Home / Rumah Tangga / SUAMI TAK TERSENTUH / LINGERIE DARI IBU MERTUA

Share

LINGERIE DARI IBU MERTUA

last update Last Updated: 2023-06-01 09:37:29

Wajah Laura merah kembali setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki. Bagaimana tidak? Sandiwara yang harus mereka mainkan saat sarapan pagi bersama adalah, mereka harus mesra di hadapan kedua orang tua Kenriki agar orang tua Kenriki tidak curiga dengan apa yang sudah mereka sepakati.

Namun, Laura tidak punya daya untuk membantah, karena itu adalah sebagian dari tugasnya.

"Jangan khawatir, setelah kita tinggal sendiri, kau tidak perlu terus berbohong di hadapan orang tuaku, untuk sekarang sampai beberapa hari, kau harus bersabar, jangan membuat masalah jika tidak mau aku menggandakan utang milikmu."

"Menggandakan?"

"Atau, aku akan menyerahkanmu kembali pada rentenir yang mengejarmu itu?"

"Jangan!" sahut Laura cepat.

"Bagus, jika begitu kau harusnya patuh dengan apa yang aku katakan, jangan membuat masalah."

Laura hanya mengangguk. Seterusnya, ia sudah serius untuk melihat gambar-gambar yang diberikan oleh Kenriki untuk bisa dipilihnya.

Sampai akhirnya, ia memilih satu buah gambar yang dirasanya cocok untuk kedua orangtuanya.

Kenriki menerima gambar yang dipilih oleh Laura, lalu ia menyimpannya untuk ia bawa saat pembelian hunian baru untuk orang tua Laura.

Malam terus saja beranjak semakin larut, sejak tadi Laura tidak melepas sama sekali gaun yang dipakainya karena bingung harus bagaimana ia bersikap, sementara setelah menerima salah satu gambar yang dipilih oleh sang istri, Kenriki sibuk di depan meja kerjanya tanpa mengganti pakaian yang dipakai saat resepsi pernikahan.

Laura tidak tahu pekerjaan sang suami apa, tapi dari orang-orang yang bicara saat resepsi pernikahan dilangsungkan, Laura mendengar bahwa Kenriki adalah pewaris tunggal perusahaan sukses milik ayahnya.

Bagai mimpi memang, ia yang tidak mencolok tiba-tiba menikah dengan seorang pria mencolok seperti Kenriki.

Bagaimana jika Lyoudra sang kakak tahu tentang apa yang sekarang ia alami? Apakah sang kakak akan ikut bahagia, atau sebaliknya?

"Kenapa kau tidak mengganti gaunmu?"

Lamunan Laura buyar seketika saat mendengar suara Ken mengatakan hal itu. Ia tidak beralih dari layar laptop yang ada di hadapannya meskipun ia mengucapkan kata-kata itu pada Laura.

"Ah, iya."

Laura hanya menyahut demikian.

"Apa aku harus keluar kamar dulu? Biar kamu nyaman untuk berganti pakaian?"

"Tidak usah! Aku berganti pakaian di kamar mandi aja, kalau kamu keluar, orang tuamu akan curiga."

Laura berusaha untuk tidak mempersulit situasi. Namun, kegelisahannya diketahui oleh Ken, hingga pria itu bangkit dari tempat duduknya.

"Aku akan keluar, berpura-pura ingin memeriksa keadaan di luar, kau gunakan kesempatan itu untuk berganti pakaian, ya? Aku beri waktu 10 menit!"

Setelah bicara demikian, Kenriki akhirnya melangkah ke arah pintu, dan membukanya setelah itu keluar dari kamar.

Pria itu melupakan satu hal tentang pintu yang harus dikunci atau tidak, hingga Laura juga melupakan hal itu. Diberikan waktu 10 menit untuk menanggalkan gaun yang tidak sederhana baginya itu bukan waktu yang banyak.

Tentu saja Laura kalang kabut.

Tetapi, apa yang bisa ia katakan selain mengiyakan?

Laura hanya bisa mengiyakan, karena Kenriki sudah keluar dari kamar mereka yang masih penuh dengan bunga dan hiasan.

Bergegas, wanita itu mulai mencoba untuk membuka gaun indah yang dipakainya tersebut.

Sebenarnya, ia suka memakainya, karena gaun itu membuat ia jadi semakin cantik. Namun, Laura harus sadar bahwa bukan saatnya ia mengagumi itu semua.

