"Tidak boleh, kekasih saya sedang istirahat sekarang, dimohon untuk jangan diganggu!" sergah Rangga, lalu berlari untuk menghalangi pintu. Dengan sikap Rangga yang seperti ini, justru membuat Aditya semakin curiga, padahal niatnya hanya memastikan saja kalau Naina kekasih Rangga itu bukan Naina istrinya, tapi justru dihalangi sampai segitunya oleh Rangga. "Kenapa Pak Rangga menjadi setakut ini, saat saya hendak melihat kekasih Anda? Apakah memang ada yang sedang disembunyikan dari saya?" Jelas terlihat dari perkataannya, kalau saat ini Aditya memang sedang curiga dan diperparah dengan ketakutan yang terlihat jelas di wajah Rangga sekarang. "Bukan takut, memangnya apa yang bisa saya takutkan di dunia ini? Saya tidak takut akan apapun dan siapapun itu! Hanya saja saya tidak mau kekasih saya yang sedang beristirahat menjadi terganggu, mohon pengertiannya ya, dia sedang sakit sekarang dan butuh istirahat! Kalau mau menjenguk, lain kali saja ya, Pak!" Sebenarnya bukan hanya nama Naina
Sashmita menjadi bingung hendak menjawab apa, kalau jujur ia takut Naina bersedih dan histeris lagi saat tahu tujuan suaminya datang ke rumah sakit untuk cek kesehatan karena ingin memiliki keturunan dari wanita yang telah menjadi orang ketiga di pernikahannya. "Sudahlah Naina, jangan pikirkan laki-laki itu lagi, sekarang pikirkan saja kesehatanmu! Dia saja tidak pernah memikirkan kamu, jadi buat apa terus memikirkannya?" Naina memijit pelipisnya yang mulai terasa berdenyut, ada rasa marah juga pada dirinya sendiri, kenapa masih mengingat pria yang sudah menghancurkan hidupnya hingga tega hendak melenyapkan nyawanya dengan mudahnya. Begitu heran dengan cinta yang berada di hatinya kenapa masih bertahan dan menetap di sana, padahal sudah jelas suaminya itu tak pantas lagi untuk dicintai. "Tante benar, tidak seharusnya Naina masih terbayang-bayang oleh kehadirannya yang memperparah luka dalam hati ini, berharap rasa cinta itu segera hilang, supaya hati tak tersiksa lagi. Tapi sungguh
Dua Minggu kemudian, setelah pulih dan mempersiapkan diri dengan baik, Naina dibantu Rangga sudah berhasil masuk kembali ke dalam rumah Aditya dengan mulus, mereka siap untuk melancarkan rencana balas dendam yang sudah sedari jauh hari dipersiapkan.Naina menyamar sebagai wanita yang cupu, dengan mengenakan kaca mata lebar juga tebal, rambut yang dikepang, memakai masker, dan rok selutut yang dipakainya saat ini membuat penampilannya jauh berbeda dari Naina yang biasanya.Begitupun dengan Rangga yang sudah menyamar sebagai pria buruk rupa seperti yang sudah ditunjukkannya dua minggu lalu di rumah sakit kepada Naina juga sang Mama. Besar harapan mereka dengan penyamaran seperti ini, Aditya juga Lisa tidak bisa mengenali jati diri mereka yang sebenarnya.Mereka sekarang sedang berada di ruang tamu, menghadap Aditya dan Lisa yang sedang menatap terus ke arah tangan Rangga sedang menggenggam erat tangan Naina, hal itu dilakukan Rangga untuk menguatkan juga memastikan bahwa perasaannya aman
"Ditambah lagi pihak media tidak ada yang memberitakan penemuan mayat di hutan, atau jangan-jangan Naina memang masih hidup ya?" sambung Lisa. Bukannya takut, justru sebaliknya, Aditya terkekeh pelan, seolah sedang menertawakan dugaan Lisa yang menurutnya terlalu lucu untuk didengarkan. "Kenapa tidak ada berita soal Naina, pasti karena memang tubuhnya sudah dilahap oleh binatang buas tanpa sisa! Lagipula sedikit sekali kemungkinan jasad Naina ditemukan, karena hutan tempat aku membuangnya adalah hutan yang lebat dan jarang didatangi orang, juga banyak binatang buas, jadi kemungkinan masih hidup sangat mustahil untuk terjadi! Sudahlah tenang saja, jangan memikirkan hal yang tidak perlu!" papar Aditya. "Lagipula aku juga sudah menyuap beberapa pihak berwajib yang menangani masalah Naina kemarin, sehingga kasusnya tidak dilanjutkan, semua bergantung pada uang Lisa, jadi kau tenang saja!" tambahnya, yang langsung memejamkan kedua matanya, pertanda bahwa ia tak mau mendengar perkataan d
