LOGINUntuk membalas budinya, Soraya memenuhi keinginan Nyonya Tamson untuk menikah dengan putranya dan menjadi ibu sambung bagi cucu kesayangannya, Alex. Setahun sudah, Andrea bahkan tidak pernah menganggapnya ada. Hingga malam itu, ketika Andrea membuka hatinya, sayangnya semesta sepertinya tidak ingin melihat Soraya bahagia. Istrinya yang pergi, tiba-tiba kembali hadir, mengancam akan membawa putra mereka bersamanya. Kembali menjadi ratu dan berbuat semena-mena. Baginya, Soraya hanya sampah yang harus segera di enyahkan.
View MoreMalam itu, seperti biasa, tepat jam 10 malam, Soraya akan mengantar secangkir kopi panas untuk suaminya, Andrea Tamson. Pria yang sudah sah menjadi suaminya dari setahun lalu, tapi ia tidak pernah sedikitpun tertarik pada Soraya.
"Ini kopinya mas." Dengan lembut Soraya meletakkan cangkir panas yang masih mengepulkan asap. Setahun sudah mereka menikah, dan malam mereka hanya terus berjalan seperti ini. Tapi apa boleh buat, Andrea adalah suaminya, dan kewajiban seorang istri adalah melayaninya, sejauh ini hanya ini yang ia lakukan sebagai istri. "Terima kasih, Raya." Ucap Andrea yang masih terus sibuk dengan layar di hadapannya. Raya tidak pernah mengerti apa yang membuat suaminya sangat dingin, walau ia telah melakukan semua yang terbaik, apa yang membuat pria ini begitu terluka dan tidak bisa melupakan mantan istrinya? Yang bahkan meninggalkan dia dan juga putranya yang masih bayi. Apa ada wanita yang tega seperti itu? Kenapa sikap lembut Raya bahkan tidak bisa meluluhkan hati Andrea? Raya hanya terus meringis dalam hatinya, entah kapan keajaiban akan terjadi. Tapi tak mengapa, ia sudah berhutang nyawa pada keluarga Tamson, bila tanpa Nyonya Tamson, ibunya mungkin tidak akan selamat. Kini ibunya sudah hidup, ia sudah sangat merasa bersyukur. Setiap malam setelah menidurkan Alex, putra sambungnya. Raya akan membuatkan kopi panas untuk suaminya, baru pergi untuk tidur. Andrea akan terus bekerja sampai jam 1-2 setiap malam. Dan bangun pagi untuk bekerja, selalu sperti itu, ia bahkan tidak punya waktu untuk putranya sendiri. Raya akan meninggalkan Andrea yang sedang bekerja, jarang sekali ia bertanya lagi, tapi sepertinya Andrea juga merindukan putranya. "Apa Alex sudah tidur?" "Ya, Alex sudah tidur mas." "Temani aku melihatnya." Pinta Andrea. Raya tersenyum dan mengangguk setuju. Alex sudah terbiasa tidur sendiri, jadi ia punya kamar terpisah, berdampingan dengan kamar tidur Raya. Andrea melihat putranya selalu sudah berbeda dari terakhir kali ia melihatnya, anak ini tumbuh cepat sekali. "Kenapa ia sudah berbeda lagi? kemarin ia masih bulat, kenapa sekarang semakin kurus?" Tanya Andrea yang ada ketidak puasan dalam hatinya. "Alex memang keliatan lebih kurus, tapi ia juga lebih tinggi dan tidak bisa berhenti berlarian sepanjang hari. Mas tidak perlu khawatir, dia sehat dan sangat cerdas." Papar Soraya sambil tersenyum menenangkan suaminya. "Benarkah?" Andrea mematap Soraya yang masih tersenyum sambil mengangguk padanya. Wanita ini, kenapa ia begitu baik hati walau setahun ini bahkan Andrea tidak memperlakukannya dengan baik, ia tulus mau mengurus anak yang bukan anaknya sendiri dengan penuh kasih sayang. "Mas harus luangkan waktu lebih banyak untuk Alex, dia sudah bisa melakukan banyak hal, pasti mas terkejut." Andrea tertawa kecil, mengingat bagaimana ia sangat terkejut tiba-tiba pria kecil itu sudah sangat