Share

STAKEOUTS
STAKEOUTS
Penulis: DaisyLia

Chapter 1 : Malam Pesiar Yang Hangat

Ledakan besar menyemburkan pijar-pijar api di angkasa malam. Keindahan yang memukau di langit, membuat hampir semua mata yang berada di atas kapal pesiar terpana.

Mereka semua terbuai, menikmati suasana yang membuat adrenalin mereka semakin meningkat. Tidak peduli pada dingin angin laut yang kian menyergap renik kulit mereka.

Dentuman yang berkali-kali memuntahkan warna warni di langit, menjadikan tanda bahwa operasi penting dan rahasia di sana harus segera diakhiri.

[Beta, beta, perintah untuk seluruh tim.]

Suara pria muncul jelas dari sebuah earphone kecil yang menempel di telinga. Suara yang terdengar tegas dan tenang.

[Aku ulangi. Beta. Selesaikan semua misi dalam satu jam. Operasi naco harus segera diselesaikan. Ganti.]

"Winter mengerti," balas pelan seorang wanita sambil menyelipkan helaian rambut ke daun telinga.

Joy Eira Aster. Wanita dua puluh sembilan tahun itu berdiri sejauh tiga langkah dari pagar kapal. Aster nampak cantik dengan balutan gaun malam yang senada dengan warna langit saat ini. Gaun yang tergerai hingga mata kaki, terlihat seksi dengan belahan panjang di sebelah kaki kanannya. Memperlihatkan jenjang indah yang terselimuti kain tipis sewarna dengan kulit.

Sudah tiga jam Aster membaur di antara orang-orang yang tengah terpukau pada semburan warna warni di langit. Mata birunya pun kembali bergerak memindai situasi di sana. Tidak ada lagi aktivitas yang mencurigakan sejauh ini.

Dari jarak sepuluh meter, seorang wanita dengan gaun merah--Natalie Jessy Christy, code name Walker--menganggukkan kepala pada Aster. Gerakan yang cukup dimengerti hingga membuat Aster langsung melangkah tegas untuk masuk ke dalam ruang utama pesiar besar ini. Ruang yang akan menjadi tempat terakhir penyelidikannya malam ini.

Aster adalah seorang intelijen khusus rahasia yang bekerja di bawah naungan petinggi Federal Bureau of Investigation (FBI) dengan code name Winter.

Seminggu lalu, tim Beta mendapatkan misi untuk menangkap kelompok pendistribusi obat terlarang. Dikabarkan, ketua mereka juga akan hadir malam ini.

"Walker. Lima meter, arah jam sembilan. Seorang pria tampan mendekatimu," ucap Aster membuat Natalie menoleh senatural mungkin.

[Ah, sial, kenapa pria tua itu mendekatiku?] Suara wanita pun terdengar dari earphone kecil di telinga kiri Aster. Suara yang sudah tentu milik Natalie, teman satu tim Aster.

Natalie kesal pada pria paruh baya yang sedang mendekatinya. Pria itu adalah orang yang memiliki pengaruh cukup kuat dalam dunia politik, pria yang juga memiliki kejahatan keji. Namun saat ini, tim intelijen khusus belum mendapatkan perintah untuk bersinggungan dengan pria tersebut.

"Selamat menikmati malam yang panas," ujar Aster menggoda.

Aster pun masuk ke dalam aula. Ruangan besar dengan desain yang terlihat mewah. Suara musik dan ramai perbincangan pun semakin jelas terdengar.

Berjalan anggun, Aster menghampiri seorang pelayan untuk mengambil gelas cantik berisi champagne.

"Thanks," ujar Aster tersenyum seraya memberikan selembar dolar yang dilipat ke atas nampan.

Selembar uang yang menyembunyikan bungkusan tipis berisi serbuk putih. Aster berhasil mendapatkan barang itu satu jam lalu. Barang yang menjadi bukti kuat bahwa kapal megah ini memang menjadi tempat transaksi terlarang.

Berbaur ke lantai dansa dengan mata yang mengawasi beberapa petugas keamanan. Inilah alasan mengapa Aster memberikan serbuk surga itu pada teman satu tim yang menyamar sebagai pelayan. Keamanan di tempat ini begitu ketat dan teliti.

[Beta. Beta. Zi mengambil alih komando. Ganti.] Suara kembali terdengar dari earphone hitam, memberikan instruksi. Mendengarkan sambil menyesap sedikit sparkling water di gelasnya. Aster berdiri di samping pilar berhiaskan lampu-lampu kecil.

[Hei, Winter. Bisa kau pergi ke arah jam dua? Tidak ada CCTV yang mengarah ke lorong itu. Ganti.] Zi, si peretas dari tim Beta kembali memberikan perintah dari alat pendengar.

"Dimengerti," jawab Aster.

Melewati beberapa tamu undangan. Aster pun melempar senyum dan bertegur sapa dengan beberapa tamu lain. Aster memperkenalkan diri sebagai keponakan dari wakil menteri perdagangan. Jika tidak dengan penyamaran, tentu mereka tidak akan bisa berada di pesta eksklusif ini.

Setelah beberapa menit, akhirnya Aster bisa berdiri di depan lorong yang Zi minta. Berdiri sambil kembali meneguk sedikit cairan bersoda yang memabukkan itu. Aster mengarahkan cincin bermata emerald yang melingkar di jari manis ke arah lorong. Cincin yang dirancang khusus dengan kamera pengintai.

Gema pergantian suara pun terus menyerang indera pendengaran Aster. Zi masih memberikan perintah pada semua tim Beta, termasuk pada sang ketua, Queen.

