Langit sangat cerah, bola kuning raksasa di atasnya memancarkan sinar lembut tanpa malu-malu. Awan-awan putih pun bergerak beriringan seperti tarian putri raja, cantik dan indah dipandang.
Hari itu penduduk Kota Raja Xianfeng tidak disibukkan dengan aktivitas harian mereka seperti biasanya. Hampir semua laki-laki dibantu anak-anak mereka memasang hiasan lampion dan kertas merah bertuliskan “SELAMAT” di setiap pintu rumah.Sementara para wanita memasak masakan lezat untuk makan malam, meskipun hari itu bukanlah perayaan tahun baru.Rakyat negeri sedang bersukacita atas kelahiran putra mahkota yang sudah lama dinanti-nantikan, bayi berusia tiga hari itu kelak diharapkan akan menjadi pemimpin bijaksana seperti ayahnya, raja Qi You dan lembut hati seperti ibunya, ratu Xian Lian.Bukan hanya di Kota Raja, di dalam lingkungan istana juga disibukkan dengan persiapan pesta perayaan kelahiran sang putra mahkota. Tidak main-main, pesta akan diselenggarakan tiga hari tiga malam.Raja mengundang seluruh menteri, dan pembesar kerajaan untuk hadir dalam pesta tersebut. Hanya satu orang yang tidak ia undang, tak lain adalah Qi Xiang, kakak kandungnya sendiri.Mereka tidak pernah akur sejak kecil, Qi Xiang berperangai kasar dan pendendam. Sedangkan Qi You lebih lembut dan sabar. Itu sebabnya raja terdahulu menjadikan sang adik sebagai penerus bukannya kakak tertua.Sejak saat itu Qi Xiang meninggalkan istana kerajaan dan tinggal di perbatasan sebelah barat. Mereka tak pernah lagi berhubungan satu sama lain hingga hari itu.Sungguh di luar dugaan, tamu tak diundang itu justru datang dengan kereta kuda dan dikawal puluhan tentara.Qi Xiang berusia 40 tahun, memiliki kumis dan janggut hitam halus tertata rapi, jubah yang dikenakan panjang hingga menyentuh tanah terbuat dari kain sutra mahal.Meski tampan wajah, namun pangeran sulung ini sangat angkuh dan kasar. Terlihat dari dagunya yang selalu terdongak ke atas dan memandang sebelah mata orang-orang di sekelilingnya.Saat mendengar kabar dari kepala urusan rumah tangga istana bahwa sang kakak datang berkunjung, Qi You keluar dari ruang bacanya untuk menemui Qi Xiang. Wajahnya berseri-seri, karena jujur ia merindukan kakak kandungnya itu.Ia berharap semua perselisihan yang pernah terjadi di antara mereka dapat diselesaikan dengan baik, bagaimanapun mereka adalah saudara seayah dan seibu.“Kakak Xiang!” Qi You tersenyum lebar sambil merentangkan kedua tangan, menghampiri sang kakak. Qi Xiang berlutut dengan sebelah kaki menempel ke tanah, memberi hormat pada sang raja.“Semoga raja Qi You panjang umur!”Qi You menangkap kedua lengan Qi Xiang, menuntunnya bangkit berdiri.“Aih Kakak Xiang, jangan terlalu formil padaku. Justru akulah yang harus menghormatimu, karena kau kakakku!” kata Qi You tulus.“Maafkan kelancanganku karena datang tanpa diundang," Qi Xiang mengepalkan kedua tangan di depan dada, sedikit membungkuk. Sang raja, Xi You merasa seperti tertampar, wajahnya sedikit memerah.“Maafkan aku, Kak Xiang! Aku khawatir kau akan marah hingga tidak terpikir mengirimkan undangan padamu. Sungguh maafkan!” ucap raja dengan nada penuh penyesalan.