Share

Bab 23b

"Sepertinya itu Mas Ryan. Ngapain merhatiin ke arah sini, ya," gumamku dalam hati.

Aku pun menutup pintu seiring Mas Ryan yang juga kembali berjalan menuju rumahnya. Tak ingin berprasangka yang aneh-aneh. Mungkin saja dia hanya kebetulan lewat.

Ada rasa nyeri di ulu hati saat menatap Ilham yang sudah terlelap di depan TV. Bahkan, Mas Hilman tak menanyakan tentang anaknya itu.

"Sudah pulang, Ra?" tanya ibu membuat mataku yang hampir memanas menjadi urung.

"Sudah, Bu," jawabku sambil duduk di samping tubuh Ilham, lalu mengelus kepalanya lembut.

"Harusnya kamu biarin aja ibu maki-maki si Hilman dan ceweknya itu. Biar ibu kasih pelajaran sekalian. Seenaknya aja nyakitin perempuan. Emang ibunya bukan perempuan? Emang dia gak punya saudara perempuan? Gak mikir apa, gimana kalau yang disakitin itu ibunya, saudaranya, atau mungkin anak perempuannya." Ibu terus saja menggerutu dengan nada kesal.

"Sabar, Bu. Zara aja tenang-tenang saja, kok." Bapak mengingatkan.

"Ibu gak bisa tenang. Sebe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status