/ Rumah Tangga / STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA / BAB 1 Status fesbuk istriku

공유

STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA
STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA
작가: Langit Senja

BAB 1 Status fesbuk istriku

작가: Langit Senja
last update 최신 업데이트: 2023-07-08 07:03:14

“Bro, sini deh!” ucap Angga, dia adalah temanku. Tiba-tiba dia melambaikan tangannya, sepertinya ada hal penting.

Aku yang sedang asik ngopi dan main game, buru-buru menghampirinya.

“Lihat! Binilu jual elu di fesbuk!” ucapnya, sambil memperlihatkan layar ponselnya ke arahku.

[Dijual! Suamiku sendiri. Pemakaian lima tahun. Body mulus, cuma satu minusnya yaitu gak mau kerja. Kuy, yang minat bisa chat aku!]

Aku benar-benar tidak percaya, mengapa Rina melakukan hal itu padaku. Tak lupa, dia juga membubuhkan fotoku di atas caption tersebut. Dasar memalukan! Aku mengumpat dalam hati.

“Benar-benar ya, si Rina," gumamku.

“Emangnya, lu habis ngapain aja, sih? Sampai dijual sama bini lu sendiri?” Angga menertawakanku. Astaga, benar-benar malu.

“Lah, gue gak ngapa-ngapain, Ga. masalah gak kerja, ya ... saat ini gue juga lagi berusaha kali. Dasar si Rina aja yang lebay,” ucapku lagi.

“Usaha apa usaha ni, Bro ...? Yang namanya cewek itu butuh kasih sayang dan juga uang. Kerja, kerja, kerja,” seru Angga. Bukannya membelaku, malah menceramahiku.

"Lu gak dengar, apa? tadi kan, gue bilang, kalau gue lagi berusaha sekuat tenaga. Dahlah, elu malah ikut-ikutan kayak bini gue, deh." Si Angga memang benar-benar membuatku kesal.

Kulihat dia hanya menggelengkan kepalanya.

"Bro ...."

Mulai deh, dia ceramah lagi kayaknya.

"Yang namanya usaha itu, bukan seperti ini. Buat lamaran, cari kerja ke sana kemari. Lah elu? Pagi-pagi udah nongkrong di sini, ngopi plus maen game. Enak bener hidup lu. Terus yang biayain hidup lu siapa? jangan bilang istri elu!?" Tukan. Apa kataku, dia memang ahli dalam ceramahi orang lain.

"Berisik dah lu. Lu kira gue kagak ngerti apa, gimana cari kerja? Gue ngerti segalanya. Gue juga udah masukin lamaran, lagi nunggu di terima apa kagak. Ngegampangin orang aja deh, lu!"

"Terus, kalau lamaran lu tak kunjung diterima gimana? Lu gak di panggil-panggil dari perusahaan yang elu lamar?"

"Ya sabarlah, baru juga sebulan yang lalu gue lamar tu perusahaan."

"Astaghfirullahal'adziim ... kalau udah sebulan mah, mungkin elu kagak diterima kali." Si Angga, sok tahu aja.

"Udah ah, berisik lu. Belagu amat, cuma jadi tukang warung kopi aja!" Aku melenggang begitu saja meninggalkan Angga.

"Wei ... maen kabur aja! Sini bayar! Udah ngatain, gak bayar lagi. Elu tuh yang belagu, jadi pengangguran aja belagu lu!" balasnya sambil berteriak.

Lalu, kulemparkan uang receh lima ribu ke dalam warungnya, itu adalah uang pemberian Rina, kemarin.

***

Saat aku berjalan untuk pulang, banyak sekali orang-orang menatapku sinis, ada juga yang berbisik-bisik sampai ketawa-ketawa.

Pasti mereka seperti itu, gara-gara status fesbuk si Rina. Keterlaluan si Rina, mempermalukan suaminya sendiri. Buru-buru aku melangkah, tanpa mempedulikan sekitar, dan akhirnya sampai juga di rumah.

Ini adalah rumah warisan bapakku, walaupun sederhana ... tapi, lumayanlah buat berteduh, mah. Ya walaupun atapnya juga banyak yang bocor, tenang ... kan, ada ember buat nampungin air yang bocor itu.

Begitu aku memasuki rumah, ternyata Rina sedang memakan ramen sambil menatap layar laptopnya. Pasti dia lagi nonton film kesukaannya. Langsung saja aku hampiri dia yang sedang duduk menikmati ramennya.

