Share

bab 4. Detektif?

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2023-06-20 14:32:55

Mutia berjalan perlahan ke arah ruang tengah, dia lalu mengeluarkan ponselnya.

"Tunggu, kalau aku melaporkan pak Andi dan Bu Laras ke Bu Mawar, jangan-jangan nanti malah ada keributan. Bisa-bisa aku enggak kerja di sini lagi. Padahal aku kan masih butuh duit. Duh.

Tapi kalau aku diem'in aja tentang perselingkuhan Bu Laras dan mas Damar, ck, enak aja. Nggak sudi dong. Apa aku melipir saja pada Bu Mawar. Siapa tahu bisa kerja di tempat Bu Mawar kalau aku memberikan informasi tentang istri kedua suaminya.

Nggak salah dong ya kalau aku berusaha membalas kecurangan yang telah mereka lakukan padaku? Emangnya hanya orang kaya yang bisa sakit hati? Aku juga punya hati lah! Enak aja menyakiti Mutia!"

Mutia pun lalu mengambil ponsel. "Aku harus tahu alamat rumah atau paling tidak akun media sosial Bu Mawar alias istri pertama pak Andi."

Mutia lalu mencari akun F******k dengan nama Mawar.

"Ck, kenapa banyak banget nama mawar di sini?"

Mutia lalu menggulir layar ponsel nya dengan perlahan.

"Mawar merah, mawar putih, mawar melati semuanya indah. Yasalaam. Yang mana sih? Aku juga belum tahu wajah istrinya pak Andi. Duh, Mutia!"

Mutia menepuk jidatnya yang agak lebar perlahan.

"Hm, ya sudah. Beresin dulu meja makan bekas pak Andi makan tadi."

Mutia beranjak ke ruang makan. Saat melewati kamar kosong yang berisi baju-baju Larasati yang hendak distrika, langkah Mutia terhenti karena mendengar suara dari dalam.

Pintu kamar yang tertutup sedikit membuat Mutia dengan perlahan mendorong nya sedikit dengan ujung telunjuk nya. Dan pemandangan di dalam membuat Mutia terkesiap.

Damar, sang suami tampak mencium dan memeluk baju dalam Larasati!

Mutia menarik nafas panjang. Mencoba agar tidak menangis meskipun dalam hatinya terasa sesak.

'Ya Tuhan, tega sekali mas Damar. Padahal aku sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk nya. Dia masih tega bermain gila dengan majikan padahal pernikahan kami belum genap setahun.'

Dengan perlahan, Mutia mengambil ponselnya. Lalu dia mengambil gambar Damar dengan hati-hati.

'Baiklah, Mas. Kalau memang kamu begitu mencintai Bu Laras, aku yang akan pergi. Aku nggak sudi berbagi hati apalagi berbagi alat tempur dengan perempuan lain. Tidak ada maaf bagimu. Tapi aku belum puas kalau kalian tidak mengalami sakit hati seperti yang telah aku alami, Mas,' desis Mutia kemudian berlalu dari kamar penuh baju itu.

**

Mutia baru saja selesai beberes ruang makan saat Damar memeluknya dari belakang.

"Mut, kamu nggak minta jatah?"

Mutia menghela nafas panjang. Lalu perlahan menggeleng. "Aku lagi capek, Mas. Baru saja masak, nyuci piring. Habis ini nyapu dan setrika lho," sahut Mutia sambil menahan rasa jijik membayangkan Damar yang berbagi peluh dengan Larasati.

Bibir Damar mengerucut. "Ck, kamu nggak sayang lagi sama aku, Mut!? Mumpung suasana lagi sepi nih."

Mutia menoleh dan melotot. Rasanya dia ingin menampol pipi suaminya itu. Setelah entah berapa kali, suaminya sudah usluk-usluk dengan Larasati, sekarang suaminya yang dengan seenaknya mengatasinya dengan ucapan tidak sayang?

'Mas Damar benar-benar butuh cermin!' maki Mutia dalam hati.

"Hm, rasanya tadi kayak datang bulan. Nanti aku cek, Mas," elak Mutia membuat wajah Damar muram.

"Sayur!"

Mendadak telinga Mutia menangkap suara Abang penjual sayur langganan.

"Nah, kebetulan tukang sayur langganan sudah datang. Aku mau beli cabai, terung, dan ayam titipan Bu Laras. Bentar ya Mas."

Mutia agak mendorong tubuh Damar yang menghalangi langkahnya hingga bergeser beberapa langkah.

Sementara itu Mutia langsung berlari ke pintu depan.

"Nah, ini orangnya datang!" seru Yu Nem saat melihat Mutia mendekat ke arah tukang sayur.

"Ada apa Yu?" tanya Mutia dengan nada cuek. Tangannya sibuk memilah sayuran yang akan dibelinya.

"Tadi suami nya Bu Laras kan?" tanya Yu Nem mulai mengajak gibah berjamaah.

Mutia hanya mengangguk.

