah yang berdekatan!" Sahut Haris memberikan penjelasan."Lo, terus rumah yang itu bagaimana?""Semula dia titipkan padaku, Bu. Setelahnya mungkin akan dijual, atau dijadikan rumah sewaan!"Mendengar penjelasan dari sang putra, Mutmainah menggedikan bahunya. "Ya, itu lebih baik sih. Kalau pemiliknya rukun!"" Daripada rumah kamu yang dibiarkan kosong molompong!" Mutmainah mencabik, kembali memalingkan wajahnya pada layar televisi tepat menayangkan film legend suara hati seorang istri."Kan itu rumah sejarah antara aku dan Aline, Bu. Jadi, canggung dijual jika

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Belanja untuk Sang Putri

    ______"Ada apa, Ris? Kenapa Risma pindah?" Mutmainah yang sedari tadi samar-samar menangkap pembicaraan Haris dan Risma di via telepon, menarik bokongnya dan mendekati sang putra. "Dan kenapa pula mesti mendadak?""Katanya, kedua orang tua Justin ingin ditemani putranya di akhir usia. Jadi, dia minta mereka tinggal di rumah yang berdekatan!" Sahut Haris memberikan penjelasan."Lo, terus rumah yang itu bagaimana?""Semula dia titipkan padaku, Bu. Setelahnya mungkin akan dijual, atau dijadikan rumah sewaan!"Mendengar penjelasan dari sang putra, Mutmainah menggedikan bahunya. "Ya, itu lebih baik sih. Kalau pemiliknya rukun!"" Daripada rumah kamu yang dibiarkan kosong molompong!" Mutmainah mencabik, kembali memalingkan wajahnya pada layar televisi tepat menayangkan film legend suara hati seorang istri."Kan itu rumah sejarah antara aku dan Aline, Bu. Jadi, canggung dijual jika

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Bukti Darah memang lebih kental

    ______"Mana jatah rokoknya?" Sebuah tangan menampan tepat di depan wajah yang sudah kuyu bersimbah keringat."Tahan dulu, Mas. Ini baru laku sepuluh ribu!""Alah, Kerja begitu saja tidak be-cus!"Pray!Meja tempat meletakkan kompor digebrak. Sehingga, wajan yang terletak di atasnya terlempar yang berakibat minyak panasnya berceceran kemana-mana."Mas, kamu itu bagaimana sih? Aku mati-matian untuk tidak membeli secuil pun makanan guna mengisi perut demi modal. Dengan pongahnya kamu tumpahkan?" Aline menatap nyalang suaminya uang sudah kesekian kali melakukan hal serupa. "O, kamu berani menyalahkan suamimu, Hah?" Bentak Romli yanh tidak terima dengan tak kalah sengit. "Seharusnya kamu yang benar menata barang-barang ini,""Dasar Oon!"Mendengar kalimat yang seumpama sebilah belati yang menusuk ulu hati. Aline memilih untuk diam dan melangk

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Mencari Syurga di Dunia

    _______"Ibu?"Haris me-me-kik kala usai berbincang dengan perawat, malah mendapatkan Iis sudah berdiri di belakangnya. Laki-laki beralis tebal itu memiringkan tubuh dan mendongak ke belakang ibu mertuanya dan mendapatkan Yusra berdiri diujung lorong dengan menampakan senyuman hangat disertai anggukan kepala. Dengan ragu-ragu, sudut bibir Haris mengulas senyum membalas laki-laki bercambang tebal itu."Ibu kenapa ada disini? Siapa yang sakit?" Haris memberondong pertanyaan disela ia meraih tangan berbalut kain milik ibu mertuanya, mengecupnya penuh takdzim.Iis mengulas senyum disela wajahnya beraura mendung serta pelupuk mata yang tiada berhenti mengeluarkan air bening. "Kamu sendiri sedang apa disini, Haris?""Ibu sedang menunggu suami yang sedang ditangani!" Lanjutnya menjawab pertanyaan sang menantu yang sempat terjeda."Ayah Riswanto mengidap penyakit apa, Bu?" Bukan menjawab, Haris mal

  • SELINGKUH DENGAN TETANGGA   Ternyata berada di tempat yang sama

    ________"Pak, Jang-""Jangan halangi papa, Ma!" Pinta Riswanto mengangkat tangan. "Tapi Mama takut terjadi sesuatu pada Papa!""Papa akan lebih sakit jika Aline tidak ditemukan, Ma. Jikapun mati, Papa akan merasa sangatlah bersalah dan tidak tenang di alam sana!" Ungkap Riswanto dengan suara serak disela ia harus menekan dada karena terbatuk-batuk."Papa jangan berfikir demikian. Papa pasti sehat, Papa pasti panjang umur." Bantah Iis dengan suara yang tak kalah serak serta air mata yang berderai. "Biar Mama yang cari Aline, Pa!""Mama lebih baik masak banyak untuk mempersiapkan kedatangan putri kita, Ma. Aline pasti sangatlah lapar, suaminya seorang pengangguran yang banyak hutang dan menuntut!"Kalimat pemungkas itu cukup membuat Iis terhenyak. Tangannya yang tengah menahan dada sang suami, ditarik paksa oleh Riswanto sehingga terlepas. Ia terkesima hingga tak sanggup untuk memb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status