"Kenapa, Mas? ngopinya sudah beres, kah?" ucap Rina, santai. Tanpa menolehku.

"Rina, kamu itu apa-apaan sih, maksud kamu apa membuat postingan seperti itu di fesbuk?"

"Postingan apa, sih?" tanyanya, pura-pura tidak tahu.

"Jangan pura-pura tidak tahu deh!"

"Hoo ... status itu," ucapnya, dengan ekspresi santai. Dia melahap mie ramen terakhirnya, lalu meminum air dalam gelas, hingga tandas. "Kamu sadar, gak sih? kamu itu beban hidup aku tahu, Mas? Aku pikir, kalau dijual siapa tahu laku dan aku dapat untung banyak."

"Beban hidup? Maksud kamu? Hati-hati ya, kamu bisa jadi istri durhaka!" ucapku, menakutinya.

"Jangan bicara tentang istri durhaka, kalau kamu saja tidak memenuhi kewajibanmu sebagai suami, Mas. Kapan terakhir kamu memberikan nafkah buat aku?" serunya seperti menyudutkan.

"Masalah seperti itu saja dipermasalahkan. Dulu juga waktu aku kerja, aku nafkahi kamu. Membelikan apa yang kamu minta. Sabar dulu kek, aku lagi berusaha cari kerja juga. Lagian, kamu juga kan, bekerja dapat uang. Santai aja kali," tuturku.

"Itu kapan, Mas? Iya, aku akui itu. Tapi, ini sudah hampir tiga tahun kamu gak kerja. Aku udah cukup sabar lho, hidup sama kamu. Kalau saja orang tuaku tidak menyuruh aku sabar, karena mereka yakin, kamu pasti akan berubah. Saat itu juga, aku pergi ke pengadilan untuk mengajukan cerai. Tapi, setelah tahun demi tahun dilewati, sekarang sudah tahun ke tiga, dan sabarku sudah habis, Mas!"

Si Rina memang gak pernah bisa sabar. Toh, selama tiga tahun itu dia juga numpang di rumahku. Aku juga ngojek. Ya meskipun cuma cukup buat bensin dan kopi. Menurutku itu sudah tidak terlalu memberatkan dia, kan? sekarang aku juga lagi lamar pekerjaan. Maunya apa sih, si Rina ini?

"Ya sabar dong, Rin."

"Sabar, sabar, sabaaar ... terus yang kamu ucapkan. Aku udah kenyang, Mas. Makan sabar!" cetusnya membuat hatiku memanas.

"Kamu itu, jadi melawan ya sama aku?" tanyaku mulai terpancing emosi.

"Mas, dengar dulu. Aku melawan karena apa? kamu yang seharusnya introspeksi diri!"

"Ini juga lagi nyari kerja, Rin," kilahku lagi.

"Mas, kamu usaha sendiri, kek. Kalau kamu sudah masukin lamaran sana sini tapi ujungnya gak ada yang nerima kamu, kan?"

Ck! Dari dulu, dia maksa banget nyuruh aku dagang, kalau aku gak mau ya gak mau!

"Maksud kamu, aku harus jualan kayak saudara-saudara kamu, gitu? Ogah-lah, gak level," cibirku.

"Oh, jadi kamu merendahkan pekerjaan mereka, ya Mas?" Si Rina begitu marah, mendengar ucapanku barusan.

"Bukan gitu maksudnya, Rin. Kamu, kan tahu, kalau aku dulunya pekerja kantoran. Lah, masa sekarang jadi tukang jualan keliling?"

"Dengar, ya Mas. Mereka jualan itu membuahkan hasil, dapat penghasilan yang banyak. Terus kamu? Ngasilin apa? Jangan merendahkan pekerjaan orang lain deh, kalau diri sendiri malah pengangguran."

"Ngaco banget si kamu! Siapa yang merendahkan coba?" elakku.

"Udahlah, Mas. Aku capek ngomong sama kamu. Kalau kamu gak mau mengubah diri. Aku minta pisah aja, Mas. Kembalikan aku pada orang tuaku jika kamu tak mampu menafkahiku!" Dia lalu melenggang, menghentakkan kakinya pergi dari hadapanku sambil membawa mangkok yang isinya sudah kosong.

"Rin?"

