Share

BAB 5 : MOTIVASI UNTUK BANGKIT

"Oh, jadi kau ingin mati?! Apa dengan mati, bisa menyelesaikan semua masalahmu? Apa dengan meninggalkan dunia ini kau bisa menjadi lebih baik? Dan apakah segala urusanmu yang sangat pelik, akan selesai hanya dengan bunuh diri?" cecar Rangga, yang seketika itu membuat Naina terhenyak seketika.

"Sungguh payah sekali! Apa kau rela mengakhiri hidupmu yang memilukan dengan cara yang memilukan juga? Bahkan sangat merugikan dirimu sendiri menurutku!"

Rangga terus saja berbicara, berusaha untuk mempengaruhi Naina, supaya menghentikan apa yang hendak ia lakukan.

"Terus harus apa? Aku sudah tidak sanggup lagi untuk hidup, kenapa pengkhianatan menyakitkan yang harus aku dapatkan! Apa salahku hingga harus menjalani hidup seperti ini?"

Hati Naina terasa semakin sesak akhirnya kembali menangis, air matanya semakin tak terbendung, mengalir dan terus menetes hingga membasahi pipinya.

"Biarkan aku mati saja! Aku sudah lelah dengan semua sakit hati ini, jadi aku tidak ingin merasakannya lebih lama lagi, karena terlalu menyakitkan untuk kurasakan!" keluh Naina.

Rangga mengarahkan tubuh Naina supaya wanita itu bisa menghadap tepat pada wajahnya.

"Dengarkan aku, kalau kau mati, orang yang sudah jahat padamu itu tidak akan mendapat balasan yang setimpal, apa kau ikhlas dia menari-nari bahagia di atas penderitaanmu? Tentu tidak 'kan?! Kau pasti ingin membalaskan sakit hatimu itu!"

Nania mulai memahami perkataan Rangga,

membuat tangisannya terhenti, baru sadar kalau apa yang ia lakukan terlalu ceroboh. Dan dengan membiarkan Aditya bahagia di atas lukanya bukanlah pilihan yang tepat.

"Tidak ada seorangpun yang hidup di dunia ini tanpa kesulitan, semua punya kesulitannya tersendiri dalam menjalani ujian hidup! Jadi sebisa mungkin kau harus bisa bangkit dari semua masalah ini! Sekarang kita kembali saja ke rumah sakit saja, aku ingin mengenalkan dirimu dengan orang yang sudah mendesak aku untuk terus menjagamu!"

Karena sudah tidak punya pilihan yang lain lagi, akhirnya Naina menurut, karena ia sendiri juga penasaran siapa sebenarnya yang telah menyuruh pria tersebut untuk terus mendampinginya.

Padahal mereka tidak saling kenal, tapi pria itu tetap peduli dan berusaha untuk terus menjaganya.

"Dia benar, tidak seharusnya aku mengakhiri hidupku dengan menyedihkan seperti ini, aku harus bisa bangkit, dia sepertinya pria yang baik karena terbukti terus menghalangiku melakukan hal bodoh itu, tapi siapa yang sudah menyuruhnya untuk menjagaku? Semoga setelah ini, aku dikelilingi oleh orang-orang yang baik!" gumam Naina dalam hati.

Setelah sampai di depan ruang perawatanya, terlihat ada seorang wanita paruh baya, sedang menanti kedatangan mereka berdua.

Wanita paruh baya tesebut terus saja tersenyum padanya, Naina sendiri tidak tahu apa alasannya, tapi saat melihat senyumannya, entah kenapa hatinya menjadi lebih tenang, tiba-tiba mengingatkannya pada sang Mama dari tatapannya yang begitu teduh.

"Duduklah Naina!" seru wanita paruh baya itu.

Sukses membuat Naina sangat terkejut, dan bingung darimana wanita tersebut tahu namanya.

