Masuk
“Apa? Aku udah dijodohin?”
“Iya, sayang! Mama sama papa sudah lama ingin memberitahu hal ini, tapi belum sempat, karena urusan perusahaan yang tidak ada habisnya.” Terang wanita di ujung sofa sambil sesekali mengurut keningnya efek jetlag.
“Ini kan bukan hal simpel, ma! Masa sih, aku dijodohin, tapi baru diberitahu sekarang. Terus mama bilang, pernikahan aku di Jepang. Berarti, calon suami aku itu orang Jepang, dong! Aku kan gak bisa bahasa Jepang, ma!” Protes Mayang dengan wajah meringis.
Gadis itu tak pernah membayangkan, jika kejadian Siti Nurbaya akan menimpa dirinya di jamannya kini. Sebuah perjodohan di jaman dengan segala kecanggihan teknologi dan pesatnya peradaban dunia.
“Ya, ampun, sayang! Tenang saja, dia itu sudah bisa bahasa Indonesia. Nanti setelah kamu tinggal di Jepang, kamu juga bakal lancar bahasa Jepang. Seperti mama sama papa juga begitu, ya kan pa?” Terang Kory santai, tanpa melihat Mayang yang masih terbengong tak percaya. Sedangkan Aryo Haditama, ayah Mayang, hanya menganggukkan kepala sambil terus memperhatikan layar tabletnya.
Mayang memandangi kedua orang tuanya itu tak percaya. Pagi ini mereka baru saja datang dari perjalanan bisnis mereka, dan dengan ringannya mereka membicarakan hal besar seperti itu tanpa memikirkan bagaimana perasaan putrinya saat ini.
“Ma, Pa, ini serius, kan? Aku gak salah dengar, kan? Papa sama mama gak sedang nge-prank aku, kan?” Tanyanya lagi ingin memastikan.
Pasangan suami istri itu akhirnya bersamaan memandangi putri mereka yang berdiri dengan wajah pias.
“Serius!” Ucap mereka berbarengan.
“Papa! Papa kok tega, sih! Aku kan anak papa.” Gadis itu langsung duduk lemas di samping Aryo sembari memeluk lengan lelaki itu dengan wajah memelas.
“Justru papa gak tega, kalau kamu ketemu pasangan yang gak sesuai.”Ungkap Aryo dengan nada datar sambil menempelkan pipi ke kening anak gadisnya itu.
Kory hanya melirik kemanjaan putrinya itu dengan wajah menyelidik.”Jangan-jangan kamu pacaran, ya?”
“Enggak, ma! Beneran, aku gak punya pacar.” Pekik gadis itu langsung menegakkan badannya.
“Nah, itu baru benar. Berarti perjodohan ini memang tepat buat kamu. Kamu kan gak mungkin selamanya hidup sendiri. Kamu butuh pasangan hidup.” Sang papa menekankan.
“Iya, sayang! Selama ini kamu sudah hidup sendiri disini. Kami kesana kemari menjalankan perusahaan. Suatu hari nanti, kamu dan pasangan kamu yang akan melanjutkan. Kalau kamu sudah punya pasangan, hidup kami baru bisa tenang.” Sang mama menambahkan.
‘Tenang?’ Tenang seperti apa yang mereka maksud? Wajah Mayang makin meringis. Ia ingin menangis saat itu, namun tak berani jika berhadapan dengan mamanya yang terkenal vocal dan tegas. Sudah pasti sang mama akan mencecarnya dengan kata-kata yang akan memekakkan telinga.
“Tapi, ini? Ini kan pemaksaan namanya. Aku belum setuju.” Ungkapnya memberengut. Bagaimana pun ia ingin mengambil sikap. Menikah itu hal besar yang harus dipikirkan matang-matang dan bukan main-main.
“Mayang, please deh, belajar dewasa! Jangan kekanak-kanakan seperti ini. Usia kamu sudah 22 tahun.” Sang mama berdiri sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya lalu meraih cangkir kopinya di meja.
“Aku juga belum wisuda, ma! Aku masih ingin bareng teman-temanku. Kita udah rencana jalan-jalan ke pulau Seribu lepas wisuda nanti.” Sanggah gadis itu belum menyerah.
