STATUS WA ADIK IPARKU 19PoV RIRISAku terbangun dengan linglung, merasakan cahaya lampu dari teras luar kamar menembus ke dalam. Aku berguling lagi, dan memejamkan mata kembali. Sesaat, aku masih merasa bahwa ini rumahku, rumah Ibu. Kuraba sisi kanan kasur, mencari Mas Radit. Bukankah dia kemarin masih di rumah? Tapi kosong. Aku justru terkejut mendapati rasa yang berbeda di tempat yang kutiduri. Seketika, aku melompat bangun, mengabaikan sedikit rasa tak nyaman di perut. Lalu menyadari, bahwa aku ada di tempat asing."Tidurlah, kau kelihatan sangat lelah. Nanti malam aku akan memanggil penghulu untuk menikahkan kita."Suara itu terngiang di telinga. Kalimat terakhir yang kudengar sebelum terlelap dan berakhir di alam mimpi. Rasanya, aku mendengarnya sudah sangat lama, tadi pagi, saat matahari baru saja akan naik. Dan ini sudah malam. Bagaimana aku bisa tidur selama ini?Aku berdiri, dan terhuyung-huyung karena pusing yang tiba-tiba menyergap. Dadaku berdegup kencang menyadari aku be
STATUS WA ADIK IPARKU 20PoV ANDIN"Katakan pada Kayla, bahwa Ibunya sudah mati."Suara itu penuh dendam. Aku tercekat sesaat, dan ketika tersadar, aku berlari mengejarnya. Dia baru saja masuk ke dalam sebuah mobil Alphard putih yang mulus. Entah apa yang terjadi padanya, dan siapa lelaki itu, yang jelas aku tahu bahwa Riris terpaksa pergi. Dia tadi berlari menghindari kejaran si lelaki, lalu kenapa dia tiba-tiba berubah pikiran?Apapun itu, aku harus mencegah dia pergi. Sejahat-jahatnya dia, dia masih punya Kayla."Riris… Riris, buka pintunya."Mobil itu siap melaju. Sekilas, dari kaca jendela yang terbuka, seorang wanita setengah baya dengan penampilan elegan memeluknya. Wajah Riris yang kaku tanpa ekspresi itu lalu menghilang dibalik kaca jendela yang gelap. Namun di dalam ingatan, aku menyimpannya, menyimpan dua wajah terakhir yang kulihat.Apa yang terjadi denganmu, Ris? Bukankah seharusnya kau ada di rumahmu?Aku pulang dengan hati galau, setelah mengantarkan Ema dan Astrid kemb
STATUS WA ADIK IPARKU 21Suara bel panjang berbunyi, tanda berakhirnya jam belajar bagi anak-anak TK Pelangi. Aku berdiri, ketika ruang kelas paling ujung terbuka, Anak-anak yang baru saja melewati usia balita keluar dengan tertib. Satu persatu mencium tangan Bu Gurunya yang menunggu di depan pintu. Satu, dua, tiga… lalu, dia yang kutunggu muncul. Gadis kecil rupawan, dengan kulit sebening pualam dan rambut sebahu yang ikal seperti per, yang bergerak kesana kemari setiap kali dia bergerak. Mata bulat jernih itu mencari-cari, dan ketika dia melihatku, senyum secerah mentari terbit dari bibirnya yang mungil."Mama!"…Prang!Suara kaca pecah memenuhi gendang telinga, aku terlonjak bangun dengan dada berdegup kencang. Sosok gadis kecil itu sempurna menghilang. Ternyata aku hanya bermimpi. Mimpi yang sangat indah dan harus dibangunkan paksa oleh suara sesuatu yang kini membuat jantungku berdetak makin kencang.Aku meraih ponsel di atas nakas, melihat jam, ternyata baru saja lewat tengah m
STATUS WA ADIK IPARKU 22ENAM BULAN KEMUDIAN"Mas, kamu nggak beli alat test pack? Punyaku habis."Aku menyambut Mas Reno yang baru pulang dari kantor, membantunya membuka jas, mengendurkan dasi dan menyuruhnya duduk. Segelas jus tomat sudah menunggunya. Mas Reno tersenyum, melihat wajahku yang khawatir. Dia mengusap kepalaku sejenak. Diteguknya jus dalam gelas, lalu dia menepuk kursi di sebelahnya."Duduk dulu."Aku nyaris lupa nasehat Mama. Jangan minta apapun pada suami yang baru pulang kerja. Tapi rasanya aku tak sabar lagi. Baru kusadari bahwa aku terlambat bulan, meski hanya empat hari.Aku duduk di sampingnya. Menghirup aroma tubuhnya yang tetap segar meski seharian bekerja. Entah mengapa akhir-akhir ini aroma tubuhnya menjadi candu bagiku."Andin, bisakah kita hidup tanpa benda itu lagi?""Benda apa?" Aku memasukkan kepalaku ke dalam pelukannya. Ah, kenapa rasanya nyaman sekali?"Benda yang baru saja kau tanyakan.""Testpack? Alat tes kehamilan?" Aku mengangkat kepala.Mas Ren