"Perkenalkan dia adalah Mamaku, katanya mengenal keluargamu dulu, dan menyuruhku untuk terus melindungimu, jadi kalau kau tidak suka terhadap aku yang terus saja berada didekatmu, salahkan saja dia! Karena dia yang sudah memaksaku untuk terus menjagamu setelah tahu kalau aku menemukanmu di hutan kemarin!" ujar Rangga.

Naina menurut dengan langsung duduk, meskipun pikirannya masih dipenuhi tanda tanya besar sekarang, bagaimana bisa wanita paruh baya itu mengenal keluarganya sedangkan ia sendiri tidak pernah melihatnya atau mungkin memang sudah lupa siapa wanita itu.

"Apa kau masih ingat denganku?"

Naina menggeleng karena memang tidak mengenal sama sekali dengan wanita paruh baya yang sedang berada di hadapannya saat ini.

"Aku Sashmita, sahabat Mamamu! Bahkan dulu saat kalian masih kecil, kita sepakat untuk menjodohkan kalian kalau sudah dewasa, dan sekarang takdir mempertemukan kita lagi!" tutur Sashmita dengan lembut sambil menyunggingkan senyuman.

"Oh, jadi itu alasannya Rangga tidak diperbolehkan berpacaran? Karena hendak menjodohkan putra Mama yang tampan juga mempesona ini, dengan wanita aneh yang selalu saja ingin bunuh diri?!"

Sashmita langsung membulatkan kedua matanya dengan sempurna, tanda tidak menyangka jika Naina ingin mengakhiri hidupnya.

"Naina ingin bunuh diri? Kenapa kamu mau bunuh diri, Nak?" tanya Sashmita.

Naina terdiam, karena masih ragu untuk menceritakan semua yang telah dialaminya kepada orang lain, karena semua ini adalah aib rumah tangganya.

"Semenjak kepergian kami sekeluarga ke luar negeri belasan tahun lamanya, aku dan Mamamu putus komunikasi, bagaimana keadaannya sekarang? Setelah kembali, aku langsung ke rumah kalian, tapi sepertinya kosong dan tidak ditempati ya?"

"Mama sudah meninggal dua tahun yang lalu Tante, karena sakit jantung yang ia idap sejak lama! Dan untuk rumah memang sudah kosong karena semenjak menikah, saya ikut dengan suami," jawab Naina, sembari menunduk dengan sedih.

Sashmita sangat terkejut ketika mendengar kenyataan yang begitu pahit tesebut, namun ia berusaha untuk tetap kuat, supaya Naina tidak ikut bersedih karena mengingat Mamanya kembali.

"Tante turut berduka cita ya! Kamu harus kuat, meskipun sudah tidak didampingi kedua orang tua, kamu harus terus bertahan hidup! Jangan ingin mengakhiri hidup, tidak baik memutuskan kesempatan yang sudah diberikan kepada kita apalagi dengan bunuh diri, suatu hal yang harus dihindari!" tutur Sashmita.

Naina mengangguk pelan sambil menghela nafas panjang.

"Saat Rangga menceritakan kalau ia telah menemukan wanita yang dibuang di hutan, aku langsung penasaran dan datang ke rumah sakit ini untuk melihat keadaannya, tapi karena kamu masih tak sadarkan diri pada waktu itu dan belum boleh dijenguk, aku memilih untuk melihat kartu identitas yang ditemukan pihak kepolisian di pakaianmu!"

"Sangat terkejut karena ternyata namamu adalah Naina Wijaya, aku jadi kepikiran nama anak sahabatku, dan saat memandangi foto identitas tersebut dengan seksama, benar saja kalau kau memang putri Cyntia Wijaya, karena wajah kalian memang sangat mirip!" jelas Sashmita sembari memberikan kartu identitas tersebut kepada Naina.

Ia baru ingat kalau menaruh kartu identitas itu di saku celananya dan tidak di dompet, ia bersyukur karena dengan kartu identitas tersebut ia bisa bertemu dengan orang-orang yang baik dan mengenalinya.