Ia sedang bekerja! Yah, pernikahan yang baru saja berlangsung adalah awal dari tugasnya membayar uang dua milyar yang dikeluarkan oleh Kenriki padanya.

Karena itulah, Laura harus fokus, tidak boleh melibatkan perasaan jika tidak mau kecewa pada akhirnya.

Kecewa? Benar. Ken sudah memperingatkan dirinya agar ia tidak melibatkan perasaan dalam hubungan pernikahan yang mereka jalani. Hanya sebuah jalinan pekerjaan antara ia dan sang suami saja.

Sedang susah payah melepas gaun, tiba-tiba saja, sebuah ketukan di daun pintu terdengar. Karena pintu tidak dikunci, seseorang yang mengetuk pintu itu segera mendorong pintu tersebut hingga terbuka dan menyaksikan Laura yang masih berjuang untuk melepas gaunnya.

"Aduuh, alhamdulillah, ternyata Mami belum terlambat! Kebetulan sekali!"

Tanpa mempedulikan keterkejutan Laura karena dirinya masuk ke kamar pengantin sang anak, seseorang yang ternyata ibunya Ken itu masuk ke kamar itu sambil bicara demikian.

Wanita yang masih tampak cantik itu segera menghampiri Laura setelah menutup pintu kamar tersebut.

Laura yang terkejut buru-buru membungkuk hormat pada sang ibu mertua, meskipun ia masih stress karena belum mampu membuka gaun yang ia pakai.

"Tidak usah sungkan. Kamu sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga ini, tidak perlu bersikap terlalu formal, santai saja seperti kau bersikap pada orang tuamu, Mami tadi melihat Ken keluar dari kamar, jadi Mami pikir kalian belum bertempur, tidak terlambat untuk memberikan kado spesial Mami untuk mantu Mami!"

Meskipun Laura masih terlihat canggung, Tante Keisya bicara begitu lancar sambil memberikan sesuatu pada Laura.

Wajahnya berbinar, seolah momen untuk memberikan kado yang sudah berpindah tangan ke tangan Laura jadi sebuah hal yang sangat dinantikannya.

"Apa ini, Tante?"

"Tante?" ulang Tante Keisya tidak suka dengan cara Laura memanggilnya.

"Ah, maaf, maksud saya-"

"Laura, Mami tahu kamu masih belum terbiasa, tapi kamu harus membiasakan, ya? Sekarang kamu sudah menjadi istri Kenriki anak Mami, artinya aku ini ibu mertua kamu, jadi kamu harus memanggil aku dengan sebutan Mami, sama seperti Ken saat memanggil Mami, ya? Dan, tidak perlu pakai kata saya, kamu bersikap santai saja, pakai aku saja, ya?"

Tante Keisya bicara kembali dengan aksen suara yang masih sangat ramah dan nyaman didengar hingga Laura jadi terenyuh.

Ia pikir, saat ia menikah dengan Ken yang anak orang kaya, ia akan dibenci dan ditindas seperti cerita-cerita yang sering ia baca di buku novel romantis, atau film-film drama yang kerap ia saksikan untuk sekedar membuang penat.

Tetapi ternyata, sikap ibunya Kenriki justru sangat ramah dan keibuan sekali terhadap Laura, membuat kekhawatiran Laura musnah seketika.

Kini, satu-satunya yang mengganjal di dalam pikiran Laura adalah, mengapa pria seperti Ken tidak mau disentuh wanita? Apakah pria sesempurna Ken, ternyata tidak normal, dan menikah dengan seorang wanita hanya sebuah formalitas untuk menepis anggapan publik bahwa ia aneh?

"Laura, sini Mami bantu membuka gaunmu, pasti kamu masih sungkan dengan Ken, sampai semalam ini kalian masih memakai pakaian pengantin kalian, tidak apa-apa itu lumrah, artinya selama pacaran, kalian tidak pernah berhubungan intim, hingga malu-malu seperti sekarang."

Suara Tante Keisya kembali terdengar dan memusnahkan lamunan Laura tentang Ken.

Wajahnya merah, meskipun ia mengiyakan tawaran ibunya Ken yang ingin membantunya untuk membuka gaun rumit tersebut.

Berpacaran sebelum akhirnya menikah adalah kebohongan yang diucapkan oleh Ken para kedua orang tua pria itu saat awal Laura dikenalkan oleh Ken pada mereka.