“Tidak apa-apa, Adikku!” Qi Xiang tersenyum, “Tujuanku kemari untuk menghapus semua masalah lama di antara kita, yang lalu biarlah berlalu.”Qi You terharu, ia tak pernah menyangka kelahiran putranya akan membawa hal-hal baik bagi seluruh negeri.Dengan berdamainya dirinya dan Qi Xiang, kerajaan akan menjadi semakin kuat, mereka berdua bisa memajukan negeri bersama-sama.“Aku ingin melihat keponakanku, ia pasti gagah dan tampan seperti pamannya!” canda Qi Xiang.Qi You tertawa, memerintahkan seorang pengawalnya untuk memanggil ratu Xian Lian dan putra mahkota.“Kau benar, Kakak Xiang!” mata hitam raja Qi You berpendar penuh semangat saat menceritakan putra tunggalnya. “Anak itu mirip dengan kita, hidung mancung, kulit putih bersih, mata bulat dan bibirnya juga mirip kita.”Qi Xiang ikut tertawa senang mendengar cerita sang adik, “Apakah dia memiliki ciri-ciri khusus, Adikku?”Raja Qi You mengelus dagunya saat berpikir lalu menjentikkan jari begitu mengingat sesuatu, “Ah ya, ada yang aneh pada anak itu!”Qi Xiang mendengarkan dengan penuh perhatian, sedikit mengherankan karena ia belum pernah seperti itu sebelumnya.“Terdapat sembilan sisik seperti sisik ikan emas di punggungnya, sungguh aneh.”“Hmm,” Qi Xiang mengelus janggutnya, “Konon kudengar putra mahkota dengan tanda lahir sisik naga kelak akan menjadi penguasa tak tertandingi karena akan dilindungi oleh dewa naga Ying Long.”“Itu hanyalah sebuah legenda, Kak Xiang!” Qi You terkekeh, “Dia menjadi raja yang adil dan bijaksana saja sudah cukup bagiku.”Percakapan mereka terhenti ketika ratu Xian Lian muncul dengan menggendong sang putra mahkota.Wajah ratu Xian Lian nampak ketus dan pandangan matanya penuh kecurigaan. Ia bahkan tak mengizinkan Qi Xiang menggendong putranya dengan alasan bayi itu masih berusia tiga hari.Setelah Qi Xiang meninggalkan aula untuk beristirahat diantarkan oleh salah seorang kasim istana, barulah Xian Lian berani menyampaikan unek-uneknya.“Suamiku, mengapa kau undang kakakmu kemari? Bukankah dia sangat membencimu dari dulu?” berondong Xian Lian, wajah cantiknya tak mampu menyembunyikan kecemasan yang terpancar di sana.“Kak Qi Xiang sudah berubah, ia datang kemari untuk menghapus semua masalah lama di antara kami. Seharusnya kita senang bukan curiga sepertimu, Istriku!” Qi You menyentil hidung istrinya, gemas.“Aku benar-benar takut kalau dia berniat jahat padamu,” bibir mungil Xian Lian manyun. Ia kesal melihat kepolosan suaminya yang terlalu mudah percaya pada kebaikan seseorang.“Aku percaya dewa-dewa pasti melindungi kita,” hibur Qi You seraya memeluk istri yang sangat ia kasihi.Sekian lama menikah mereka tak kunjung dianugerahi keturunan, bahkan ketika Qi You mengambil selir atas saran istrinya, ia tak jua mendapatkan bayi laki-laki.Sehingga kehadiran putra mahkota merupakan berkat, dan sang raja yakin bahwa setelah ini rejeki dan kebahagiaan terus mengalir tanpa henti.Sementara itu, pangeran Qi Xiang sedang berada di kamar didampingi ajudan kepercayaannya, Ma Yin. Sang pangeran tampak geram, terlihat dari giginya yang gemeretak menahan marah.“Sombong sekali Qi You, mengenakan jubah emas raja untuk menghinaku!” Qi Xiang menggebrak meja sehingga menimbulkan suara keras, menggetarkan pintu dan jendela berukir di sekitarnya.