STATUS WA ADIK IPARKU 23Aku mulai mengurangi kegiatan di Butik, lebih banyak berada di rumah. Meski belum memastikan kandungan ke dokter, aku berusaha menjaga diriku sendiri. Minum susu hamil, lebih banyak makan buah, sayur dan segala protein. Aku mencari referensi dari internet bagaimana sebaiknya jika seorang ibu hamil muda. Sejauh ini, aku tak mengalami kendala. Mual muntah hanya kualami ketika aku melihat hal-hal yang menjijikkan. Aku merasa sehat, segar dan bugar. Sungguh, luar biasa Allah merencanakan semua ini bagiku.Satu hal yang sangat aneh adalah, aroma Mas Reno menjadi candu. Dia jadi lebih sering pulang ke rumah karena aku kerap meneleponnya. Aku tak bisa menahan diri jika tiba-tiba saja aku ingin dipeluk, ingin menghirup aroma tubuhnya. Tidur bersembunyi dalam pelukannya adalah hobiku. Untung saja kantor Mas Reno dekat. Dia jadi pulang setiap istirahat siang, hanya sekedar untuk memelukku.Dan ketika dua minggu kemudian kami pergi ke dokter Budi, dokter yang dulu menjad
STATUS WA ADIK IPARKU 24Riris?Aku duduk tegak, sempurna membuka mata. Kata Ibunya, Riris pergi ke rumah Hendra dan minta pertanggungjawaban. Tapi saat aku ke kontrakannya mencari Riris, Hendra bahkan sudah pingsan. Mereka lalu menghilang, tak bisa kutemui. Aku sendiri tak pernah ingin mengunjungi diskotik untuk mencarinya. Tempat itu membuatku ngeri. Dan kini, berita kematiannya menimbulkan badai di dada.Lalu aku teringat pada istri Hendra, wanita bertubuh gendut dengan besar bergelambir yang penuh lemak. Apakah dia bisa menerima kenyataan suaminya menghamili perempuan lain dan minta dinikahi? Benarkah Riris akhirnya menikah dengan Hendra? "Hey, jangan terlalu dicemaskan. Berita pembunuhan terjadi setiap hari di seluruh dunia.""Ya tapi ini dekat sekali dengan tempat kita tinggal, Mas. Dan Mas tahu siapa Hendra itu?"Mas Reno menggeleng, memaksaku mematikan ponsel dan menyimpannya. "Dia lelaki yang menghamili Riris.""Apa?"Aku memang tak pernah memberi tahu Mas Reno detail kejad
STATUS WA ADIK IPARKU 25Aku menarik nafas lega. Terasa ada oksigen yang mengalir dengan sejuk ke dalam rongga dada. Menatap wanita itu, si tersangka yang melangkah ke arahku dengan kaki gemuknya yang gemetar. Peluh menghiasi wajahnya yang bulat, menetes-netes, sebagian mengaliri leher bulat yang penuh lipatan lemak. Mata hitam bersinar tajam yang tersembunyi dibalik lipatan kelopak matanya memandangku. Lengan bergelambirnya tertutup oleh kemeja orange yang tampak kesempitan. Dia langsung mengenaliku di saat pertama kami bertemu."Untuk apa kau datang kesini?""Aku…" Aku kehilangan kata-kata.Perempuan itu mengusap penuhnya dengan telapak tangan. "Aku telah mengakui kalau aku membunuh bajingan itu. Dia terus tidur dengan perempuan mana saja, dan tak pernah lagi memberiku uang. Manusia tak berguna, pelacur lelaki, dia pantas mati."Aku bergidik, tak sanggup berkata-kata. Kutahan sekuat tenaga perutku yang mual. Sesaat, aku kebingungan hendak mengatakan apa padanya. "Apa kau mengenal
STATUS WA ADIK IPARKU 26PoV RIRISAku menutup kaca mobil ketika kulihat Mas Reno turun hendak menutup pagar. Segera kusuruh sopir taksi yang membawaku untuk pergi. Hatiku gerimis, hati yang penuh luka dan benci itu tiba-tiba saja luluh melihat pemandangan yang baru saja melintas di depan mataku. Mbak Andin turun dari mobil sambil menggendong Kayla, disampingnya Ibu ikut berjalan sambil memegangi tas kecil milik Kayla yang biasanya diisi Ibu dengan snack kesukaannya. Aku mengikuti mereka sejak pagi. Sejak Kayla dibawa pergi ke klinik hingga pulang lagi. Anakku sakit, dan didalam sini hatiku ikut sakit. Sakit rasanya melihat orang yang sangat kubenci, menyayangi anakku sedemikian rupa.Seharusnya, aku ada di rumah ini, hidup bahagia bersama anak dan Ibu mertuaku yang baik hati, menunggu kepulangan suami yang kucintai setiap tiga bulan sekali. Tapi aku terlalu menuruti hawa nafsu setan hingga menjadi seperti ini. Aku tahu, aku yang salah, namun egoku terus menyalahkan Mbak Andin atas s