Ada rasa bersalah memang, di hati Laura karena Laura tidak biasa berbohong pada orang lain apalagi dengan orang tua, namun sekarang sepertinya akan banyak kebohongan demi kebohongan yang harus diciptakan oleh ia dan Ken agar sandiwara mereka berjalan dengan baik.

Dalam sekejap, gaun pengantin itu sudah terlepas dari tubuh ramping Laura.

Sembari menutupi tubuhnya dengan handuk yang diberikan oleh sang ibu mertua agar ia membersihkan diri dahulu di kamar mandi untuk persiapan malam pertama, Laura mengucapkan kata terima kasih pada sang ibu mertua, tidak lupa sang ibu mertua mengingatkan Laura setelah membersihkan diri ia harus memakai lingerie tersebut, dan Laura hanya mengiyakan saja daripada nanti sang ibu mertua curiga.

Usai membersihkan diri, Laura keluar dari kamar mandi, lingerie sudah ia pakai sesuai keinginan sang ibu mertua, dan wanita itu tersenyum puas melihat betapa cocoknya sang menantu saat memakai lingerie tersebut.

Dengan penuh harapan, Laura dan Kenriki melakukan aktivitas malam pertama mereka dengan baik didukung lingerie pemberiannya, sang ibu mertua berlalu dari hadapan Laura. Keluar dari kamar itu untuk memberikan waktu pada sang pengantin baru.

Beberapa saat kemudian, Kenriki masuk, celakanya, Laura masih hanya memakai lingerie transparan tersebut hingga membuat Kenriki melotot!

"Apa yang kau pakai? Kau sengaja menarik perhatianku sampai memakai pakaian seperti itu?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMI TAK TERSENTUHĀ Ā Ā SUAMI TAK TERSENTUH

    "Iya, kamu benar, aku juga berharap seperti itu, lagipula apa yang bisa kita takutkan? Anak ini anak kita, dites berapa kali juga tetap saja anak kita."Kenriki menarik napas lega mendengar ucapan sang istri, artinya istrinya tidak lagi merasa tertekan karena situasi yang baru saja mereka alami. Genggaman tangannya di telapak tangan istrinya semakin erat seolah menegaskan, ia tidak akan meninggalkan istrinya apapun keadaannya nanti di masa depan. "Aku tadi sedikit terkejut mendengar kata-kata kamu tadi pada Kak Lyoudra, seperti bukan kamu, tapi aku tahu kamu melakukan itu karena kamu ingin membuat kakakmu sadar sudah terlalu berlebihan pada kita."Kenriki bicara, dan Laura tersenyum tipis mendengarnya."Kamu juga, enggak seperti biasanya, merespon perkataan dia yang tadi, aku cuma mengimbangi, karena kurasa kamu sedang merencanakan sesuatu jadi aku hanya ikut saja meskipun aku tidak tahu apa yang sebenarnya kamu rencanakan.""Istri cerdas. Terima kasih, dan semoga saja itu membuat K

  • SUAMI TAK TERSENTUHĀ Ā Ā TANTANGAN DARI KENRIKI!

    Telapak tangan Laura mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak, jika tadi ia berniat untuk diam saja tanpa ingin ikut campur apa yang mungkin menjadi rencana Kenriki, sekarang, Laura sudah hilang kesabaran. Mungkin Kenriki yang merespon cemoohan kakaknya itu benar kakaknya memang harus sekali-kali dijawab dengan sombong agar perempuan itu juga bisa menghargai ia dan suaminya mulai sekarang."Untuk Kenriki, aku memang menanggalkan semua perasaan malu atau pasifku selama ini, Kak! Kalau aku tidak berinisiatif untuk menyentuhnya, dengan berbagai cara, aku tidak akan membuat dia bisa disentuh, mungkin selamanya dia tetap menjadi suami tak tersentuh, jadi untuk sebuah hal yang mendesak, aku memang tidak seperti Laura yang biasanya, tapi bukankah itu baik? Aku agresif pada suamiku sendiri!"Kenriki dan juga Lyoudra dibuat kaget ketika tiba-tiba saja, Laura bicara seperti itu pada Lyoudra. Apalagi Lyoudra, ia terlihat tidak hanya kaget, tapi juga merasa marah karena wajahnya jadi

  • SUAMI TAK TERSENTUHĀ Ā Ā MELADENI LYOUDRA!