"Wah, ramah dan ganteng ya. Walaupun sudah tua tapi terlihat masih perkasa. Keren banget!" puji Yu Nem yang langsung diamini oleh asisten rumah tangga lain yang sedang bergerombol di sana.

"Apa tidak ada tanda-tanda suami kamu mulai berubah sikap? Biasanya cemburu atau ...,"

"Eh, siapa sih itu kok rasanya baru lihat?" tanya Yu Sri memotong ucapan yu Nem. Tangannya menunjuk ke seorang pemuda tampan yang muncul dengan sepeda kayuh di pagar depan perumahan.

"Wuah, nggantengnya! Kayak mantan pacar saya dulu!" seru Yu Nem penuh percaya diri membuat para asisten rumah tangga lainnya yang mengelilingi tukang sayur itu mengelus dada dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mutia mengerut kan dahinya saat lelaki muda itu menatap rumah Larasati dengan seksama. Kemudian berlalu mengelilingi kompleks.

"Ini sayuran dan ayam saya, Bang. Totalnya berapa?" tanya Mutia sambil menunjukkan barang yang akan dibelinya.

Tukang sayur itu menatap barang yang dibeli Mutia. "Ayam sekilo, terung dan lombok seperempat ya. Semua 50 ribu, Mbak."

Mutia mengangsurkan selembar uang berwarna biru kepada tukang sayur itu dan bergegas pergi.

Baru saja dia hendak masuk ke pintu rumah, saat terdengar suara lelaki memanggil nya.

"Mbak."

Mutia menoleh. Dan tampaklah lelaki yang bersepeda kayuh itu mendekat ke arah Mutia.

"Ada apa, Mas?"

Pemuda itu menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sebelum mengeluarkan ponselnya.

"Apa mbak pernah melihat orang ini?" tanya laki-laki muda itu membuat Mutia terkesiap. Karena foto yang ada di ponsel dan sedang ditanyakan oleh pemuda itu adalah foto pak Andi!

Mutia tercengang. Batinnya sibuk menduga-duga.

'Siapa lelaki ini? Kenapa dia kenal dengan pak Andi? Apa dia detektif yang disewa Bu Mawar seperti di tivi-tivi?' batin Mutia sebelum akhirnya dia menjawab,

Next?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
dasar babu sok pintar yg cuma bisa ngebatin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUAMIKU DI RANJANG SANG NYONYA    bab 87. Dilamar dengan Mobil Ambulance (Ending)

    Aksara tampak tampan mengenakan kemeja lengan panjang keemasan dan celana hitam dari bahan drill. Di samping nya tampak Mutia yang berdandan natural dengan gaun selutut warna gold dari bahan perpaduan sifon dan kain tile.Di tempat duduk depan, tampak Riska sedang duduk manis mengenakan gaun dari satin setumit dengan ditemani oleh seorang laki-laki berkebangsaan Australia. Lelaki berambut pirang dan berwajah bule itu terlihat sangat mencintai Riska. Bule itu menggenggam erat tangan Riska lalu menciumnya dengan lembut. "Acara selanjutnya adalah acara yang pasti dinanti-nantikan oleh para undangan, yaitu melempar kan buket bunga kepada para undangan. Diharap semua tamu yang ingin mendapatkan lemparan bunga segera berkumpul di depan pelaminan."Suara pembawa acara membahana dan membuat aula hotel menjadi riuh. Beberapa tamu perempuan dengan bersemangat berkumpul di depan pelaminan dengan wajah harap-harap cemas. Aksara menyenggol Mutia dan memberikan kode pada kekasih nya untuk ikut b

  • SUAMIKU DI RANJANG SANG NYONYA    bab 86. Pernikahan Novela dan Ridho

    Novela berjalan perlahan memasuki kafe Gardenia. Hatinya berdebar kencang saat melihat laki-laki yang sangat dirindukannya. Sudah beberapa kali Novela mencoba membuka hati dan berkenalan dengan laki-laki lain di selama lebih dari enam bulan ini. Tapi entah kenapa tidak ada yang spesial seperti Ridho. Dan walaupun sudah lama sekali tidak bertemu dengan lelaki itu, Novela tetap masih hafal potongan rambut dan bentuk kepalanya sekalipun dari arah belakang. Novela menghentikan langkahnya sejenak lalu menghela nafas sebelum akhirnya dia maju lagi mendekat ke arah Ridho. "Mas Ridho."Ridho menoleh dan melihat ke arah Novela. Dua pasang mata saling menatap dengan penuh rindu. Dalam diam, tanpa kata, hanya hening di sekitarnya sudah cukup membuat sepasang anak manusia itu tahu bahwa mereka saling mencintai dan saling merindukan. "Kamu sudah datang dari tadi, Mas?" tanya Novela pelan. "Barusan kok. Oh ya, duduk Nov. Aku sudah memesan kan makanan favorit mu. Kwetiau kuah dengan jus jeruk d

