LOGINPernikahan sebelumnya bersama Larissa adalah impiannya. Ia sudah mencintai Larissa sejak lama sekali, sampai suatu hari, ia menemukan Larissa patah hati dan berhasil meluluhkan wanita itu, bahkan mempersuntingnya.
Bagi Andrea, Larissa adalah cinta pertama, dan terakhir. Kini, Soraya sudah menjadi istrinya selama setahun, tapi di hatinya tidak pernah ada nama itu, melihatnya dengan tulus menjadi ibu sambung Alex dan mengurusnya lebih baik, Andrea mulai sadar, ia harusnya bisa melanjutkan hidup, dan bahagia seperti sekarang Larissa juga pasti sudah bahagia bersama pria yang membawanya lari, sampai tega meninggalkan putranya yang saat itu baru berusia 7 bulan. Soraya, wanita malang itu terpaksa menikahi Andrea karena ibunya, Lisa Tamson yang sudah membiayai semua pengobatan ibu Soraya yang bahkan masih berjalan sampai hari ini. Bagi Andrea, Ibu Hera sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, melihat ibu asuhnya selama ini terkapar ia pun tidak bisa diam saja. Ibu Hera adalah sahabat Nyonya Tamson, tapi mereka tidak dikaruniai keberuntungan yang sama, namun memiliki kemalangan yang sama. Menjadi janda yang ditinggal mati suaminya. Lisa bisa menikah dengan pengusaha sukses, tapi suaminya meninggal saat Andrea baru berusia 5 tahun. Ia dengan keras memperhatankan perusahaan suaminya, dan sejak saat itu ia mengajak Hera untuk mengasuh Andrea, dan menjadikannya kepala asisten rumah tangga, karna kesibukannya di perusahaan. Dan saat mengandung anak keduanya, Hera juga kehilangan suaminya yang tiba-tiba meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal. Lisa dan Hera, menjadi sahabat yang erat, mereka membagi keluh kesah masing-masing. Begitupun Andrea, sebenarnya ia sudah mengenal Soraya sejak mereka masih anak-anak, tapi kedua anak ini sama-sama saling tak peduli. Pagi itu, hari dimana semua cerita ini akan bermulai, matahari seolah memberkati Soraya yang akan mencari pekerjaan setelah kelulusannya dari sebuah universitas, ibunya sangat ingin ia menjadi sarjana dan mendapat pekerjaan yang layak. Tapi bagai petir di siang bolong, Ibu Hera pingsan dan masuk ke rumah sakit. Nyonya Tamson sendiri yang mengantarnya. Tapi Ibu Hera tidak juga terbangun dan hanya Raya dan kakanya Dian yang menjaga ibu mereka. Dokter mendiagnosis bahwa ibunya sudah gagal ginjal akut dan harus selalu melakukan cuci darah. Raya melihat biaya administrasi, biaya yang harus bicarakan sekitar 3 juta rupiah untuk sekali cuci darah, dari mana ia bisa dapat uang sebanyak itu? Dan ibunya harus cuci darah dua minggu sekali. Sejak hari itulah Nyonya Tamson menanggung biaya pengobatan Ibu Hera. Tapi dengan satu syarat, Soraya harus bersedia menjadi ibu sambung dari cucunya, Alex. Sama saja bahwa ia harus menikah dengan putranya, Andrea. Selama ini Lisa sangat menyukai gadis muda yang cerdas itu. Tapi Andrea tidak pernah mendengarkan. Kali ini, Alex membutuhkan seorang ibu, ini adalah alasan yang bagus untuk menjadikan Soraya sebagai anak mantunya. Atas semua kebaikan Nyonya Tamson, Soraya pun menerima, tidak ada yang lebih penting dari kesehatan ibunya. Sejak hari itu, tugasnya adalah mengurus kebutuhan rumah tangga, mengatur semua para asisten rumah tangga seperti yang ibunya sudah lakukan sejak lama, yang kini hanya bisa istirahat di rumah dan melakukan pekerjaan