“Mayang, hal-hal seperti itu tidak penting. Kamu bisa liburan kapan pun. Yang kami pikirkan ini adalah perihal masa depan kamu!” Terang Kory dengan intonasi mulai meninggi.
“Iya. Cuma kenapa aku harus dijodohin? Aku juga kan punya rencana sendiri. Aku ingin kuliah lagi.”
“Kamu tenang aja! Kamu bisa lanjutin kuliah kamu di Jepang setelah menikah nanti. Kami dan calon besan sudah membicarakan hal ini. Pasangan kamu adalah pasangan ideal. Kami yakin, hidup kamu di sana akan terjamin. Perusahaan kita juga pasti akan makin berkembang.” Lanjut sang mama dengan nada optimis.
“Tapi ma…”
“Mayang!” Pekikan Kory dengan wajah mengeras dan mata setengah melotot itu langsung memotong ucapan Mayang.
Gadis itu akhirnya kembali memeluk lengan sang papa dengan wajah ciut, antara sedih dan kesal. Kalau sudah begitu, sang papa hanya akan menepuk-nepuk tangannya, sebagai pertanda harus menghentikan segala keluh kesahnya, untuk menghindari perang dunia di rumah itu.
Mayang POVUjung mataku menangkap seseorang ikut duduk di samping bangku yang kutempati. Reflek aku menoleh sekedar mencari tahu.“Kenshi? Apa yang kamu lakukan di sini?”Aku terlonjak kaget menyadari orang disisiku ini adalah Kenshi. Laki-laki yang baru saja ingin kuhilangkan dari pikiranku, ternyata berada disini, tepat di sampingku. Aku pun celingukan heran.“Hanya ingin menghirup udara segar!” Suara Kenshi terdengar datar.Hmm...ya...mungkin dia masih marah. Suaranya masih terdengar dingin seperti kemarin.Walau masih terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba, aku hanya menelan ludah karena tenggorokanku rasanya tercekat.“Apa disini cukup nyaman?” Tanyanya tiba-tiba, masih tanpa menatapku lain dari yang biasa dia lakukan.“Ehm…ya.” Aku pun hanya menjawab sekenanya lalu berpaling darinya.Pertanyaan apa itu? Apa itu semacam perhatian atau hanya basa basi belaka. Sungguh, meski sempat takut, tapi aku sangat ingin melihat wajahnya lagi. Entah perasaan apa lagi ini, aku pun mema
“Moshi moshi!”“Kenshi...apa Mayang menemuimu?” Kenshi segera menyadari suara diujung telpon.“Ya, Nyonya. Kemarin saya bertemu hanya sebentar. Apa ada masalah?”“Mayang belum kembali ke kamar sejak semalam!” Suara Nyonya Kori terdengar gusar lalu diiringi isak tangisnya.Deg. Dada Kenshi tiba-tiba berdegup kencang.“Semalam?”, Kenshi lantas berdiri dari kursinya,”Apa dia tidak bisa dihubungi?” Tanyanya.“Tidak. Dia tidak membawa ponsel, koper ataupun pakaiannya. Semuanya masih di hotel. Sepertinya dia hanya membawa tas tangan. Kenshi, maaf mengganggumu. Kami pikir, mungkin dia menemuimu.” Suara diujung telepon tiba-tiba terputus.Kenshi mencoba berpikir sejenak. Gadis itu baru pertama kali ke Tokyo, belum banyak tempat yang bisa dia kunjungi, terlebih lagi tidak ada sanak familinya disini.*Kenshi sempat terpukul dengan pembatalan sepihak itu. Bagaimana pun semua kejadian itu tidak terduga. Tak dapat dipungkiri perasaannya yang tidak menentu membuatnya segera menemui sang ayah, oran
Dalam dunia bisnis menjalin rekanan dengan beberapa perusahaan itu sudah merupakan hal lumrah. Berbagai intervensi dari luar mungkin terjadi, demi memperkuat kondisi perusahaan, selain lewat merger juga melalui jalur pernikahan kedua keluarga. Seperti yang terjadi pada Kenshi dan Mayang. Pertimbangan bisnis lebih diutamakan daripada perasaan.Namun selalu saja ada pihak ketiga yang ingin masuk ke dalam lingkaran itu. Tentu saja untuk mencari keuntungan lewat jalan singkat, dengan cara-cara yang tidak lazim dan licik.Daiguchi adalah salah satunya. Perusahaan itu pernah menjadi rekan bisnis Takeda. Namun dalam perjalanan bisnisnya Daiguchi selalu mencari keuntungan sendiri dan merugikan pihak lain, sehingga Takeda pun memutuskan kerja samanya demi menjaga profesionalitas dan kesinambungan saham dengan pihak lain. Meskipun harus menderita kerugian yang tidak sedikit, hal itu justru menyelamatkan perusahaan, karena tak lama sejak pemutusan kerjasama, Daiguchi menghadapi masalah hukum den