    "Kamu serius?" tanya Kenriki saat usai mendengar harapan sang istri.Laura mengangguk, dan Kenriki tersenyum melihat anggukan kepala istrinya."Kau tidak malu kalau ada yang bilang aku aneh karena aku yang seperti itu?" Kembali Kenriki melontarkan pertanyaan, dan Laura memeluk tubuh Kenriki yang masih polos seolah meyakinkan apa yang ia putuskan benar -benar sebuah harapan yang ia inginkan."Tapi, kalau aku ingin kamu seperti itu, aku pasti akan membuat kamu tersiksa, jadi semua aku kembalikan sama kamu, di luar dari pada itu tentu saja kamu yang sehat adalah sebuah harapan untukku, keinginan aku itu hanya sebuah keinginan bahwa aku tidak rela ada perempuan lain yang merebut kamu dariku."Laura bicara sambil memeluk suaminya, dan Kenriki balas memeluk sang istri sambil sesekali mengecup kening istrinya seolah menegaskan bahwa ia senang dengan apa yang diucapkan oleh Laura padanya."Sebenarnya, apa yang kamu harapkan itu pernah aku pikirkan sebelumnya....""Benarkah? Kau juga berharap

  • SUAMI TAK TERSENTUHĀ Ā Ā TIDAK INGIN KAMU SEMBUH....

    Kenriki gugup, hingga hal itu membuat dirinya langsung menangkap tangan istrinya lalu ia membalikkan tubuhnya ke arah sang istri. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya seperti orang bodoh dengan jantung yang berdebar kencang. Padahal, mereka sudah sering melakukan hal yang sangat intim namun tetap saja Kenriki seperti baru berdekatan dengan sang istri dengan perasaan dan hati yang tidak tenang, disertai debaran jantung yang juga tidak bisa membuat dirinya rileks."Melakukan tugas yang harus aku lakukan...."Laura menjawab dengan wajah yang merona, dan Kenriki geleng-geleng kepala mendengar hal itu. "Tidak perlu memaksakan diri, kamu tertekan dengan situasi sekarang yang tidak memungkinkan kita untuk -""Riki! Laura! Kalian di dalam?"Tiba-tiba saja, suara Tante Keisya terdengar, memotong ucapan Kenriki yang tadi sudah separuh kalimat. "Ya! Ada apa, Mi!" sahut Kenriki dengan suara sedikit terbata lantaran terkejut ibunya tiba-tiba berteriak. "Mami mau nyusul Papi dulu, ada yang harus k

  • SUAMI TAK TERSENTUHĀ Ā Ā DITANTANG KENRIKI!

    "Soal apa itu?" tanya Kenriki dengan wajah yang terlihat tegang. Tidak ingin melihat istrinya khawatir seperti itu.Mendengar pertanyaan Kenriki, Laura bukannya langsung menjawab, perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah lain menghindari tatapan mata suaminya yang sedang menatapnya dengan sorot mata yang tajam karena khawatir dengan apa yang diucapkannya tadi."Sayang, kenapa tidak bicara? Kamu khawatir soal apa? Apakah karena obat itu, Erna menekan kamu?" tanya Kenriki lagi dan pertanyaan keduanya kini membuat Laura menatapnya sesaat dengan wajah yang terlihat sedikit salah tingkah. Membuat Kenriki semakin penasaran."Wajahmu merah, apakah yang kau khawatirkan itu bukan hal yang berbahaya tapi.....""Ah! Tidak! Aduh, gimana ya, ngomongnya, aku enggak tahu, apakah aku harus percaya atau tidak, tapi mungkin untuk masalah ini, kita bisa konsultasikan pada Dokter Linda kalau kita sudah punya uang.""Sampai harus konsultasi? Memangnya ada apa? Apa yang dikatakan Erna padamu?" Kenr

  • SUAMI TAK TERSENTUHĀ Ā Ā MASIH KHAWATIR....

    "Ya.""Kamu serius?""Serius, tapi, bukannya kamu sekarang enggak suka lagi sama aku? Percuma aja, kan? Lupakan aja.""Aku selalu suka sama kamu, Erna, meskipun kamu tidak menyukaiku karena di hatimu hanya ada Riki, tapi buat aku kamu tetap seseorang yang aku sukai.""Kenapa? Aku sudah banyak membuat kesalahan, aku bikin hidup Kenriki rusak, aku juga membuat perusahaan orang tuanya bangkrut, aku, ah! Kamu akan malu kalau kamu bersama dengan aku.""Asalkan kamu berubah, aku tidak akan malu, kamu sudah menyerahkan obat penawar itu pada Riki, artinya, kamu sudah berubah dan sadar kesalahan, sekarang, tiba waktunya kamu belajar melupakan dia, karena masih ada seseorang yang tulus untuk kamu."Erna bungkam. Perasaan dan hatinya bergejolak, rasanya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, sampai akhirnya...."Kalau begitu, apakah sekarang kita jadian?" tanya Erna sambil berpaling dan menatap wajah Sakti dengan sorot mata penuh arti."Asalkan kamu berjanji untuk merelakan Riki dengan Laura.

