Share

Bab 4

Affandra tersenyum dan mengangguk penuh kegembiraan dengan binar di matanya.

Zora menyeringai tak percaya dengan reaksi Affandra. "Kayanya kamu bikin aku gak nafsu makan lagi. Aku selesai."

"Eh.. eh.. makan lagi habiskan. Oke aku makan." Menyuapkan sesendok penuh nasi dengan lahap dan makan dengan cepat.

Zora pun kembali menghabiskan isi piringnya.

Gak nafsu apa, dia benar-benar lapar. Kalo tidak menghabiskannya benar-benar menyesal.

Affandra menepikan mobilnya dan membuka pagar untuk masuk ke pekarangan kosan. Tempat ini luas, dengan banyak sekali pintu dan beberapa kendaraan yang parkir di garasinya.

Affandra pergi ke kantor sekuriti untuk mengambil 2 kunci kamar.

Zora melihat ke sekeliling. Tempat ini nyaman dengan banyak pepohonan hijau. Di kota besar seperti ini sangat gersang dan tinggal di tempat penuh hijauan seperti ini akan sangat menyegarkan. Seketika ia menginat rumahnya yang asri dan Pak Usop yang selalu mengurus tanaman dan membentuknya menjadi cantik setiap saat.

Zora juga merindukan bi Inah dan pembantunya yang lain. Selama ini mereka adalah orang-orang yang menyayangi Zora dengan penuh kasih sayang.

Affandra kembali dan menunjukan kamar untuk Zora.

"Nah." Menyerahkan sebuah kunci pada Zora. "Aku di kamar sebelah, panggil aja kalo butuh apa-apa. Besok pagi jam 7 harus sudah siap ya kita pergi ke kantor pusat dulu."

Zora mengangguk patuh, "Makasih Andra."

Andra hanya membalasnya dengan senyum dan anggukan, lalu masuk ke kamarnya.

Kamar ini cukup luas dengan AC dan kasur untuk satu orang. Sudah ada lemari dan TV juga kamar mandi di dalam. Zora tersenyum mungkin ini memang hal yang lebih baik, selalu ada hikmah di balik kejadian.

Waktu menunjukan pukul 2 dini hari. Besok pagi harus sudah siap. Dia harus segera tidur.

Setalah berganti pakaian dan menyegarkan diri Zora berbaring di kasur dengan nyaman, tiba-tiba sebuah panggilan masuk.

"Sayang, ada apa? Dimana kamu?" Terdengar suara Julian panik di sebrang sana.

"Gak apa kok, tadi Dania ngusir aku."

"Hah, terus kamu dimana sekarang? Yaampun maafin aku sayang."

"Iya gak apa-apa udah, aku sekarang di kosan punya temenku, dia juga mau kasih aku kerjaan besok."

"Sayang, maafin aku. Tadi aku ke acara ulang tahun temenku. Sama sekali gak ingat untuk pegang hp. Hpku ketinggalan di mobil. Maaf banget sayang."

Kemarahan yang tadi memuncak di hatinya segera luluh dengan penjelasan Julian. Walaupun dia melakukan kesalahan, Julian selalu bisa meyakinkannya bahwa dirinya peduli dan masih sangat mencintai Zora.

"Yang penting akhirnya kamu inget sama aku. Makasih selalu peduli saat semua orang ninggalin aku."

"Sayang, jangan ngomong gitu, udah pasti aku peduli, maafin aku gak bisa selalu ada buat kamu. Maaf sayang."

"Aku udah gak apa-apa, besok kita harus ketemu ya, aku kangen banget."

"Oke siap Bu bos. Besok sore aku jemput kamu ya, sekarang kamu istirahat yang baik. Kamu udah makan?."

"Iya udah kok, udah ya aku tidur besok aku mau ke kantor temenku."

"Oke, I love you sayang.."

"I love you.." jawab Zora, dan mematikan hpnya.

Malam ini dia bisa tidur dengan nyenyak. Setidaknya apa yang di usahakan selama ini tidak pernah menyerah padanya.

Dia akan membuktikan bahwa apa yang dipilihnya bukalah kesalahan. Zora pun tertidur dalam senyuman.

****

Malam itu, sebuah hal langka, keluarga ini bisa berkumpul dalam meja makan bersama, entah kapan terakhir mereka berkumpul untuk bicara.

Sebagai keluarga kaya raya dengan segudang aktifitas, Tuan Arnold, Nyonya Anita dan Nona Zora selalu sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Hari ini, Tuan Arnold megajak putri semata wayangnya dan istrinya untuk berbicara hal yang penting.

"Bisa ya Papa ngelakuin ini sama aku, aku punya hidup sendiri pah!!" Bantah Zora dengan nada tinggi, saat Papanya meminta untuk menikah dengan putra sahabatnya, salah satu konglomerat terkaya di negri tropis ini.

"Papa ngelakuin ini juga buat kebaikan kamu, mencari pasangan yang baik bibit bebet bobot, udah jelas." Tanggap Tuan Arnold santai memotong steak kesukaanya.

"Tapi Zora udah punya pacar pah. Zora gak mau! Zaman sekarang masih ada perjodohan?" Jawab Zora keras kepala.

"Anak zaman sekarang, di perhatiin sedikit udah baper, di gombalin sedikit udah bucin." Senyum Tuan Arnold menyeringai.

"Julian gak sesederhana itu! Buktinya udah 3 tahun aku sama dia. Dan dia selalu tulus. Kenapa sih papa gak bisa terima dia?"

"Tentu sayang, dia belum dapatkan apa yang dia mau dari kamu. Sebagai putri tunggal papa, siapa lagi yang akan mewarisi semua ini kalo bukan kamu. Kamu terlalu polos." Jelas Tuan Arnold.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Intan Dewi Ramadhan
pengen terus terusan baca dehhh...... ...️...️...️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status