lancar berjalan menghampirinya untuk minta digendong. Dia memang ayah yang buruk karna selalu melewatkan momen pertumbuhan putranya. "Apalagi yang sudah ia bisa?" "Menangkap bola, ia juga sudah memiliki lagu kesukaannya, bahkan sudah mengingat beberapa warna." "Benarkah?" Andrea melihat wajah polos putranya yang akan menginjak umur 2 tahun sebentar lagi, sangat damai saat terlelap, ia menghampirinya dan menghirup wangi tubuh Alex. Tak lupa ia mendaratkan kecupan di pipi kenyal putranya yang menggemaskan. "Besok adalah hari minggu, apa kau terus bekerja?" Tanya Soraya penuh harap. Pria itu ngangangguk. "Aku masih harus menyelesaikan deadline." Soraya menghela nafas kecewa, "Kau seorang CEO tapi sepertinya kau bekerja lebih keras dari siapapun." "Apa kau ingin aku libur?" Tanya Andrea yang melihat wajah kecewa Soraya. "Aku hanya ingin kau meluangkan waktu bersama Alex. Di umurnya sekarang ia butuh dekat dengan kedua orang tuanya." Jelas Soraya. Andrea tersenyum ge-er, "Ku kira kau merindukanku." Lalu ia berjalan untuk keluar dari kamar. Soraya meraih tangan Andrea untuk menghentikannya, "Aku selalu merindukanmu, tapi apa gunanya? Apa aku punya kesempatan?" Andrea menatap wajah cantik istrinya, istri yang selalu ia acuhkan selama ini. Dia memang pria yang jahat. Andrea kembali meraih tangan Soraya untuk mengenggamnya. "Terima kasih sudah menjadi istri yang baik, untuk pria bodoh ini." Pertama kalinyan dalam pernikahan mereka, bertatapan dan mengutarakan perasaan seperti ini. Selama ini Andrea selalu memperlakukan Soraya seperti ia tidak pernah ada. Dimana ia hanya ibu untuk Alex, tapi bukan istri untuknya. Jantung Soraya berdegup kencang, pria itu menatap dengan lembut dan tersenyum. "Aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku." Ia pun melepaskan genggam tangannya. Membuka mulut seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia tak jadi mengungkap nya. Soraya hanya mengangguk paham. Mereka pun keluar dari kamar Alex, dengan Soraya menutup pintu perlahan. Andrea berjalan di depannya, namun ketika Raya akan memasuki kamarnya, Andrea berbalik dan memanggil. "Raya.." Raya seketika melihat ke arahnya. "Apa kau akan menunggu? Malam ini aku akan datang." Mata Soraya membulat, tidak percaya apa yang ia baru saja dengar. 'Benarkah, ia berkata akan datang?' Batinnya seketika seperti hilang. "Tentu" Jawab Raya cepat setelah ia sadar dari lamunannya. Andrea hanya membalasnya dengan senyum dan kembali ke ruang kerjanya. Raya segera masuk dan menutup pintu, ia menyentuh dadanya yang sudah berdegup sangat cepat. "Apa dia berkata dengan benar?" "Apa ini akhir dari penantianku untuk seorang Andrea?" "Apa ini artinya aku akan benar-benar menjadi istrinya?" "Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan?" Soraya menggigiti kukunya dengan gugup. Apa artinya ia harus berdandan sekarang untuk menyambut suaminya? Bulak balik ia berfikir. Dan mencuci muka, lalu sedikit berias bila memang suaminya akan datang, setidaknya ini malam pertama mereka, dan ia ingin terlihat cantik. Ya, mereka memang sudah menikah setahun lamanya, tapi Andrea tidak pernah melihatnya, ia terus larut dalam bayangan mantan istrinya. Lalu menyibukkan diri dengan membabi buta untuk menghilangkan kesedihannya. Selama ini, Raya hanya bisa menahan sesak dalam hati, dan entah kenapa pria itu tiba-tiba saja bilang bahwa ia akan datang malam ini. Raya mengigit