Di lain tempat, seorang pria menemui dua orang wanita. Mereka berbicara dengan akrab. Wanita yang satu berusia sekira lima puluh tahunan dan seorang lagi akhir dua puluhan."Tersangkanya sekarang sudah dua orang. Aku ingin kamu bayar pihak berwajib agar penyidikan dihentikan sampai di tersangka itu saja. Ini bisa mengancam kita," ujar sang pria dengan tangan terkepal di atas meja."Kakak, itu akan membutuhkan biaya yang sangat besar karena perlu membayar dengsn nilai yang tinggi, sebab ini beresiko hukum," sanggah perempuan yang lebih muda. Dirinya tidak lagi sungkan menunjukkan keberatan, setelah selama ini begitu menuruti perkataan pria di hadapannya."Maksud kamu, kita biarkan pihak berwajib menggali sampai ke akar dan menemukan kita dalangnya? Jangan membantah. Lakukan perintahku!" hardik si pria tidak suka."Selalu saja begitu, aku yang mati-matian mempertahankan perusahaan, tapi Kakak den
Pertemuan dan kunjungan Hizkia ke lokasi berjalan lancar, mereka belum diizinkan masuk karena masih ada pembatas police line. Lokasi pembangunan terlihat mulai terbengkalai. Peristiwa kecelakaan kerja ini sungguh merugikan perusahaan Hizkia, penyelesaian pembangunannya menjadi terlambat. Sebelumnya mereka menemui pihak berwajib. Mereka diberitahu tentang dugaan kemungkinan otak intelektual di balik kejadian ini. Dua orang tersangka adalah orang suruhan untuk membuat kekacauan di lokasi agar pembangunannya terhambat.Akan tetapi mereka masih belum mau berbicara secara terang-benderang. Pihak berwajib menemukan pengakuan yang berbeda dan berubah-ubah di antara kedua tersangka, tidak sinkron.Hal ini belum bisa dinaikkan sebagai pemberitaan publik sebab masih dugaan. Nama baik perusahaan Hizkia sebenarnya berada diambang kejatuhan. Sebab dua proyek besar yang ditangani tampak tidak beres dipandang oleh pihak luar.Mau bagaimana lagi, tetapi Hizkia setidaknya bersyukur rumah tangganya bi
Bukan Hizkia namanya bila tidak menggunakan pengaruhnya untuk satu kepentingan. Kini ia berada bersama manajer yang tadi pagi ditemui untuk mengajukan keluhan.Hizkia datang lagi untuk mengajukan permintaan mengecek CCTV hotel karena istri dan anaknya menghilang tanpa jejak. Sementara, Hizkia sendiri kelimpungan mencari keberadaan Ruth dan Elkana.Manajer hotel mengabulkan permintaan Hizkia. "Baik Pak Hizkia. Kita bisa ke ruangan operator CCTV untuk mendapatkan rekamannya," ucap manajer hotel. Mereka berjalan bersama menuju tempat yang dimaksud oleh manajer hotel tersebut."Pak Yadi, tolong perlihatkan rekaman CCTV hari ini dari pukul sepuluh," pinta manajer hotel pada operator, setelah mereka tiba dalam ruangan CCTV. Operator melaksanakan perintah atasannya, kini mereka bersama-sama memantau rekaman CCTV yang berlangsung.Terlihat sudut di mana Ruth keluar kamar bersama Elkana, menuju lift. Baik perempuan itu dan anaknya telah berpakaian rapi. Bukan pakaian pagi yang tadi, saat ditin
Hizkia gelisah, berjalan mondar-mandir di kamar hotel. Pria itu belum memiliki petunjuk ke lokasi mana Kris dan komplotannya membawa lari Ruth dan Elkana.Bukan hanya itu, ia memikirkan bagaimana reaksi mama serta ibu mertuanya bila kejadian ini dikabarkan pada mereka. Mereka pasti akan panik setelah mendengarnya. Hizkia merasa serba salah dalam menentukan apakah ia akan terbuka saat ini atau menanti kabar kemajuan dalam pencarian Ruth dan Elkana.Melalui informasi seorang teman, Hizkia menemukan jasa pencarian orang secara mandiri, usaha detektif swasta di kota Surabaya. Hizkia menceritakan semuanya, pihak swasta langsung meminta untuk bertemu Hizkia untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut.Mereka telah menyusun jadwal untuk pertemuan bersama Hizkia sore ini. Pihak swasta akan menyusun tim mandiri setelah mendengar penjelasan lengkap di sore hari nanti. Selain itu, pihak swasta juga akan bekerjasama dengan pihak berwajib agar tidak tumpang tindih peran dalam menemukan istri dan ana
Sementara itu, di suatu tempat yang tidak diketahui lokasinya, Ruth terbangun dari tidurnya. Ia memegangi kepalanya, sekelilingnya serasa berputar.Ruth berusaha mengembalikan penglihatannya. Ia memindai kondisi, otaknya merespon segera bahwa kini berada di tempat asing. Ingatan Ruth kembali pada kejadian sebelumnya, ia datang menemui Kris di parkiran hotel yang entah telah berapa jam berlalu.Ruth sadar bahwa ia dan putranya telah diculik oleh Kris. Seketika Ruth panik, berdiri lalu melangkah mencari keberadaan Elkana. Pergelangan kakinya terasa sakit. Ia menoleh ke bawah, kakinya terikat rantai besi sehingga gerak langkahnya terbatas."Kriiiissss!" teriak Ruth penuh amarah, tangannya terkepal erat. Suara marah Ruth menggema di ruangan kosong itu. Tidak ada siapa-siapa di dalam ruangan, hanya ia seorang.Nafasnya tersengal, Ruth merasa takut dan cemas, baik itu terhadap dirinya maupun Elkana. Entah berada di mana mereka saat ini. Apakah akan ada yang menolong mereka, mengingat lokasi
Malam menjelang, Ratmi kewalahan mengurus Elkana yang mulai tantrum memanggil-manggil mamanya. Elkana tidak bisa tidur. Kebiasaan bocah itu bila malam tiba, ia akan disenandungkan suara sambil punggungnya dielus oleh Ruth. Suasana baru tidaklah menyenangkan baginya. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil merengek memanggil Ruth. Ratmi terlihat lelah mengasuhnya. Sesekali ia mencoba mendiamkan, tetapi lebih sering membiarkan Elkana tantrum sekehendak hati.Ia tidak berani membentak atau memukul Elkana. Kris telah berpesan sebelumnya untuk tidak menyakiti Elkana, bila bukan perintahnya."Ibu, bisa tidak diamkan anak itu! Berisik sekali!" Kris menghampiri mereka di dalam kamar. Pria itu baru tiba dari luar rumah untuk membeli makanan. Jam makan malamnya diinterupsi tangisan Elkana, "Suaranya mengganggu sekali!" ketus Kris pada ibu sambungnya."Elkana sedari tadi manggil mamanya, Kris. Kamu bilang jangan berikan. Begini jadinya," tunjuk Ratmi pada Kris. "Anak balita kalau dijauhkan d
Di dalam hatinya, Naomi sangatlah kesal terhadap Kris yang suka mengambil keputusan tanpa perencanaan matang. Ujung-ujungnya Naomilah yang akan diperintah untuk turun tangan membereskan kekacauan akibat dari tindakan Kris yang impulsif."Aku akan menikahi paksa Ruth," jawab Kris enteng. Naomi menyemburkan air minum dari mulutnya yang baru saja menyentuh bibir gelas."Apa!?" Baik Naomi maupun Ratmi seakan tidak percaya dengan ide yang baru saja mereka dengar."Aku ingin Hizkia hancur. Ketimbang membunuh Ruth lebih baik ia menjadi istriku," jelasnya. Kris meraih sebatang rokok, menaruhnya di bibir tanpa dinyalakan. "Usia pernikahan mereka juga masih satu tahun, Ruth belum tentu mencintai Hizkia," tebak Kris. Pria itu tertawa masam."A... apa Kakak... serius dengan ide itu?" tanya Naomi terbata."Aku serius. Tapi, aku akan selesaikan urusan dengan Ruth dulu," sahut Kris. "Aku telah menawarkan kesepakatan pada Ruth, ia akan kunikahi sebagai ganti nyawa suami dan anaknya," lanjutnya tertaw
Naomi terlihat gelisah di kamarnya. Perempuan itu tidak dapat tidur nyenyak, sebelum memastikan bahwa tindakan Kris ini menguntungkan bagi mereka. Akan tetapi, pikirannya tidak menemukan jaminan bahwa mereka akan aman, setelah menyadari bahwa bisa jadi kini mereka terancam berkat kartu tanda pengenal yang digunakannya untuk menyewa sebuah mobil. "Sialan!" cacinya rendah. Ia tentu tidak mau kalau suaranya akan terdengar hingga ke telinga kakaknya.Ratmi terlihat nyenyak di ranjang. Rumah yang mereka tempati sekarang, peninggalan Ryuzaki. Semasa ayahnya masih hidup, tempat ini digunakan sebagai tempat liburan keluarga dan teman dekat.Semenjak Ryuzaki berpulang, rumah ini tidak begitu terurus dengan baik. Menjelang hari terakhirnya, ayah mereka menghabiskan waktu di desa ini. Di sinilah, surat warisannya dibacakan, keputusan mengenai seluruh harta peninggalan diserahkan kepada Akihiro Krisnarendra, putra kesayangan dan kebanggaannya. Pembagian untuk Ratmi dan Naomi menjadi keputusan Kr