“Tenanglah, Yang Mulia!” hibur Ma Yin. “Tak lama lagi Yang Mulia akan menggantikan kedudukannya. Kesabaran pasti akan membuahkan hasil.”“Aku akan membuatnya menderita, tak akan kubiarkan dia mati dengan cepat!” Qi Xiang tertawa licik, membayangkan Qi You berlutut mengemis pengampunan padanya.“Apakah semua sudah dipersiapkan?” Qi Xiang melirik ajudannya yang dijawab dengan anggukan mantap Ma Yin. “Aku tak ingin rencana malam ini gagal,”Tiba-tiba Ma Yin mengangkat tangan kanan di depan Qi Xiang, melirik ke arah pintu, memberi kode bahwa ada seseorang sedang mengintai.Ajudan berusia 30 an itu melangkah tanpa suara ke arah pintu dan membukanya dengan cepat.Seorang wanita muda berpakaian indah terperanjat karena ketahuan menguping, namun tak ada rona ketakutan di wajah cantiknya.“Xue Yuan!” seru Qi Xiang kaget, namun tak lama senyum nakal menghiasi bibirnya.Ia mendekat lalu menarik kekasih rahasianya ini masuk. Ia juga memberi kode pada ajudan Ma Yin untuk meninggalkannya.Ma YIn membungkuk, meninggalkan mereka berdua setelah sebelumnya menutup pintu kamar.“Aku sangat merindukanmu, Xue Yuan!” Qi Xiang melingkarkan lengannya di pinggang sang kekasih namun wanita itu melengos, berpura-pura merajuk.“Kau datang tapi tak mencariku, apa benar ucapanmu itu?” bibir Xue Yuan mengerucut.“Tentu saja aku bersum …” Qi Xiang mengangkat tangan namun Xue Yuan buru-buru menghentikan sumpah sang kekasih dengan menempelkan jemari lentik ke bibirnya.Xue Yuan berbisik manja, “Tidakkah kau merindukan putri kita?”“Tentu saja aku merindukannya,” kata Qi Xiang cepat. Digenggamnya jemari Xue Yuan, “Malam ini aku akan menghancurkan Qi You dan seluruh pengikutnya, setelah aku menjadi raja maka kau akan menjadi ratu.”Xue Yuan meremas saputangan sutera di tangan penuh emosi, sudah lama ia menantikan hal ini. Sebuah rencana makar untuk menggulingkan raja Qi You dan ratu Xian Lian.Bertahun-tahun menjadi selir raja namun Qi You tak pernah sekalipun memperhatikannya.Karena sakit hati, ia berselingkuh dengan kakak kandung sang raja hingga mengandung di saat yang sama dengan ratu mengandung putra mahkota.Bahkan saat putrinya lahir-pun sang raja tak ambil peduli, hingga menimbulkan dendam mendalam di dalam hati."Mereka harus membayar mahal untuk penghinaan dan penderitaan yang telah kita terima!" bibir Xue Yuan menyunggingkan senyuman licik.Malam itu, pesta perayaan di istana berlangsung dengan meriah. Para pembesar kerajaan dan menteri duduk di sepanjang sisi kiri-kanan dalam aula istana, di tengah adalah singgasana raja Qi You dan ratu Xian Lian.Entah mengapa, sejak sore bayi putra mahkota sangat rewel, menangis tanpa henti. Ratu Xian Lian terpaksa meminta izin kepada suaminya untuk meninggalkan aula.Akhirnya Xian Lian tinggal di kamar tidur pribadi bersama putra mahkota, didampingi bibi Shu, orang kepercayaannya.“Sungguh aneh, mengapa di sini putra mahkota tidak menangis, tetapi di aula dengan orang banyak ia menangis keras sekali?” gumam Xian Lian keheranan.“Mungkin Tuan Muda tidak nyaman dengan keramaian, Yang Mulia. Akan kusuruh Pembantu Kecil membawakan sup hangat untuk Anda!” kata bibi Shu. Xian Lian mengangguk, sebenarnya ia merasa sedih tak dapat mendampingi suaminya namun kesehatan putra mereka jauh lebih penting.Bibi Shu keluar dari kamar, memanggil seorang gadis muda berpakaian pelayan yang berdiri di d
