Share

bab 10. Awal Pembalasan

"Mbak Mut? Siapa yang telepon? Kok wajah kamu jadi berubah muram seperti itu?" tanya Aksara saat melihat ekspresi wajah Mutia yang sukar dilukiskan.

Mutia menatap ke wajah Aksara dan layar ponselnya bergantian.

"Suami saya menelepon," sahut Mutia lirih.

"Ya sudah, Mbak Mut terima saja panggilan telepon nya."

"Tapi sepertinya saya tahu kenapa dia menelepon saya," sahut Mutia seraya menghela nafas.

"Emang kenapa suami mbak Mutia telepon?"

"Mungkin dia kesal karena saya belum membuat sarapan untuknya dan saya menyembunyikan rokoknya," sahut Mutia tertawa.

Aksara tercengang. "Mbak Mutia ini ada-ada saja."

Mutia tersenyum. "Sekali-kali laki-laki yang berkhianat dan tidak menghargainya wanita nya perlu diberi pelajaran lah, Pak. Agar mereka tahu dan sadar diri.

Belum bisa menafkahi istri dengan layak bahkan istri sudah membantu cari uang kok sok-sokan selingkuh. Kan lebih baik dikarungin terus diberikan ke pegadaian?" tanya Mutia tertawa.

Aksara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status