Share

Jengkel

Suamiku 90cm

Bab 21 : Jengkel

Dengan tak bersemangat aku duduk di depan meja kerja, pikiran melayang ke mana-mana. Jengkel sekali rasanya hati ini.

"Zil, dipanggil Pak Alfin ke ruangannya," ujar Stefany si sekretaris bos.

"Oh, iya. Oke." Aku segera melangkah masuk ke ruangan setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ayo, Zilla, silakan duduk!" Pak Alfin menyambutku dengan senyum hangat.

"Iya, Pak." Aku duduk di depannya dengan tampang letih.

"Ini, Zil." Dia meletakkan amplop cokelat di depanku. "Sesuai janji saya kemaren, itu bonus untuk kamu."

"Hemm, makasih, Pak." Aku meraih amplop tebal itu. Mungkin 10juta kali isinya, asik. Senyumku mulai terkembang.

"Terus cuti sebulannya, gimana, Pak? Jadi,kan?" aku menatapnya penuh harap.

"Emang kamu mau ke mana sih, Zil? Pakai mau ambil cuti sebulan segala?"

"Kan, Pak Alfin yang nawarin, saya maulah. Lumayan bisa liburan ke Bali rencananya. Heheee .... " ucapku bersemangat.

"Kamu kan lagi hamil dan sedang masa ngidam. Emang bisa bepergian jauh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status