"Maka dari itu aku menyuruh putraku untuk terus menjagamu, supaya tidak terjadi hal yang buruk lagi, sebenarnya apa yang sudah terjadi, bagaimana bisa kamu sampai dibuang di hutan? Katakanlah padaku, kami bukan orang asing, aku begitu mengenal keluargamu dulu!" tutur Sashmita, berusaha untuk meyakinkan Naina.

Karena bagaimanapun, ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dan menimpa anak sahabatnya itu.

"Naina wanita yang terlalu percaya kepada cinta, sehingga sangat mudah untuk ditipu, Tante," ungkapnya, kedua matanya berkaca-kaca, air matanya sudah siap untuk mengalir kembali saat mengingat kejadian yang begitu menyakitkan itu.

"Suami Naina berselingkuh dengan sahabat Naina sendiri, setelah dipergoki bukannya sadar tapi justru Naina disakiti dan dibuang di hutan, sudah seperti sampah saja! Itulah yang Naina alami Tante," tambahnya.

Sashmita dibuat geleng-geleng kepala saat mendengar penjelasannya, sangat sulit untuk dipercaya kalau suami Naina bisa sejahat itu.

Sedangkan Rangga masih terlihat serius dan semakin tertarik untuk menyimak penjelasan dari Naina sampai akhir.

"Sebenarnya Naina sangat ingin balas dendam, tapi apakah boleh kita balas dendam kepada orang yang telah menyakiti kita?" tanyanya.

Naina mulai nyaman untuk berbicara dengan mereka, bahkan baginya mereka sudah seperti cahaya penerang, saat hidupnya dalam kondisi sedang gelap gulita seperti sekarang.

"Boleh saja, Nak! Tapi apa kamu yakin dengan balas dendam tidak akan menimbulkan masalah dan membuatmu merasa lebih baik nantinya?"

Naina menjadi bingung, jelas tidak tahu jawabannya nanti ia akan menjadi lebih baik atau justru sebaliknya jika berusaha untuk melakukan balas dendam.

"Kalau kau memang ingin balas dendam kepada suami dan sahabatmu itu, aku akan siap membantumu, tentu saja aku tidak ingin kau menjadi wanita yang sampai akhir hayat terus saja meratapi nasib tanpa melakukan apapun," sahut Rangga semakin mendukung Naina.

"Sepertinya memang harus balas dendam, tapi dengan cara yang cantik! Tidak mengotori tanganku untuk membunuh siapapun, tapi menggunakan rencana yang cerdik untuk membalaskan rasa sakit hati ini," timpal Naina, mengatakan dengan mantap keinginannya.

"Aku ingin mereka merasakan sakit yang telah aku rasakan, ingin melihat Mas Adit bisa merasakan sakitnya dikhianati, begitupun juga dengan mantan sahabatku itu, aku ingin ia bisa merasakan apa yang telah aku alami, yaitu tak diinginkan!" sambungnya, dengan begitu bersemangat.

Melihat keinginan Naina untuk bangkit untuk membalaskan sakit hatinya, Rangga ikut merasa lega dan bahagia, akhirnya pengorbanan juga pertolongan yang sudah ia berikan kepada wanita itu tidak sia-sia dan ada gunanya.

"Rencanamu memang bagus Naina, tapi kalau boleh aku tambahkan sedikit, berpura-puralah untuk hilang ingatan, bertemulah kembali dengannya, supaya pria itu terkejut dan menjadi sangat ketakutan tatkala melihat istrinya yang dianggapnya sudah meninggal ternyata masih hidup, buatlah ia yang sudah tidak mencintaimu memiliki perasaan itu lagi, buatlah ia patah hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan, buatlah ia menyesal karena sudah menyia-nyiakan istri yang begitu sempurna seperti dirimu!"

Rangga mengajukan usul yang tak kalah cemerlang.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eka Sari
Baru 5 Bab dibuka sdh dikunci aja Bab ke 6.. koin lg ...‍♀️.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status