bibirnya dengan gugup seketika tubuhnya bergetar. Di ruang kerja, Andrea berusaha untuk kembali menuntaskan pekerjaannya. Ia menyerupat kopi beberapa kali, tapi wajah Soraya terus muncul di kepalanya. Sudah tiga hari ini ia terus memikirkan Soraya, ia menyesal dan iba, wanita itu sangat baik, tapi entah kenapa ia tidak bisa menerimanya, hingga malam itu. Saat ia mengantarkan secangkir kopi seperti biasanya. Soraya terlihat sendu, dengan baju tidur putih tulang yang membuat kulit lebih bersinar, rambutnya diikat dengan sedikit berantakan membuatnya terlihat sexy, ia tersenyum dengan sedih lalu pergi dari ruangannya. Sejak malam itu, Andrea merasa ia sudah sangat menyakitinya, posisinya lebih mirip disebut pembantu, daripada seorang istri.Andre menariknya turun ke lantai bawah, langkahnya dingin dan tegas. “Ini kamarmu sekarang,” katanya sambil membuka pintu kamar tamu. “Enggak! Aku gak sudi! Mending aku pulang ke rumah Ayah!” Andre menatapnya tanpa ekspresi. “Oke kalau begitu, silakan.” Ia membuka pintu lebar-lebar. Larissa terpaku. Tenggorokannya terasa kering, lidahnya kelu. Sepulang dari Italia, ia pulang ke rumah ayahnya — seorang konglomerat ternama — tapi ia tidak lagi dianggap keluarga. Ia sudah diusir oleh keluarga Jihan. Maka ia kembali. Kembali untuk satu-satunya tempat yang pasti masih menerimanya. Andre. Tapi lagi lagi ia kesal karena Andre malah memiliki orang lain sebagai penggantinya.Larissa memelas, suaranya lirih tapi penuh desakan."Tapi aku mau balik sama kamu, Ndre... apa kamu udah gak cinta sama aku?"Dia berlari ke arah Andre, ingin memeluknya—tapi segera ditahan.Andre menatapnya tajam, rahangnya mengeras. Ada amarah besar dalam dirinya yang hampir pecah."Aku nunggu kamu, sampe aku ga
“Kenapa? Kenapa kamu balik disaat aku udah mulai melupakanmu?” suara Andre parau, nyaris pecah. “Apa maksud semuanya? Kenapa kamu harus kembali?”Larissa menatapnya lama. Ada sesal di matanya, tapi juga keyakinan yang berbahaya.“Karena aku tau aku salah, aku tau cuma kamu yang mencintai aku dengan tulus, Ndre. Gak pernah ada lelaki sebaik kamu. Dan aku tau, kamu pasti akan selalu terima aku lagi.”Andre menggeleng pelan, menahan amarah yang hampir meledak.“Aku sudah memutuskan untuk bahagia tanpa kamu. Gimana bisa aku mencintai seorang wanita yang tega meninggalkan putra kecilnya? Apa kamu gak peduli sama Alex?”Larissa melangkah satu langkah lebih dekat, matanya berkilat.“Justru karena itu aku balik, Ndre. Plis, sekarang kamu udah gak butuh wanita jelek itu. Sekarang kamu udah punya aku.”Andre menarik napas dalam-dalam, suaranya berat.“Aku gak akan memilih. Kalian berdua istriku… dan aku akan berusaha adil.”“GAK!! Aku gak terima!!” teriak Larissa, suaranya pecah.Andre menatapn
Andrea menatap lekat mantan istrinya yang sudah setahun ini pergi tanpa kabar, menghilang bersama seorang pria tanpa pernah memikirkan perasaannya. "Apa yang membuatmu kembali?" "Aku ingin kembali pada anak dan suamiku, apa aku salah?" "Kau bertanya apa kau salah?" Andrea mencibir. "Ya tentu kau salah!! Apa aku ini tempat sampah dimana kau bisa pergi dan kembali sesukamu?" Andrea menatapnya dengan marah Larissa menengguk saliva menatap suaminya yang kini benar-benar marah, Andrea yang selalu menerimanya sudah berubah. "Aku tidak percaya wanita itu yang membuatmu bisa berkata begini padaku." "Jangan selalu salahkan orang lain. Salahkan dirimu!" Andrea membuang wajahnya tak tahan melihat wajahnya yang terus memelas dan melelehkan hatinya. Berusaha keras ia melupakan wanita itu, disaat ia mulai bisa tidak memikirkannya dia muncul seenaknya. Larissa tertawa kecewa, "Kita belum bercerai Andrea, aku ingin kembali." Di balik pintu, Soraya mendengar semuanya. Mimpi yang mulai terbangu