[Aku menemukannya. Target sudah terkunci. Walker, tinggalkan semua urusanmu dan pergilah ke tempat Queen. Ganti. Lagi, Zi memberi perintah.]

Diterima. Walker menjawab tegas.

"Sepertinya misi ini akan segera berakhir," batin Aster senang. Ia tidak begitu menyukai pesta.

Melirik kembali pada seorang petugas keamanan yang terus memperhatikan dirinya sejak menginjakkan kaki ke aula utama ini. Aster pun memberikan gelas yang sudah hampir kosong itu pada pelayan wanita.

[Winter. Target akan sampai di sana. Perhatikan arah jam dua belas. Orang itu memakai pakaian kasual biru panjang, didampingi tiga bodyguard. Ikuti mereka sampai Queen menyelesaikan urusannya dan pergi ke tempatmu. Ganti.]

"Ditolak. Seseorang telah mencurigaiku. Aku akan pergi untuk mengelabuinya. Ganti," ujar Aster.

[Dimengerti. Pastikan kau tetap terlihat oleh Zi. Suara Queen memberi perintah. Segera datang ke belakang kapal setelah kau menyelesaikannya. Ganti.]

"Baik," ujar Aster singkat. Mata cantiknya pun segera memindai sekitar.

Sial! Aster langsung mengutuk dalam hati ketika seorang petugas mulai bergerak ke arahnya.

Tanpa pikir panjang, Aster segera memasuki satu-satunya lorong tanpa kamera pengintai. Ia pun mengeluarkan sebuah kartu magic yang bisa mengakses semua pintu di kapal ini.

Menempelkan asal pada salah satu pintu. Tidak lama, suara akses kartu telah diterima pun terdengar. Dengan cepat Aster menarik handle perak di sana, lalu melirik sebentar kepada pria yang mengikuti dirinya.

“Petugas keamanan itu tidak akan menerobos masuk ke sini, bukan?” batin Aster.

Memindai ruangan yang gelap. Dengan perlahan dan waspada, Aster meraba dinding mencari tombol untuk menghidupkan lampu.

“Ukh!”

Dorongan kuat dengan cepat membenturkan tubuh Aster ke dinding. Pupil mata semakin melebar mencari sedikit cahaya agar bisa membuatnya melihat siapa yang sudah menerkamnya.

Namun sayang, pencahayaan minim itu sama sekali tidak membantu. Hanya deru napas berat dan bau alkohol yang tercium olehnya.

“Siapa yang menyuruhmu?” Suara bariton yang terengah, seolah sedang menahan rasa sakit.

Aster diam, dahinya mengerut heran saat tangan kuat yang menekan leher dan mengunci tubuhnya itu bergetar.

“Katakan atau--”

“Tidak, tidak ada yang menyuruhku,” potong Aster susah payah menjawab. Lehernya kian tercekik oleh lengan kekar.

“Kau pikir aku--ugh!” pekik pria itu, menunduk dan bersandar di bahu Aster.

Tanpa membuang kesempatan yang ada. Aster pun segera meloloskan tangannya dari genggaman kuat itu, lalu menendang keras perut sang pria dengan lututnya.

“Ukh! Sialan!” maki si pria, membungkuk sakit.

Entah seperti apa wajahnya. Aster tidak peduli, saat ini pergi dari sana adalah misinya. Meski di luar nanti ia harus kembali memutar otak untuk menghindari petugas keamanan.

“Pergilah, sebelum aku membunuhmu!”

Apa? Cukup membingungkan, mengapa bisa dilepaskan begitu saja setelah mencekiknya? Terlebih, sekarang pria itu meringkuk kesakitan. Rasa kasihan pun membuat Aster mengurungkan diri untuk pergi dari sana.

“He-hei, apa tendanganku sangat menyakitkan?” ucap cemas Aster, bagaimanapun ia telah memukul warga sipil.

“Ukh, sial! Pergi sekarang!” murka sang pria.

“Bagaimana bisa aku pergi meninggalkanmu dengan kondisi seperti ini. Ayo bangun, di sini ada ruang dokter. Aku akan membawamu ke sana,” ujar Aster, tidak tega. Ia pun mendekat dan mencoba menegakkan tubuh kekar yang kian terlihat kesakitan itu.

[Winter. Apa yang kau lakukan? Pergi dari sana secepatnya! Ganti.]

Suara Zi kembali memberikan titah. Sejenak Aster lupa pada cincin pengintai yang masih melingkar cantik di jari manisnya. Zi pasti sedang menonton asik dirinya yang tengah melakukan hal tidak berguna.

Wanita itu tentu tidak bisa menjawab, karena posisinya sedang berada dekat dengan orang lain. Antara memilih pergi atau tetap di sana, hatinya lebih mengiba melihat pria di sana mengerang sakit, entah karena apa.

“Damn!” gumam si pria dengan cepat mendorong Aster hingga terjatuh telentang.

Kedua mata Aster pun sontak membelalak, terkejut ketika pria itu dengan cepat melahap bibirnya.

“Ukh, berhenti, berengsek!” maki Aster saat cumbuan panas mereka terputus. Napasnya memburu cepat.

Namun sayang, peringatan Aster tidak digubris. Pria itu justru semakin menjadi liar sampai tidak memberikan jeda untuk melepas cumbuannya pada bibir, wajah dan leher Aster.

“Ha, hentikan berengsek!” seru Aster, kemudian melayangkan tendangan kuat ke alat vital sang pria.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status