Elaaah ...! Dia benar-benar marah padaku, harus bagaimana lagi aku. Besok aku harus pergi ke kantor yang aku lamar sebulan yang lalu. Masak pengalaman sepertiku tidak keterima, sih?

Aku menghempaskan tubuhku di sofa, aku ngantuk dan berniat untuk tidur. Baru saja aku memejamkan mata, tiba-tiba guyuran air membasahi wajah dan seluruh tubuhku membuatku terkejut bukan kepalang.

"Enak-enakan terus kamu, Mas. Tuh, rasain buat orang pemalas kayak kamu!" cerca Rina.

"Benar-benar kamu, ya Rin! Gak menghargai aku sebagai suami!"

Mendengar aku marah, dia malah cengengesan menjauh menaruh gayung mandi di meja sana. Lalu dia ngeloyor pergi dengan pakaian yang sudah rapi. Sepertinya dia mau berangkat kerja.

Sialan!

Aku mengomel sendiri karena kebasahan.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 20

    POV AuthorSiang itu, Revan memasuki pusat perbelanjaan, ia sengaja berdesak-desakan dengan banyak orang agar bisa memulai aksi buruknya. Tangannya merayap ke dalam tas milik seorang ibu-ibu. Namun, si pemilik berjalan buru-buru sehingga aksinya gagal. Tak patah arang, ia mencoba sekali lagi pada orang yang berbeda, dan ... ia berhasil mendapatkan satu buah dompet dan ponsel milik seorang wanita muda."Berhasil! Haha." Ia bersorak girang, setelah keluar dari pusat perbelanjaan. "Wuah, ada kartu ATM-nya lagi. Ternyata menjadi m****g tidak sesusah yang aku bayangkan," ujarnya.Hari sudah hampir larut, Revan berjalan menuju toko-toko yang akan tutup. Ia akan tidur di depan toko tersebut. Sebelum tertidur, ia menyimpan barang curiannya di tempat yang aman. "Besok aku harus beraksi lagi kayaknya!" gumamnya sebelum tidur. ***Sudah hampir setengah tahun, Revan menikmati kehidupannya di jalanan. Ia kini menjadi seorang pencuri. Belum ada satu orang pun yang berhasil menangkapnya. Ia kin

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 19

    Aku berasa ingin berlari keluar sekarang juga. Untung saja aku diperbolehkan diam saja di ruangan ini hingga jam bekerja selesai. ***"Mas, waktunya pulang. Hati-hati, Mas. Takutnya mereka berkeliaran di jalan." Seorang petugas kesehatan membuka pintu, sembari membangunkan ku yang tengah tertidur. "Sudah waktunya pulang, ya Pak? Baik, Pak. Saya akan hati-hati. Besok saya tidak akan datang lagi ke sini ya, Pak. Gak papa kan gak bilang dulu HRD?" "Lebih baik, Mas bilang dulu. Biar saya yang antar ke ruangan HRD," ucapnya. "Oh, baiklah. Sekarang saja, Pak kita ke sana!" ajak ku. **"Permisi, Pak. Saya mengantarkan pekerja baru ke sini. Mas, ayo masuk!" Ucap Pak petugas kesehatan.Aku memasuki ruangan HRD dituntun petugas kesehatan."Pak, saya izin berhenti dari perusahaan ini, karena tiga karyawan sudah memukuli saya sampai babak belur. Apa tidak ada tindakan dari pihak perusahaan?" "Apa kamu melakukan kesalahan sehingga kalian terjadi keributan?" "Tidak sama sekali, mereka yang s

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 18 Pekerjaan baru

    Jam enam pagi aku sudah bersiap pergi ke tempat kerja baruku. Saat sudah sampai, ternyata orang-orang yang kemarin keterima seperti sedang berkumpul di depan bangunan putih kemarin. Aku juga ikut kumpul di situ, ternyata pembagian kerja. Aku bagian di pengecekan barang. Okelah, tidak masalah. Katanya nanti bakal ada atasan yang mengajari dulu kami. Jam tujuh, semua karyawan pabrik harus siap dengan tanggung jawabnya di sini. Aku memasuki ruangan yang begitu besar, banyak kain-kain yang tertata rapi di sana. "Kain itu sudah tahap pengecekan ya, Mas. Nah, kalau yang ini belum dicek. Nanti kita harus teliti, apakah ada kain yang melar, bergaris dan terkadang ada yang sedikit sobek. Kita harus teliti jangan sampai ada yang tertinggal. Kalau kain ada yang cacat, di simpan di sebelah kiri. Kalau Yang mulus, di simpan di rak khusus. Mengerti, Mas?" "Siap, Pak. Apa di sini cuma saya saja ya?" "Tidak, itu yang lain lagi siap-siap masuk ke ruangan ini," tuturnya. "Baiklah, saya mulai seka