  • SUAMIKU DI RANJANG SANG NYONYA    bab 85. Kematian Damar

    Lalu kedua anggota Intel itu melompat dan membekap mulut dan memukul leher belakang anak buah Damar. "Hmmmph! Hhmphhh!"Kedua anak buah Damar yang sedang berjaga di luar pintu depan lainnya berpandangan. Mereka langsung memahami jika telah terjadi sesuatu yang mencurigakan. Kedua anak buah Damar langsung mencabut pistol dari pinggang mereka dan langsung menuju ke arah semak-semak tempat kedua teman mereka menghilang. Namun baru berjalan beberapa langkah, dua anggota polisi melompat dari arah belakang. Dorrr! Dorrr! Namun sayang sekali kedua anggota polisi yang terakhir hendak melakukan penyergapan, tertembak karena rupanya anak buah Damar lebih dulu menarik pelatuk nya. Kedua anggota polisi itu langsung roboh di atas rerumputan. Kedua anak buah Damar mendelik lalu menodongkan pistol ke arah kepala anggota polisi. "Jangan bergerak! Katakan siapa yang menyuruh kalian!" seru salah seorang anak buah Damar.Salah seorang anak buah Damar lalu menunduk mendekat ke arah salah seorang

  • SUAMIKU DI RANJANG SANG NYONYA    bab 84. Penggerebekan

    Beberapa saat yang lalu,"Aksa, lokasi mobil pak Damar sudah ditemukan. Dua mobil ada di kota ini. Dan satu mobil di luar kota. Saat ini sedang dikejar oleh Ragil dan anak buahnya."Aksara yang sedang duduk di mobil di samping Ridho yang sedang mengemudikan mobilnya, sontak menoleh ke arah Ridho. "Mas, minta para polisi itu untuk share loct posisi nya sekarang! Ayo kita ikuti mobil polisi itu dan menuju ke tempat Mutia!""Tapi bahaya, Aksa! Biar polisi saja yang mengurus dan menyelamatkan Mutia!""Nggak bisa, Mas! Aku tidak akan bisa makan dan minum dengan tenang kalau belum memastikan Mutia baik-baik saja."Ridho tampak berpikir sejenak. "Tapi mereka bersenjata, apa kamu tidak takut terjadi sesuatu pada diri kamu?" "Aku juga punya senjata, Mas."Aksara menengok jok tengah mobilnya dan berdiri lalu menjulurkan badannya ke belakang untuk mengambil tas olahraga dari dalam nya.Mata Ridho membeliak saat melihat isi tas milik Aksara. Sepasang senjata api lars pendek, pelurunya, stunt g

  • SUAMIKU DI RANJANG SANG NYONYA    bab 83. Operasi Penyelamatan Mutia

    "Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu, Mas! Kamu sudah melakukan banyak hal yang membuat orang lain menderita. Kamu bukan lagi mas Damar yang aku kenal dulu!" seru Mutia tegas. Damar tertawa. "Hahaha, kamu benar sekali, Mutia. Aku memang bukan Damar yang miskin dulu. Damar yang dulu kan nggak punya apa-apa. Tapi lihatlah aku sekarang! Aku punya semuanya! Kamu bisa bahagia kalau menikah dengan ku!"Mutia terdiam sejenak. "Kalau kamu memang kaya, kenapa kamu malah ingin kembali padaku? Kamu kan bisa memilih perempuan lain yang masih gadis, ataupun janda lain yang lebih cantik dan seksi dariku kan banyak? Kenapa harus kembali padaku?! Atau kamu kan bisa kembali pada Larasati?" tanya Mutia. Damar tertawa menyeringai. "Karena aku mencintaimu, Mut!""Jangan bohong, Mas. Kalau kamua mencintaiku, kamu nggak akan selingkuh dengan Larasati! Jadi katakan saja apa alasan dan rencana kamu menculikku sampai melukai teman kosku?""Hm, nggak ada alasan khusus sih. Aku cuma merasa kalau ka

  • SUAMIKU DI RANJANG SANG NYONYA    bab 82. Menghubungi Polisi

    Aksara dan Ridho sampai di polres dan langsung bertemu dengan Ragil, intel polisi yang juga merupakan teman Ridho. Ragil mendengarkan penuturan Aksara dan Ridho secara sungguh-sungguh. "Baiklah ini harus diselidiki lebih lanjut. Karena masalahnya begitu kompleks, aku tidak bisa menyelesaikan hal ini sendirian. Perlu bantuan dari teman-teman ku yang lain, Dho," seru Ragil. Aksara menangkup kedua tangan Ridho. "Saya mohon tolong temukan Mutia secepatnya. Saya bersedia membayar berapapun agar Mutia ditemukan," sahut Aksara dengan sungguh-sungguh. Ragil menatap ke arah Aksara. "Saya akan melakukan upaya semaksimal mungkin untuk menemukan Bu Mutia. Bapak tenang dulu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan," sahut Ragil. Lalu tak kemudian Ragil meraih ponsel dan menghubungi seseorang, lalu menjauh dari Aksara dan Ridho. "Halo, Elang darat satu. Cari semua Informasi tentang lelaki bernama Damar Wiryawan dan semua aset dan alamatnya. Saya membutuhkan jawaban secepatnya."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status