ringan. Tapi seberjalannya waktu, Raya menginginkan Andrea untuk menganggapnya sebagai seorang istri. Walau pria itu selalu acuh ia berusaha keras melayani dan mencuri perhatian dengan kelembutannya. Tapi semua itu nihil, Andrea sama sekali tidak peduli, dalam hatinya hanya ada Larissa. Cinta pertama dan akan menjadi yang terakhir menurutnya. Andaikan bukan karna Alex, ia pasti tidak akan menikah lagi. Soraya pun akhirnya menyerah, ia mencurahkan semua kasih sayang, hanya untuk Alex. Membesarkannya seperti putranya sendiri, setiap perkembangannya membuat hatinya terharu, begitupun Alex, ia tidak bisa lepas dari Mami nya, Soraya. "Kamu juga berhak bahagia, Andrea." Ucap Andrea pada dirinya sendiri. Ia tidak lagi bisa fokus bekerja, bayang senyuman di bibir Soraya sudah kembali merampas akalnya. Setahun ia tidak tertarik sama sekali, tapi entah kenapa kali ini ia sangat menginginkan wanita itu. Wanita yang selama setahun ini sudah menjadi istrinya dan ia tidak pernah sama sekali menyenntuhnya. Betapa bodoh. Bahkan mendekap tangannya. Ia baru saja melakukannya di kamar putranya barusan. Percuma ia sekeras apapun berkonsentrasi, yang ia inginkan saat ini hanya, Raya. Lebih baik pergi kesana sekarang juga. Tok Tok!! Soraya terkejut setengah mati. Bukankah ia bilang akan datang setelah bekerja? Bukankah ini bahkan belum 15 menit berlalu? Ia gugup kakinya lemas tapi ia memaksa untuk berjalan dengan ragu. Ceklek! Pintu itu terbuka sendiri. "Raya, apa kau sudah tidur?" Andrea langsung membuka kamar istrinya dan mendapatkan Raya mematung. "Apa kau sudah selesai?" Tanyanya gugup sekali. Andrea mengangguk, ia lalu menutup pintu. Jantung Soraya seperti mau copot berbarengan dengan pintu yang tertutup. Andrea melihatnya sangat berbeda. Malam ini Soraya sangat cantik, tidak seperti sebelum-sebelumnya. Apa karna Andrea mulai sering memikirkannya? Tatapan mata Soraya tidak bisa lepas dari pria yang kini menghampirinya. "Ada apa kenapa melihatku begitu?" "Apa kau benar-benar datang untukku?" Soraya masih tidak percaya akhirnya Andrea membuka hati untuknya. Andrea tersenyum ramah. Menggandeng tangan Soraya untuk duduk di tepi tempat tidur. "Apa selama ini kau menungguku?" Rasanya tidak siap Raya terus bertatap dengan suaminya sendiri, ia jadi terus menunduk. "Ya, awalnya. Tapi aku sudah lama tidak memikirkan itu." "Apa kali ini pun sudah tidak memikirkannya?" Soraya menghela nafas putus asa. "Aku selalu kecewa selama setahun ini, tapi aku tidak ingin terus begitu, jadi aku melupakannya. Walau hatiku selalu ingin ada keajaiban dalam dirimu." Andrea mengambil salah satu tangan Raya untuk menggenngamnya. "Maaf" katanya dengan tulus dan di balas anggukan oleh Raya. "Raya.." Kini Andrea mengangkat dagu Raya untuk langsung melihat kedalam kedua netranya. "Apa aku boleh menjadikanmu istriku yang sebenarnya?" Pertanyaan itu hanya membuat Raya menjadi tersipu. Kenapa dia harus bertanya, selama ini pun Raya adalah istri yang selalu menunggunya. Tapi bagi Andrea, ia harus meminta kerelaan, karna selama ini ia sudah melakukan kesalahan yang berat untuk Raya. "Tentu." Andrea kembali tersenyum, melihat suaminya seperti ini, Raya seperti bermimpi. Andrea mengelus lembut wajahnya, "Maaf membuatmu terus menunggu. Aku akan berusaha untuk bahagia bersamamu mulai sekarang." Hati Raya dipenuhi rasa haru, dan sebuah kecupan lembut mendarat di bibirnya, membuatnya mematung. Wajah terkejut Raya membuat Andrea tertawa, "Apa kau gugup?" Raya merasakan pipinya memanas, dengan ragu ia menjawab, "Aku menyukainya." Andrea tersenyum, meraih dagunya untuk kembali mengecup bibir indah Raya dan melumatnya lembut dengan perlahan. Raya menutup matanya merasakan setiap sentuhan dan air mata merembes dari kelopak matanya. 