Upacara pelantikan Qi Xiang dilangsungkan keesokan harinya, disaksikan seluruh pejabat negara dan bala tentara. Raja Qi You tak memiliki pilihan selain menuruti keinginan kakaknya demi keselamatan ratu dan putra mahkota. Dengan berat hati ia menyerahkan mahkota dan jubah emas kerajaan kepada Qi Xiang. Raja baru itu bangkit berdiri, dibantu ajudan Ma Yin, ia mengenakan pakaian kebesaran raja dan memasang mahkota dengan hiasan naga emas di kepalanya. Qi Xiang menyeringai puas, ia duduk di singgasana dengan pongah. “Sekarang izinkan aku berkumpul lagi dengan istri dan anakku!” ujar Qi You. Qi Xiang menoleh padanya dan tersenyum sinis. “Berlutut dan memohonlah padaku selayaknya seorang hamba!” Qi Xiang menyeringai kejam. Sudah lama ia memimpikan hal itu terjadi, adik yang dibencinya bertekuk lutut dan mengemis meminta pengampunan. Mengubur harga dirinya, Qi You berlutut dan mengiba, “Kumohon lepaskan istri dan anakku!” Qi Xiang tertawa terbahak-bahak, lalu membungkukkan badan aga
“Aku ingin menukar bayiku dengan bayimu!” permintaan Xian Lian bagaikan petir di siang bolong di telinga Yan Li.“TIDAK!” teriak Yan Li histeris sambil mendekap bayinya erat-erat.Wang Ji menghela napas sebelum akhirnya berkata, “Baiklah, Hamba akan menukar putra kami dengan Yang Mulia Pangeran!”“Apa kau gila, Suamiku? Menyerahkan anak kita ke tangan buronan kerajaan sama dengan membunuhnya!” mata Yan Li melotot ke arah Wang Ji.“Serahkan anak kita, Yan Li!”perintah Wang Ji tegas dan tak bisa dibantah.Dengan berat hati dan tak henti-hentinya menangis, Yan Li menyerahkan bayinya ke tangan suami. Xian Lian sendiri menciumi putra kandungnya berulang-ulang untuk terakhir kali.“Ibu akan datang menjemputmu nanti, Putraku! Sementara Ibu pergi, bertahanlah, Nak!” bisik Xian Lian pada putranya.Setelah menukar bayi mereka, Xian Lian membawa putra Wang Ji bersama bibi Shu menaiki kereta kuda. Wang Ji sudah meletakkan bekal yang cukup untuk mereka bertiga.“Hati-hati di jalan, Nyonya Xian!”
"Aku tidak mau tahu, temukan dan bunuh anak itu!" titah Qi Xiang dengan mata melotot. Ketujuh pendekar kejam membungkuk hormat seraya mengepalkan kedua tangan di atas kepala, "Siap laksanakan, Yang Mulia!" Rencana penangkapan bocah bersisik di desa Kuning tersebar dari mulut seorang pengawal yang kebetulan mendengarkan, berlanjut ke mulut yang lain hingga tersebar dengan cepat di seluruh penduduk kota. Wang Ji, ayah angkat Yu Ping yang kebetulan mampir ke Kota Raja membeli manisan untuk anak-anaknya di pasar, tak sengaja ikut mendengarkan berita menakutkan itu. Tergopoh-gopoh, pria yang selalu mengenakan topi caping itu meninggalkan Kota Raja hingga lupa meminta uang kembalian manisan yang dibelinya. Wang Ji mendayung tongkangnya sekuat tenaga supaya ia segera tiba di tujuan. Setibanya di depan pintu gerbang rumahnya, Wang Ji mendapati Yu Ping sedang mencuci baju dibantu kakak perempuannya, Xin Ru. Melihat ayah mereka pulang, Yu Ping dan Xin Ru menyambut Wang Ji dengan senang.