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 17 Keterima Kerja

    [Assalamualaikum, Bang. Ini persyaratan untuk melamar kerja]Anak laki-laki itu melampirkan sebuah gambar yang isinya syarat-syarat melamar kerja di sana.[Oke, terima kasih, Dek]Sepertinya semua sudah ada, aku punya berkas-berkasnya. Tapi, baju hitam putih aku tidak punya. Oke besok aku akan belanja dulu deh. ***Pagi-pagi, aku sudah bersiap untuk mencari baju hitam putih. Tak susah mencarinya hingga tidak butuh waktu lama untuk aku mendapatkannya.Semua berkas persyaratan sudah aku siapkan di dalam map. Waktunya bersiap ke pabrik untuk melamar pekerjaan. Semoga saja aku diterima.PT. Konveksi Indonesia, sebuah pabrik besar yang banyak sekali karyawan yang bekerja di sana. Aku melangkah penuh percaya diri ke depan gerbang, dimana ada bapak satpam sebagai penjaga di pos dekat gerbangnya. "Pagi, Pak. Saya mau melamar pekerjaan di sini, saya boleh masuk?" Aku menyapa Pak satpam sekaligus bertanya padanya."Pagi, boleh saya periksa dulu tasnya?" ucapnya, mungkin memang biasanya sepert

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 16 Bayar biaya rumah sakit

    Aku menggeleng, menolaknya dengan tegas, "Tidak, Kak Fani. Karena itu bukan tanggung jawabku dan bukan karena kesalahanku." Tiba-tiba saat kami sedang berdebat, Jovan datang menarik lengan Kak Fani."Apaan sih, Jovan! Kamu gak sayang ya sama ibu? Kenapa kamu membela wanita itu, hah?" teriak Kak Fani."Kak, Kak. Tolong, ini tempat umum jangan teriak-teriak. Jovan membela Rina karena dia gak salah, Jovan saksinya. Lagi pula, bukannya ibu memang sudah punya penyakit jantung dari lahir kan? terus kenapa jadi menyalahkan Rina? Bikin malu saja!" desis Jovan."Tidak, Jovan. Wanita ini yang harus membayarkan semua biaya rumah sakit." Kak Fani masih dengan pendiriannya, ingin aku membayarkan biaya rumah sakit ibunya. Lama-lama, sifat Kak Fani terlihat juga aslinya. Padahal, waktu dia menjadi guru design, sangat sopan dan santun. "Baik, kalau Kak Fani memaksa. Berapa biaya rumah sakitnya?" Aku terpaksa melakukan ini, karena sangat malas untuk berhubungan terus dengan orang-orang kaya tapi ke

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 15

    "Bu, gak kenapa-kenapa, kan?" ucap Sindi mengelus pundakku."Sudah, tidak apa-apa kok. Ayo kita kembali ke pekerjaan kita lagi, sepertinya ada yang mampir tuh?" jawabku."Hem, baiklah Bu." Intan dan Sindi kembali ke pekerjaan mereka. Sedangkan aku, disini hanya pura-pura baik-baik saja.Aku harus tetap profesional, tak baik membawa masalah ke pekerjaan.***Ting! Setelah beberapa jam berlalu, ponselku berbunyi tanda ada pesan baru yang masuk.Kak Fani[Rina, maaf. Kamu sudah lakukan apa pada ibu saya?]Mungkin kejadian tadi, ibu itu membicarakannya pada Kak Fani, anak perempuannya. Aku akui, Kak Fani memang sopan dalam bicara, tapi menyimpan luka kala aku mendengarnya. [Ibu Kakak kenapa memangnya? Tadi memang betul dia datang ke toko saya dengan marah-marah. Tapi saya hanya berbicara apa adanya saja pada beliau][Ibu saya serangan jantung, Rina. Pasti karena dia sudah mendengar kata-kata yang tidak baik dari kamu, ya? Sehingga membuat dia syok dan kepikiran][Maaf, Kak. Saya tidak b

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status