"Kalau ditanya sejak kapan Ningsih berjalan ke arah kita tadi, aku hanya bisa menjawab setelah ia ingin mangga yang ada di meja itu, bagian mana yang perlu dicurigai? Dia memang tidak bisa bicara sehingga wajar kalau kelakuannya sangat aneh!" sahut Aditya yang tidak curiga sama sekali dengan sikap Ningsih yang tiba-tiba mendekat ke arah mereka sambil membawa pisau tadi. Dalam ingatan Lisa, samar-samar ia mengingat mata indah seseorang yang begitu ia kenal dan kedua mata itu persis dengan kedua mata Ningsih, tapi bedanya kedua mata Ningsih tadi terlihat mengekspresikan sebuah kemarahan. "Sepertinya mata Ningsih sangat mirip dengan seseorang, tapi sayangnya aku lupa siapa pemilik mata itu!"Lisa mencoba untuk mengingatnya kembali, tapi percuma, karena ia tidak ingat apapun sekarang. "Sudahlah Lisa jangan berpikiran negatif pada orang dulu, memangnya apa yang membuatmu mencurigainya? Membawa pisau itu ke arah kita? 'kan sudah dijelaskan sama suaminya tadi kalau Ningsih mau ambil mangga
"Apakah selama ini kau telah bermain di belakangku? Apa kau sudah mengkhianati pernikahan kita? Adakah laki-laki lain di dalam kehidupanmu? Atau kau hanya memanfaatkan kekayaanku saja? Jadi selama ini kau hanya membohongiku?" cecar Aditya, dengan tatapan tajam dan kedua mata yang berkaca-kaca.Lisa hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pelan untuk menjawab pertanyaan dari Aditya, bahwa semua itu tidaklah benar, terlebih melihat kesedihan yang begitu mendalam terukir jelas dari kedua mata suaminya itu, menimbulkan kekhawatiran tersendiri pada dirinya, takut dibenci dan ditinggalkan."Apa aku memang bukan satu-satunya lelaki di dalam hidupmu? Apa kehadiranku tidak ada artinya lagi untukmu?"Rasa sesak begitu menghimpit relung hati Aditya saat ini, tak pernah menyangka ternyata ada sosok laki-laki lain di kehidupan Lisa selain dirinya, bahkan sudah berani memanggil istrinya dengan panggilan sayang di surat tersebut. Meskipun hanya tulisan, tapi sukses membuat hatinya begitu pedih tak
"Rencana apalagi? Aku mengakui jika rencanamu selama ini selalu berhasil Rangga, tapi ingatlah! Kamu harus berhati-hati juga dalam menyusun rencana, sekarang mereka sedang menuju ke toko buket bunga itu, aku berharap kamu tidak meninggalkan jejak identitas atau apapun di sana!"Rangga tersenyum, ia mengingat saat memesan bunga tersebut pagi-pagi sekali tadi sebelum Aditya dan Lisa bangun. Bahkan Rangga begitu berani menggunakan mobil mewah Aditya dengan alasan membawanya ke montir, hanya untuk menuju toko buket bunga itu, memakai kacamata hitam dan juga berpakaian rapi dengan menggunakan jas, ia juga sama sekali tidak menyebutkan namanya, terlebih meninggalkan identitasnya. Semua itu Rangga lakukan supaya dilihat oleh pegawai toko bahwa yang memesankan bunga untuk Lisa memang seorang laki-laki yang kaya dan sangat keren sekali, sehingga saat mereka merasa curiga dan langsung mengecek dan menanyai pegawai tokonya, ia tidak perlu khawatir kalau sampai ketahuan."Aku tidak meninggalkan j
"Mohon maaf sekali Pak, untuk Cctv di toko kami belum disediakan," jawab Pegawai toko singkat, tapi cukup menghujam hati Lisa, karena itu artinya ia tidak dapat membuktikan kalau ia tidak berselingkuh. "Tapi tadi yang pesan memang laki-laki? Anda tidak salah lihat 'kan?" tanya Aditya untuk lebih memastikannya lagi. Pegawai toko tersebut mengangguk dengan mantap, mengiyakan kalau memang yang memesan adalah laki-laki."Betul Pak, saya tidak salah lihat." Aditya mengarahkan pandangannya kembali kepada Lisa."Yang memesan buket bunga itu memang seorang laki-laki, kalau seperti ini, bukti apa yang bisa kau berikan untuk mematahkan dugaan bahwa kau tidak punya laki-laki lain?!" "Aku berani sumpah Adit, aku sama sekali tidak ada laki-laki lain selain kamu! Yang aku cinta hanya kamu!" "Percayalah, ini pasti kerjaan orang yang tidak bertanggung jawab, pasti ada orang yang sedang berusaha untuk memisahkan kita, siapa tahu dia memang menginginkan aku, maka dari itu berusaha untuk memisahkan