Andrea berhenti sejenak, menatap wanita yang kini ada di hadapannya, wajahnya merona dan butir air mata membasahi pipinya. "Kau menangis?" Andrea terkejut, "Apa aku menyakitimu?" Ia segera menyeka air mata itu dari wajah Raya. Raya tersenyum dengan sedikit tawa, ia menggeleng. "Aku bahagia." Ia menatap suaminya. "Aku bahagia akhirnya kau datang." Kini Raya meraihnya dan mengecup bibir Andrea manja. Kecupan itu seperti menyalakan sesuatu, desiran dalam darahnya menjadi lebih cepat, Andrea menginginkan wanita di hadapannya, sangat menginginkannya. Andrea menciumi tangannya terus naik hingga ke bahu, dan mendarat pada bibir lembut Soraya, ia menekankan ciuman dengan kuat dan mendorong Soraya di tempat tidur dan kini ia dengan mantap naik ke atas tubuhnya. Soraya pasrah, ia menikmati setiap sentuhan yang setiap malam menjadi khayalannya. Kini, setelah setahun, malam ini tiba, setelah malam ini dia adalah istri Andrea yang sebenarnya. Tengah malam, Soraya terbangun, percaya tak perca
Pernikahan sebelumnya bersama Larissa adalah impiannya. Ia sudah mencintai Larissa sejak lama sekali, sampai suatu hari, ia menemukan Larissa patah hati dan berhasil meluluhkan wanita itu, bahkan mempersuntingnya. Bagi Andrea, Larissa adalah cinta pertama, dan terakhir. Kini, Soraya sudah menjadi istrinya selama setahun, tapi di hatinya tidak pernah ada nama itu, melihatnya dengan tulus menjadi ibu sambung Alex dan mengurusnya lebih baik, Andrea mulai sadar, ia harusnya bisa melanjutkan hidup, dan bahagia seperti sekarang Larissa juga pasti sudah bahagia bersama pria yang membawanya lari, sampai tega meninggalkan putranya yang saat itu baru berusia 7 bulan. Soraya, wanita malang itu terpaksa menikahi Andrea karena ibunya, Lisa Tamson yang sudah membiayai semua pengobatan ibu Soraya yang bahkan masih berjalan sampai hari ini. Bagi Andrea, Ibu Hera sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, melihat ibu asuhnya selama ini terkapar ia pun tidak bisa diam saja. Ibu Hera adalah sahabat Nyo
Malam itu, seperti biasa, tepat jam 10 malam, Soraya akan mengantar secangkir kopi panas untuk suaminya, Andrea Tamson. Pria yang sudah sah menjadi suaminya dari setahun lalu, tapi ia tidak pernah sedikitpun tertarik pada Soraya. "Ini kopinya mas." Dengan lembut Soraya meletakkan cangkir panas yang masih mengepulkan asap. Setahun sudah mereka menikah, dan malam mereka hanya terus berjalan seperti ini. Tapi apa boleh buat, Andrea adalah suaminya, dan kewajiban seorang istri adalah melayaninya, sejauh ini hanya ini yang ia lakukan sebagai istri. "Terima kasih, Raya." Ucap Andrea yang masih terus sibuk dengan layar di hadapannya. Raya tidak pernah mengerti apa yang membuat suaminya sangat dingin, walau ia telah melakukan semua yang terbaik, apa yang membuat pria ini begitu terluka dan tidak bisa melupakan mantan istrinya? Yang bahkan meninggalkan dia dan juga putranya yang masih bayi. Apa ada wanita yang tega seperti itu? Kenapa sikap lembut Raya bahkan tidak bisa meluluhkan hati An






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments