Share

BAB 2

"Bang ... Maya ga jadi masak, jadinya beli lauk. Maya khawatir kalau kecapean Maya yang tidak bisa jadi permaisuri nanti malam."

"Ga apa-apa sayang, yang penting kamu senang. Ya sudah, yuk makan. Abang sudah lapar. Biar Maya Abang suapin ya." ucap Bang Kay. Seperti biasa, ucapan dan sikapnya selalu mendinginkan hati yang membara saking panasnya.

"Maya ada masalah ya, wajah Maya Abang tidak seceria biasanya." ucap Bang Kay.

"Engga Bang, Maya ga ada masalah."

"Jujur sama Abang, jangan ditutup-tutupin. Ada Apa?" tanya Bang Kay penasaran. Sebisa mungkin kusembunyikan perasaanku, kekesalanku, Bang Kay tetap bisa mengetahuinya.

"Tadi ... Maya pas mau beli sayur, banyak ibu-ibu yang ngomongin Maya." ucapku sembari memonyongkan bibirku yang sexy.

"Ngomongin gimana?"

"Ngomongin masalah Maya kenapa udah satu tahun menikah belum punya anak."

"Terus Maya jawab Apa?"

"Maya bilang aja Maya pakai KB dan belum siap punya anak."

Bang Kay tersenyum tipis, entah apa yang ada dalam benaknya.

"Kok malah senyum sih Bang." ucapku.

"Kasihan kamu Dek, gara-gara Abang, harus mendengar omongan orang-orang."

"Abang sih, ditanyain kenapa ga mau ngehamili Maya, diem-diem aja. Apa susahnya coba ngehamilin istri sendiri?"

"Emang Dek Maya udah siap punya anak?"tanya Bang Kaylani.

"Siap dong Bang, kalau ga siap, mana mungkin Maya mau goda Abang tiap malam."

"Tapi Dek, punya anak itu ga semudah yang dibayangkan. Kalau anak BAB, harus di cebokin, mau makan harus disuapin, tiap hari nyuci baju kotornya bertumpuk-tumpuk dan ...."

"Setidaknya kan Bang, Abang sentuh dulu Maya. Masalah hamil atau engga. Mampu atau engga, itu biar Allah yang menetapkan, ini ... Maya harus terpaksa bohong demi menjaga aib Abang."

"Emang Maya bohong apa?"

"Maya bilang sama Ibu- Ibu yang ngomongin Maya, kalau Maya pakai KB makanya ga hamil- hamil." Bang Kaylani, terdiam.

♡♡♡♡

Malam haripun tiba, aku bersiap-siap seperti biasanya. Menggoda Bang Kay setiap malam walau berujung penolakan. Malam ini aku mempersiapkan semuanya dengan lebih baik. Ku pakai Lingerie berwarna merah hati, tidak lupa lipstik, misk thaharah, dan juga parfum beraroma LUX.

Tak lama kemudian Bang Kay pulang dari mesjid, Bang Kay pulang shalat Isya lengkap dengan sarungnya. Bank Kay sepertinya juga akan bersiap-siap menjadi Raja. Ia mengganti bajunya dengan baju kaos putih bertuliskan playboy di dadanya. Lalu kemudian Bang Kay mengganti sarungnya dengan celana jeans ala anak muda jaman Now. Tidak lupa Bank Kay menyemprotkan parfum keseluruh tubuhnya. Aroma Casablanca membuat gairahku meningkat.

Bang Kay duduk di atas kasur, lalu kucoba merayu dan mendekatinya kemudian duduk disampingnya.

"Kreet" suara dipan kasurku berderit. Sedikit merusak konsentrasi.

Adegan indah suami istripun terjadi tanpa terelakkan. Aku dan Bang Kay saling mendengar nafas memburu. Namun saat aku mencoba lebih jauh, Bang Kay menarik diri.

"Dek, tunggu bentar! Abang mau ke kamar mandi." ucap Bang Kay menyingkirkanku darinya.

"Tapi Bang, jangan dong Bang!" rungutku kesal.

"Bentar-bentar, sabar ya!" ucap Bang Kay memasuki kamar mandi dan kemudian menutup pintu dan menguncinya.

"Udah Bang? Kok lama sih?"

"Belum, Abang sakit perut ini."

"Sakit perut sih sakit perut. Tapi masa' ditoilet hampir se jam?" gerutuku.

Hasratku hilang, kepalaku sakit lagi. Sepertinya malam ini aku gagal lagi menjadi permaisuri.

"Bang Kay, pandai sekali kau mencari alasan. Jika ku hitung, mungkin sudah ada seribu alasanmu menghindar untuk Menghamiliku." Batinku kecewa.

♡♡♡♡♡

"Dek, Abang pergi kerja dulu ya. Baik-baik dirumah. Kerja rumah jangan terlalu dipaksain. Nanti pulang kerja Abang bantuin." ucap Bang Kay padaku.

"Iya Bang, hati-hati dijalan." ucapku sembari melambai pada Bang Kaylani.

Seperginya Bang Kay, aku masuk kerumah. Dan mulai membereskan rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 9. Rencananya setelah ini aku akan pergi kerumah Fika sahabatku yang pulang dari kota. Aku ingin menceritakan permasalahanku padanya.