'Aku harap ini kenyataan, aku harap aku tidak akan terbangun dari mimpi indah ini.' Batin Raya, yang meraih kedua pipi Andrea untuk menekan ciumannya, merasakan deru nafas yang mulai sesak karna perasaannya.Andre menariknya turun ke lantai bawah, langkahnya dingin dan tegas. “Ini kamarmu sekarang,” katanya sambil membuka pintu kamar tamu. “Enggak! Aku gak sudi! Mending aku pulang ke rumah Ayah!” Andre menatapnya tanpa ekspresi. “Oke kalau begitu, silakan.” Ia membuka pintu lebar-lebar. Larissa terpaku. Tenggorokannya terasa kering, lidahnya kelu. Sepulang dari Italia, ia pulang ke rumah ayahnya — seorang konglomerat ternama — tapi ia tidak lagi dianggap keluarga. Ia sudah diusir oleh keluarga Jihan. Maka ia kembali. Kembali untuk satu-satunya tempat yang pasti masih menerimanya. Andre. Tapi lagi lagi ia kesal karena Andre malah memiliki orang lain sebagai penggantinya.Larissa memelas, suaranya lirih tapi penuh desakan."Tapi aku mau balik sama kamu, Ndre... apa kamu udah gak cinta sama aku?"Dia berlari ke arah Andre, ingin memeluknya—tapi segera ditahan.Andre menatapnya tajam, rahangnya mengeras. Ada amarah besar dalam dirinya yang hampir pecah."Aku nunggu kamu, sampe aku ga
“Kenapa? Kenapa kamu balik disaat aku udah mulai melupakanmu?” suara Andre parau, nyaris pecah. “Apa maksud semuanya? Kenapa kamu harus kembali?”Larissa menatapnya lama. Ada sesal di matanya, tapi juga keyakinan yang berbahaya.“Karena aku tau aku salah, aku tau cuma kamu yang mencintai aku dengan tulus, Ndre. Gak pernah ada lelaki sebaik kamu. Dan aku tau, kamu pasti akan selalu terima aku lagi.”Andre menggeleng pelan, menahan amarah yang hampir meledak.“Aku sudah memutuskan untuk bahagia tanpa kamu. Gimana bisa aku mencintai seorang wanita yang tega meninggalkan putra kecilnya? Apa kamu gak peduli sama Alex?”Larissa melangkah satu langkah lebih dekat, matanya berkilat.“Justru karena itu aku balik, Ndre. Plis, sekarang kamu udah gak butuh wanita jelek itu. Sekarang kamu udah punya aku.”Andre menarik napas dalam-dalam, suaranya berat.“Aku gak akan memilih. Kalian berdua istriku… dan aku akan berusaha adil.”“GAK!! Aku gak terima!!” teriak Larissa, suaranya pecah.Andre menatapn
Andrea menatap lekat mantan istrinya yang sudah setahun ini pergi tanpa kabar, menghilang bersama seorang pria tanpa pernah memikirkan perasaannya. "Apa yang membuatmu kembali?" "Aku ingin kembali pada anak dan suamiku, apa aku salah?" "Kau bertanya apa kau salah?" Andrea mencibir. "Ya tentu kau salah!! Apa aku ini tempat sampah dimana kau bisa pergi dan kembali sesukamu?" Andrea menatapnya dengan marah Larissa menengguk saliva menatap suaminya yang kini benar-benar marah, Andrea yang selalu menerimanya sudah berubah. "Aku tidak percaya wanita itu yang membuatmu bisa berkata begini padaku." "Jangan selalu salahkan orang lain. Salahkan dirimu!" Andrea membuang wajahnya tak tahan melihat wajahnya yang terus memelas dan melelehkan hatinya. Berusaha keras ia melupakan wanita itu, disaat ia mulai bisa tidak memikirkannya dia muncul seenaknya. Larissa tertawa kecewa, "Kita belum bercerai Andrea, aku ingin kembali." Di balik pintu, Soraya mendengar semuanya. Mimpi yang mulai terbangu