Mayang POVDisinilah kami, berjalan santai di jalanan plaza sebelum kembali ke hotel."Aku minta maaf, tidak sempat menemanimu. Kebetulan kolega-kolegaku dari Korea datang." Kenshi membuka obrolan."Sinca, aku yang seharusnya minta maaf, tidak bisa ikut menemanimu menemui mereka karena keterbatasanku. Hm, chaebol" Ujarku jujur. Tanpa sadar aku meringis kecil menahan rasa linu di kakiku karena highheels baru."Kamu mengerti, sinca? chaebol??" Kenshi tersenyum penasaran. Aku hanya mengendikkan bahu."You know, some of my friends at the party, they have talked about you. They praised you!""Ha...you must be kidding me!""No, its true. They said, you are really a beautiful Asian woman. I'm obviously jealous.""What? Jealous?""Ya. This is the first time I feel like someone is making me jealous."Keningku mengkerut. Kupercepat langkahku karena kurasakan wajahku mulai memanas."Seriously., I'm not kidding. They said you're pretty, ecotik, proporsional and otentic." "Ish, kamu gombal, Kensh
MAYANG POVKenshi mengajakku ikut dalam sebuah acara pertemuan dengan beberapa klien. Awalnya aku ingin menolak, karena kupikir aku belum siap mendampingi Kenshi dalam acara bersifat resmi seperti itu, apalagi aku masih belum berstatus istrinya yang sah. Namun kedua orang tuaku, terutama mama, menyarankan atau lebih tepatnya memaksa untuk menerima ajakan Kenshi itu. Apalagi acara pertemuan itu begitu penting, atau lebih tepatnya pesta perayaan setelah Kenshi berhasil mendapatkan tender besar dari perusahaan Korea yang tempo hari ia temui saat festival Kembang Api.Kenshi menjemputku di lobi hotel dan membawaku bertemu dengan rekan-rekan kerjanya di sebuah pesta kebun."Hello!""Oh, hi!".Aku terkejut ketika seorang wanita semampai menegur di sebelahku saat aku sedang memilih beberapa makanan appetizer."Kimi wa Kenshi no fiansena nda ne (Jadi anda tunangan Kenshi-san)""I'm sorry, miss, I can't speak Japanese," ungkapku jujur."Well...well...well...so you fluent in English. But still
Suara dering telepon membuat Mayang tergopoh-gopoh keluar dari kamar mandi. "Ya, halo! Assalamualaikum!""Wa'alaikumsalam. Hai, May! Gimana kabarnya?"Deg. Dada Mayang berdegup mendengar suara yang familiar di ujung sana."Ri... Rian!""Iya. Syukur kalo kamu masih inget. Aku dengar kamu di Jepang, ya?""Em, iya. Kamu sendiri, gimana kabarnya? S2 kamu dimana?" Mayang bertanya gugup."Di Jepang. Kamu pasti kaget, kan!”Deg. Mayang menutup matanya seraya menunduk lesu. Rupanya masa lalunya belum benar-benar berlalu.“Kalau waktu itu aku bilang S2 ku ke Jepang, seharusnya kamu gak harus nolak aku kan, May! Kita toh akan ketemu lagi.”Mayang tak berkutik. Ia tak bisa membayangkan jika Rian mengetahui kenyataan yang sebenarnya alasan dirinya berada di Jepang.“Aku tahu kamu masih bimbang. Tapi aku masih di sini, May! Menunggu kamu."Ingatan masa lalunya kembali berkelebat. Saat-saat dimana ia mulai memasuki dunia kampus. Saat-saat dimana ia menikmati kebersamaanya bersama kawan-kawannya di







