Share

6. Pengakuan Ayah

Aku tak percaya dengan ucapan yang keluar dari bibir ayah.

Dia tak mau menceraikan ibu karena tak bisa melihat ibu, dan paman hidup bahagia.

Apa bedanya dengan sekarang? Sekarang pun ibu, dan paman sudah sangat bahagia. Mereka sampai-sampai tak tau waktu, dan tempat bila ingin melakukan hubungan intim.

"Alasan itu terlalu klasik, Yah. Sandra nggak percaya. Pasti ada alasan yang lain kan? Boleh Sandra tau?"

Ayah terlihat menghela nafas cukup dalam, dan menghembuskan nya perlahan.

Tatapannya mengarah padaku. "Ayah malu, nak. Semua ini terjadi karena kesalahan ayah di masa lalu," ucapnya lirih.

Aku tak menyahut ucapannya. Aku tau dia sudah siap untuk menjelaskan semuanya padaku.

Tatapannya kembali menerawang jauh, "dulu ayah sangat mencintai Sari,ibumu. Tapi, sayangnya Sari nggak cinta sama ayah. Dia malah mencintai Tejo, adik kandung ayah sendiri. Karena kesal, dan merasa kalah saing dari Tejo. Ayah pun nekat berbuat hal hina, dan menjijikan itu padanya.

Berharap dengan begitu Sari mau menikah dengan ayah. Setelah kejadian itu, Sari langsung mengandung. Dan dengan senang hati ayah memintanya pada orang tuanya untuk bertanggung jawab.

Ayah begitu bahagia karena almarhum kakek, dan nenekmu langsung menerima niat baik ayah. Ayah dengan senang telah mengatur pesta pernikahan yang mewah untuk Sari. Sebagai bentuk permintaan maaf ayah karena telah merenggut mahkotanya. Tapi—" ayah menjeda ucapannya sejenak.

Tangannya terangkat pelan, menyeka ujung matanya. Lagi-lagi dia membuang nafas dengan kasar.

Seakan-akan berusaha melepas beban berat yang di pikulnya selama ini.

Aku masih setia menunggu cerita lanjutan dari ayah.

Meski hati ini sudah mulai bimbang lantaran mendengar penjelasan ayah.

Tapi apapun itu. Aku tetap berada di pihak ayah.

"Sebulan sebelum hari pernikahan itu. Sari mengatakan satu hal yang membuat ayah makin merasa terkalahkan oleh Tejo. Sari mengaku bahwa dia pun sempat melakukan hal itu dengan Tejo. Dan dia pun setuju menikah dengan ayah. Asalkan setelah kamu lahir, ayah langsung menceraikannya.

Ayah jelas nggak setuju dengan persyaratan itu. Ayah menolak tegas. Karena ayah nggak mau kamu tumbuh tanpa kasih sayang dari seorang ibu.

Dan akhirnya, Sari membuat keputusan gila itu. Kalau ayah nggak menceraikan dia, maka dia akan nekat menikah lagi dengan Tejo. Tentu hal itu pun ayah tentang habis-habisan.

Tapi, telinga ibumu seolah tuli. Setelah dua hari ayah menikahinya. Dia pun menikah lagi dengan Tejo, tanpa seorang keluarga pun yang tau.

Ayah, ibu, serta Mbak Wati pun sama sekali nggak tau. Ayah nggak tau mereka menikah dimana, dan bagaimana caranya. Tapi yang pasti mereka pun sudah sah menjadi sepasang suami istri.

Tejo membawa Sari ke rumah. Karena memang orang tuanya sudah mengusirnya dan nggak menganggapnya sebagai anak lagi.

Tejo mengenalkannya sebagai istri kepada Kakek, dan nenekmu. Kakekmu yang saat itu memang sedang sakit jantung pun terkejut bukan main, dan langsung meninggal di tempat.

Sedangkan nenekmu, dia nggak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, karena malu dengan gunjingan para tetangga. Nenekmu memutuskan menjual rumah di kampung, dan membawa Sari serta ayah, dan paman Tejo selaku suaminya ke desa ini.

Di desa ini nggak ada satu orang pun yang tau masalah ini. Kecuali pak RT, dan pejabat desa. Karena memang dulu nenekmu yang mengurus semuanya.

Ayah meminta pada nenekmu untuk membujuk Tejo agar menceraikan Sari. Tapi, tanpa ayah duga. Nenekmu justru menolak tegas. Dan nenekmu meminta agar kami hidup seperti ini sampai maut yang memisahkan.