Andrea berhenti sejenak, menatap wanita yang kini ada di hadapannya, wajahnya merona dan butir air mata membasahi pipinya. "Kau menangis?" Andrea terkejut, "Apa aku menyakitimu?" Ia segera menyeka air mata itu dari wajah Raya. Raya tersenyum dengan sedikit tawa, ia menggeleng. "Aku bahagia." Ia menatap suaminya. "Aku bahagia akhirnya kau datang." Kini Raya meraihnya dan mengecup bibir Andrea manja. Kecupan itu seperti menyalakan sesuatu, desiran dalam darahnya menjadi lebih cepat, Andrea menginginkan wanita di hadapannya, sangat menginginkannya. Andrea menciumi tangannya terus naik hingga ke bahu, dan mendarat pada bibir lembut Soraya, ia menekankan ciuman dengan kuat dan mendorong Soraya di tempat tidur dan kini ia dengan mantap naik ke atas tubuhnya. Soraya pasrah, ia menikmati setiap sentuhan yang setiap malam menjadi khayalannya. Kini, setelah setahun, malam ini tiba, setelah malam ini dia adalah istri Andrea yang sebenarnya. Tengah malam, Soraya terbangun, percaya tak perca
Pernikahan sebelumnya bersama Larissa adalah impiannya. Ia sudah mencintai Larissa sejak lama sekali, sampai suatu hari, ia menemukan Larissa patah hati dan berhasil meluluhkan wanita itu, bahkan mempersuntingnya. Bagi Andrea, Larissa adalah cinta pertama, dan terakhir. Kini, Soraya sudah menjadi istrinya selama setahun, tapi di hatinya tidak pernah ada nama itu, melihatnya dengan tulus menjadi ibu sambung Alex dan mengurusnya lebih baik, Andrea mulai sadar, ia harusnya bisa melanjutkan hidup, dan bahagia seperti sekarang Larissa juga pasti sudah bahagia bersama pria yang membawanya lari, sampai tega meninggalkan putranya yang saat itu baru berusia 7 bulan. Soraya, wanita malang itu terpaksa menikahi Andrea karena ibunya, Lisa Tamson yang sudah membiayai semua pengobatan ibu Soraya yang bahkan masih berjalan sampai hari ini. Bagi Andrea, Ibu Hera sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, melihat ibu asuhnya selama ini terkapar ia pun tidak bisa diam saja. Ibu Hera adalah sahabat Nyo
Malam itu, seperti biasa, tepat jam 10 malam, Soraya akan mengantar secangkir kopi panas untuk suaminya, Andrea Tamson. Pria yang sudah sah menjadi suaminya dari setahun lalu, tapi ia tidak pernah sedikitpun tertarik pada Soraya. "Ini kopinya mas." Dengan lembut Soraya meletakkan cangkir panas yang masih mengepulkan asap. Setahun sudah mereka menikah, dan malam mereka hanya terus berjalan seperti ini. Tapi apa boleh buat, Andrea adalah suaminya, dan kewajiban seorang istri adalah melayaninya, sejauh ini hanya ini yang ia lakukan sebagai istri. "Terima kasih, Raya." Ucap Andrea yang masih terus sibuk dengan layar di hadapannya. Raya tidak pernah mengerti apa yang membuat suaminya sangat dingin, walau ia telah melakukan semua yang terbaik, apa yang membuat pria ini begitu terluka dan tidak bisa melupakan mantan istrinya? Yang bahkan meninggalkan dia dan juga putranya yang masih bayi. Apa ada wanita yang tega seperti itu? Kenapa sikap lembut Raya bahkan tidak bisa meluluhkan hati An