  • SUAMI TAK TERSENTUHĀ Ā Ā SAMA-SAMA SUKA?

    Keterkejutan Sakti membuat pria itu mendorong spontan Erna. Dan itu membuat tubuh Erna tersentak ke belakang. Ini membuat Erna memalingkan wajahnya sendiri karena merasa wajahnya memanas, dan ia khawatir wajahnya menjadi merah dan Sakti melihat hal itu.Erna tidak tahu, bahwa, kondisi wajahnya itu juga dialami oleh Sakti. Wajah Sakti juga merah dan saat ini pria itu juga sedang memalingkan wajahnya ke arah samping seperti halnya Erna. Untuk beberapa saat, mereka saling diam, sampai akhirnya, Sakti yang berdehem beberapa kali agar situasi canggung mereka bisa musnah."Kenapa kau melakukan itu?" Cara bicara Sakti berubah kembali menjadi memakai aku dan kamu meskipun tadi sudah tidak lagi walaupun Erna meminta hal itu dilakukannya. Erna berpaling mendengar pertanyaan tersebut, terutama karena Sakti jadi merubah cara bicaranya seperti yang tadi diinginkannya."Ternyata benar...."Jawaban yang diberikan oleh Erna tidak membuat Sakti puas, bahkan bingung apa yang sebenarnya dimaksud oleh

  • SUAMI TAK TERSENTUHĀ Ā Ā CIUMAN UNTUK SAKTI!

    Sebuah mobil nyaris menabrak Erna hingga pemilik mobil itu menghentikan mobilnya secara mendadak. Bunyi decit ban beradu keras dengan aspal jalan terdengar memekakkan telinga tatkala mobil itu berusaha untuk mencegah kecelakaan terjadi. Mobil itu memang tidak menabrak Erna, namun cukup membuat pengemudi mobil shock karena insiden tersebut lalu ia segera keluar dari mobilnya untuk mendamprat Erna, karena berjalan tanpa melihat situasi kondisi.Akan tetapi, ketika ia keluar dan menghampiri Erna yang berdiri mematung seperti orang bodoh di tempatnya, pemilik mobil itu terkejut saat melihat siapa yang baru saja ingin ditabraknya."Erna!" katanya, sambil menarik tangan perempuan itu untuk menyingkir dari depan mobilnya.Erna mengangkat wajahnya, dan menatap pemilik mobil yang tidak lain adalah Sakti itu dengan senyum kecut terukir di bibirnya. "Kenapa enggak ditabrak sekalian? Aku nunggu, lho...."Mendengar apa yang diucapkan oleh Erna, Sakti semakin terkejut karena terlihat sekali Erna

  • SUAMI TAK TERSENTUHĀ Ā Ā SEBUAH PERTARUHAN!

    Erna tersenyum kecut mendengar ancaman yang diucapkan oleh Laura padanya. Wajahnya tidak berubah sama sekali ekspresinya, meskipun sebenarnya wanita itu tidak suka mendengar apa yang diucapkan oleh Laura tadi padanya."Jadi, kau tetap kukuh mendukung Riki untuk tidak mau memilih salah satu tawaran yang aku berikan padanya?" tanya Erna beberapa saat kemudian."Ya.""Bagaimana kalau nanti resiko dari apa yang diputuskan Kenriki terjadi padanya, kau tidak bisa puas dengan dia secara batin karena dia sudah hilang keperkasaan, apakah kau akan meninggalkan dia?""Tidak, karena aku mencintai dia dengan tulus tanpa mengharapkan balasan apapun, meskipun keadaan dia tidak lagi sempurna sebagai seorang pria, aku tetap tidak akan meninggalkannya.""Kau bisa bicara seperti itu karena belum merasakan berpuasa tanpa melakukan hubungan intim, Laura, aku yakin setelah itu juga kau tidak akan kuat menjalani semuanya, dan pernikahan kalian akan berantakan hingga membuat Kenriki terpuruk semakin dalam."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status