“Kau ingin menyusul ayahmu ke neraka rupanya, Bocah Bodoh!” desis Dewa Golok Hitam, bersiap mengayunkan goloknya. Xin Ru yakin hidupnya akan segera berakhir, ia pun memejamkan mata dan membayangkan wajah ayahnya. Aku akan berkumpul lagi denganmu, Ayah! Satu, dua, tiga detik berlalu. Xin Ru tak juga merasakan apa-apa, ia mulai berpikir apakah mungkin tebasan golok itu luar biasa cepat hingga ia tak sempat merasakan sakit. Ia memeriksa leher dan dadanya dengan kedua tangan untuk memastikan apakah ia masih hidup, ternyata tubuhnya utuh. Gadis yang masih belia itu akhirnya memberanikan diri membuka mata perlahan. Di depannya seorang wanita bertubuh langsing dengan tinggi tak kurang dari 170 cm berdiri tegak menghadang si Pembunuh Keji. Xin Ru ingat wanita itu sebagai salah satu dari komplotan yang datang mengobrak-abrik desa Kuning, sungguh aneh bila berdiri membentenginya dari serangan golok rekannya sendiri. “Minggir, Mei Mei!” bentak Dewa Golok Hitam kesal. “Hitam, aku menyukai
"Jagalah diri sendiri mulai sekarang, Yu Ping. Aku menyayangimu!" kata Xin Ru lewat tatapan matanya. Yu Ping yang mampu menangkap arti tatapan sang kakak, makin deraslah air mata membasahi pipinya. Bibirnya bergetar saat ia menyaksikan untuk terakhir kali, Xin Ru bergandengan tangan dengan salah seorang dari gerombolan pendekar berhati keji, melangkah meninggalkan desa Kuning dan tak pernah menoleh lagi ke belakang. Tak pernah terpikir oleh anak laki-laki yang masih berusia 12 tahun itu bahwa ayah akan terbunuh dan keluarga tercerai-berai dalam satu hari, yang lebih menyakitkan semua itu disebabkan oleh karena dirinya. Mungkin benar kata ibunya, ia benar-benar anak pembawa sial. Seandainya saja ia tak pernah berada dalam keluarga Wang Ji, tentu pria penuh kasih itu tak akan gugur dan kakak perempuan angkatnya juga tak akan dibawa pergi oleh manusia-manusia berhati iblis. Pendekar Pedang Pendek memutuskan untuk membawa Yu
“PAMAN!” Yu Ping menjerit sekuatnya. Namun yang dicari tak pernah muncul kembali, meski bocah malang itu berteriak memanggil namanya berulang kali. “Yu Ping tak ingin berpisah dengan Paman, biar kita mencari perguruan dimana mereka juga bersedia menerima kita berdua,” Yu Ping menangis terisak. “Huhu … jangan tinggalkan aku, Paman Wu!” Setelah hampir satu jam berlalu sia-sia, bocah itu sadar paman Wu Qing benar-benar telah meninggalkannya dan tak akan kembali lagi. Ia mengusap air mata dengan lengan baju, berjanji pada diri sendiri bahwa ini merupakan air mata terakhirnya. Akhirnya Yu Ping memutuskan untuk meneruskan langkahnya menuju perguruan Hoa San yang terletak di puncak bukit. Begitu mencapai pintu gerbang perguruan, Yu Ping bertemu dengan dua orang pemuda bertubuh tegap sedang keluar dari sana. “Hei Bocah, dari mana datangmu dan untuk apa kau kemari?” bentak seorang yang berwajah bulat begitu melihatnya. Belum lagi ia menjawab, pemuda satunya yang berkulit sawo matang mena
Sebelum semua menjadi gelap, matanya menangkap samar-samar wajah pria di atasnya. “A … Ayah?” bibir Yu Ping mengepak terbuka namun terlalu lemah untuk berkata-kata. Perlahan matanya menutup, ia ingin tertidur dan tak bangun lagi. *** Entah berapa lama tak sadarkan diri, Yu Ping kecil terbangun saat hari sudah gelap. Ia melihat sekeliling, menyadari bahwa dirinya sedang berada di dalam sebuah pondok bambu yang sederhana. Ia juga mengamati bajunya sudah berganti dengan baju berwarna putih bersih, siapa yang sudah begitu baik menolongnya?Ayah angkat sudah meninggal, kakak perempuan meninggalkannya, dan paman Wu Qing juga sudah pergi, Mungkinkah paman Wu Qing mengkhawatirkan dirinya lalu kembali menyelamatkannya? Saat mendengar suara orang memasak di luar pondok, Yu Ping seketika bersemangat. Tak salah lagi, orang yang telah menyelamatkannya pasti Wu Qing alias Pendekar Pedang Pendek. Saking senangnya, tanpa memedulikan bahwa tubuhnya masihlah sangat lemah, bocah itu meninggalkan t