Setelah urusan rumah selesai, aku segera mandi dan memakai baju terbaikku. Biasalah, kalau ketemu teman dari kota musti jaga wibawa. Supaya tidak kelihatan kampungannya.

"Assalamualaikum Fika ...."

"Waalaikumsalam, eh Maya. Jadi juga datang ke rumah."

"Iya dong, masa' ingkar janji."

"Silahkan masuk. Aku ada bawain oleh-oleh buat kamu." ucap Fika ramah. Aku masuk mengikutinya dari belakang.

Sejujurnya aku merasa sedikit risau untuk menceritakan masalahku. Khawatir ceritaku bocor kepada tukang ghibah, khawatir karena yang kuceritakan adalah aib. Tapi entah mengapa perasaan yang kupendam ini terasa membuncah. Aku tidak tahan rasanya untuk menceritakannya. Aku berharap Fika empati pada masalahku dan responnya membuatku lega.

"Fik, menurutmu bagaimana jika ada suami yang tidak menyentuh istrinya di malam pertama sampai 1 tahun lamanya."

"Emang ada ya?" Tanya Fika ragu.

"Ya adaloh Fik. Kamu kok malah ga tau aku nanya sama kamu karena aku yakin kamu tau."ucapku. Aku mulai meragukannya karena Fika memang juga belum menikah.

"Gile banget tu suami ga mau nyentuh istrinya. Mungkin istrinya jelek dan bau kali. Makanya suaminya ga nafsu."ucap Fika.

"Jelek katamu? Istrinya cantik tau, sexy lagi." sanggahku.

"Siapa sih? Kamu ya May?" tebak Fika.

"Mmm, bukan aku loh Fik. Ada lah teman aku. Dia sering curcol sama aku tapi aku ga bisa ngasih solusi. Kalau aku mah tiap pagi menggigil."

"Ha? Menggigil?"

"Iya maksud aku tiap pagi rambutku basah, menggigil kedinginan gara-gara mandi wajib. Ya kenapa lagi kalau bukan karena menghadapi kegagahan Bang Kaylani. Duh, Aku jadi ragu kamu bisa jawab pertanyaan aku. Secara kamu juga belum nikah."

"Hahah, jangan diceritain yang begituan! Ingat aku belum nikah urusan ranjangmu jangan diceritain! May, May, kayak ga tau aja aku gimana. Jadi gini May, banyak hal yang buat suami ga mau bercinta sama istrinya. Bisa jadi lemah syahwat, ada aib, trauma berhubungan, atau jangan-jangan perempuan. Nikah sejenis kayak yang lagi viral itu. Tapi istrinya ga tau suaminya perempuan. Aneh ya masa istrinya tidak tau masalah suaminya."

"Gitulah Fik, suaminya ini selalu nutup-nutupin. Pas istrinya mau lihat milik Paksunya, Paksunya pasti ngehindar nyari alasan."

"Ow ow .... jadi maksudmu istrinya belum pernah lihat juga milik suaminya?" tanya Fika kaget.

"Ya begitulah Fik menurut sepengetahuanku."

"Udah pernah diraba belum sama temanmu. Jangan-jangan memang perempuan nyamar jadi laki. Jaman sekarang loh May zaman Edan." sahut Fika.

"Udah pernah juga sih aku tanya. Katanya udah pernah nyentuh. Keras kok kata dia." ucapku melanjutkan kebohongan. Ku bilang itu cerita teman saja ... Fika udah cengar-cengir ngetawain. Gimana kalau aku ngaku kalau itu adalah kisah nyataku. Bisa kena bully Bang Kay sama si Fika. Biarlah kali ini aku berbohong lagi. Daripada Aibku terbongkar.

"Oh, kalau begitu mungkin dia punya penyakit May. Coba dibicarain baik-baik."

"Udah Fik, dia udah nyoba bicarain sama suaminya. Tapi suaminya tidak mau terus terang. Dan dia tidak mau terlalu maksain suaminya. Takut diceraiin katanya."

"Ya ampun ... itu masalah serius loh May. Bilang sama istrinya supaya istrinya paksa suami dia ceritain. Gimana kalau suaminya punya penyakit bahaya. Bisa musnah cinta istrinya bersama penyakitnya." ucap Fika memberi saran.

"Okelah Fik nanti aku suruh temanku agar memaksa suaminya untuk menceritakan masalahnya."

"Oke. Nanti ceritain lagi ya gimana kelanjutannya. Kepo aku tau. Kok kayak mustahil ada suami yang tidak mau menyentuh istrinya."

"Lihat nantilah Fik."jawabku ragu.

Setelah berbincang-bincang, tidak terasa hari mulai sore. Aku pulang membawa sejuta tanya tak terjawab dan menambahnya dengan sejuta kemelut hati yang baru. Ada terbersit keraguan dihatiku. Bagaimana jika Bang Kay benar-benar mengidap penyakit berbahaya. Sehingga dia tidak mau menyentuhku dimalam pertama, hingga saat ini ....

Kubawa pulang segala kegundahan dari rumah Fika. Hembusan angin tidak mampu menerbangkan kegundahanku bersamanya. Ku rem motorku setelah memasuki pagar rumah. Gontai aku berjalan ke dalam rumah dan bersandar pada empuknya Sofa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status