Mau nggak mau ayah menyetujui permintaan nenekmu. Karena setelah itu nenekmu langsung pergi, menyusul Kakekmu di atas sana." Ayah menutup penjelasannya dengan senyum getirnya.

Aku masih diam menyimak penjelasan ayah tadi.

Kalau ibu juga melakukan hal itu dengan paman Tejo. Berarti ada kemungkinan aku adalah anak paman.

Tapi, paman jelas-jelas tak menganggap ku sebagai anaknya.

Sedangkan ibu lebih senang jika aku adalah anaknya bersama paman.

Ternyata serumit ini hidup dengan dua orang suami.

Nasib sialnya justru menimpaku. Aku tak tau siapa ayah ku sekarang.

Ku tatap wajah ayah yang juga tengah menatapku. "Apa ayah masih mencintai ibu?" tanyaku dengan suara pelan.

"Sangat. Ayah sangat mencintainya. Dia cinta pertama ayah. Karena dia, ayah banyak menolak setiap gadis yang mendekati ayah dulu," tandasnya tegas.

"Apa ayah juga mencintai Sandra?" tanyaku lagi.

Ayah mengganggu cepat. Dia menggeser posisi duduknya mendekatiku, dan mengusap lembut puncak kepalaku yang masih tertutup dengan jilbab berwarna putih. " Tentu, nak. Ayah sangat menyayangi mu. Karena kamu, ayah bisa bertahan selama ini. Sebenarnya sudah dari lama ayah ingin menceraikan ibumu. Tapi ibumu meminta agar kamu ikut dengannya. Dia menganggap kamu adalah anaknya dengan Tejo. Tapi, melihat perlakuannya padamu. Ayah jadi nggak tega." Tatapannya terlihat sendu.

"Kalau begitu ayah ceraikan ibu sekarang. Sandra pasti akan ikut ayah. Sandra janji, Yah," ucap ku sungguh-sungguh.

Ayah terdiam sejenak. Dia terlihat berpikir karena permintaanku barusan.

Dalam hati aku berdoa semoga ayah menyetujui permintaan ku tadi.

Walaupun awalnya cara ayah untuk mendapatkan ibu bisa dibilang salah. Tapi aku mendukung ayah.

Ayah sudah banyak menanggung kesakitan selama ini.

Mungkin sudah setimpal dengan perbuatannya di masa lampau.

Sudah cukup ayah menyiksa dirinya sendiri.

"Sandra janji akan ikut ayah setelah perceraian nanti?" tanya ayah seolah dia meragukan kesungguhan ku.

Aku mengangguk mantap. "Sandra janji!" jawabku tegas.

"Baik. Setelah waktu kebersamaan paman, dan ibumu selesai. Ayah akan langsung menceraikan ibumu."

Aku menggeleng. "Nggak. Itu terlalu lama. Sandra mau sekarang juga kita kerumah, dan ayah langsung ucapkan talak pada ibu. Kalau perlu langsung talak tiga!" sahutku.

Ayah terkekeh mendengar ucapanku. "Anak ayah sekarang sudah tau talak tiga rupanya. Tau dari mana, Hem?"

Aku gugup sendiri mendengar pertanyaan yang dilempar ayah.

Semenjak aku tau bahwa ibu memiliki dua orang suami.

Aku langsung mencari tau masalah pernikahan di internet.

Salah satunya adalah masalah perceraian. Talak tiga tentu tak akan bisa rujuk lagi.

Aku takut besok atau lusa ayah berniat rujuk lagi pada ibu.

Maka dari itu aku menyuruh ayah langsung memberikan talak tiga, dan harus sekarang.

Aku tak mau terlalu lama, dan ayah akan berubah pikiran lagi.

"Ayo. Kita kerumah. Sandra mau hari ini juga ayah, dan ibu pisah." Aku berdiri, dan mengambil tas yang terletak di atas meja.

Bersiap-siap menemani ayah ke rumah untuk menceraikan istrinya.

Ada sedikit rasa sedih yang terselip di hati ini karena harus melihat perpecahan keluarga sendiri.

Tapi ini justru lebih baik.

Aku coba menghibur diri dengan melempar senyum manis pada ayah.

Aku berusaha menguatkan ayah, walau aku pun sama rapuhnya seperti ayah.

_____

Kalau suka dengan ceritanya. Jangan lupa komen, ya. Komentar kalian adalah sebuah kata penyemangat untukku 🤗☺️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status