Home / Romansa / SUAMIKU SEORANG PENDUSTA / Bab 28 sebuah ancaman.

Share

Bab 28 sebuah ancaman.

Author: Adira
last update Last Updated: 2025-07-07 21:42:03
Aku terus memandang orang- orang yang duduk berjajar-jajar di pinggiran pagar rumahku. Namun pagar kelihatan tertutup.

"Sepertinya wartawan Nyonya," ujar Ardan.

"Wartawan?" ucapku lirih, gugup, panik. Bagaimana menurutmu? Apa aku harus turun menemui mereka?" tanyaku.

Tak ada jawaban dari ke dua bodyguardku. Felix memarkir mobilnya dipinggir jalan dari jarak seratus meter dari rumahku. Sepertinya hendak berunding denganku.

Namun tiba-tiba ada salah satu wanita dengan membawa alat persegi berlari kecil mendekati mobilku.

Dan mengetuk jendela kaca dekat Ardan duduk.

Ardan aku perintah membuka kaca jendela. Dalam hitungan detik kaca jendela mobil terbuka.

"Maaf Mas, saya dari harian pos Kota hendak mewawancarai Ibu Kinan."

Aku yang mendengar ucapan wartawan itu tersenyum takut jika dikatakan sombong dan angkuh. "Maaf nanti saya akan turun setelah dari depan pintu gerbang."

Wartawan itu mundur dua langkah dari mobilku. Dan aku menyuruh Felix untuk menjalankan mobil la
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SUAMIKU SEORANG PENDUSTA   Bab 48 Akur.

    Aku diam keremas-remas jariku sendiri. Aku tak berani menatap Alliandro. Dalam hatiku aku menyesal sudah menampar wajah All. "Maafkan aku!" lirihku. "Tapi maaf aku ingin menenangkan pikiranku dulu. All melepas tanganku dan membiarkan aku berjalan menaiki anak tangga menuju kamarku. "Kinan ...! Aku tau kau hendak menenangkan hatimu kan? Mana bisa kau tenang sedang masalahmu dengan aku belum selesai!" teriak Alliandro saat aku masih berada di anak tangga.Aku menghentikan langkahku dalam hatiku aku membenarkan ucapan All. Sebab yang jadi biang kerok tak tenangnya hatiku juga All."Kamu jangan bohongi dirimu sendiri Kinan?" Aku membalikkan tubuhku, menatap Alliandro dari anak tangga. "Trus maumu apa All? Mau menyakiti aku lagi di depan Clara kekasihmu? Kalau kau tak mengundangku? Kalau kau tak mengenalku? Aku di depan temanku karyawanku selalu menghargai kamu?" Alliandro menggelengkan kepalanya sendiri. "Aku sudah minta maaf Kinan? Aku sudah minta maaf sama kamu!" "Ya, aku sudah me

  • SUAMIKU SEORANG PENDUSTA   Bab 47 pertengkaran.

    Aku terpaku saat melihat seorang laki-laki berdiri di depan pintu ruanganku. "Kau lagi? Kenapa? Aku sudah bilang berkali kali kalau aku hari ini tidak mengundang tamu!" Alliandro diam sesaat, memandangku tajam. "Aku hanya menyampaikan kalau Lola sudah bebas!" Aku bengong mendengar ucapan All. Apalagi Alliandro langsung membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi. "Jadi All datang ke sini hanya ingin menyampaikan itu? Ahh masa bodoh biar saja dia pergi." Aku kembali duduk dengan meraih ponselku. Aku segera menghubungi pihak kepolisian untuk memastikan apakah Lola bebas. "Ya, Nyonya. Ada seseorang yang mengeluarkan Lola." ucap petugas kepolisian dalam ponsel. "Siapa?" tanyaku dengan tubuh gemetar. "Tuan Bramasta!" Aku diam sesaat. "Ya sudah saya akan segera ke sana!" Aku tutup pembicaraanku dengan pihak kepolisian Tanpa pikir panjang ku raih telpon selulerku. Untuk menghubungi managerku Iwan. "Pak, cepat tolong ke sini, ke ruanganku!" Hanya butuh waktu lima menit, Iwan suda

  • SUAMIKU SEORANG PENDUSTA   Bab 46 Tamu ke dua.

    Aku segera menempelkan ponselku ke telingaku. Namun aku sama sekali tak mengucapkan salam untuk All terlebih dulu. Entah aku merasa neg dan muak. Ingin rasanya ponselku ku banting biar tak mendengar suaranya. "Halo Kinan ... Kamu ada di rumah?" ucap All dalam telpon. Aku tak menjawab ucapan All. Aku tetap diam, hingga ia mengulangi lagi pertanyaannya. Dan aku mulai menjawab dengan nada cuek. "Maaf, aku tak ingin di ganggu. Aku mau istirahat." Dengan cepat ku tutup ponselku. Baru saja aku meraih piring yang berisi nasi. Terdengar lagi suara ponselku berdering. Dalam layar ponsel tetap nama All yang tertera. Aku membiarkan ponsrl itu berdering sampai selesai. "Mbak, kenapa ponselnya tak diangkat. Mungkin ada hal penting ?" tanya Bibik yang aku jawab dengan santai sambil memasukkan makanan ke dalam mulut. "Malam-malam Bik, malas untuk meladeni telpon. Dah Bik, kalau Bibik Mar mengantuk. Bibik istirahat saja, Besok Bibik kan harus bangun pagi." "Ya Mbak, saya ke kamar dulu ya!"

  • SUAMIKU SEORANG PENDUSTA   Bab 45 kecewa berat.

    Mobil yang aku tumpangi bersama Ardan masuk  area parkir kantor Alliandro. Dalam hitungan menit aku sudah sampai di Loby kantor Alliandro. "Ya tunggu Nona!" ucap seorang resepsionis kantor. Aku pun duduk menunggu keputusan sang resepsionis. Apakah aku di perbolehkan masuk atau tidak. Aku menyadari kalau toh tak boleh aku harus menerimanya sebab aku tak ada jadwal janji dengan AlliandroDisamping itu aku juga tak menghubungi Alliandro."Nona, maaf Tuan Alliandro sepertinya belum datang. Sebab saya hubungi tidak bisa. Kalau memang Nona sangat penting tunggu saja di sini, mungkin sebentar lagi datang." Aku menatap jam yang melingkar di tanganku. Aku mengernyitkan keningku menatap resepsionis yang ada didepanku."Sudah jam satu lebih Nona, berarti Tuan Alliandro tak ada di kantor." ucapku membalikkan tubuhku untuk kembali pulang. "Ooh ya, mungkin Nona ada pesan? Boleh saya ingin tau nama Nona? Nanti saya sampaikan sama T

  • SUAMIKU SEORANG PENDUSTA   Bab 44 Clara marah.

    "Neni ...!" teriak Bram dengan panik. Ia dengan cepat mengangkat tubuh Neni dan membaringkannya di atas sofa. Ia segera berlari ke kotak obat, dan mengobatinya kening Neni untuk sementara agar darahnya berhenti keluar dengan meneteskan betandin pada luka Neni. "Lukanya nggak parah, mungkin ia hanya pingsan sandiwara!" pikir Bram dengan duduk kembali di atas sofa dekat Neni berbaring. Ia menunggu Neni siuman untuk beberapa saat. Sepintas ia memandang Neni yang matanya masih belum terbuka. Ia kembali menatap langit-langit kamar, pikirannya kembali menerawang jauh tentang tertangkapnya Lola dan dijebloskan ke dalam penjara. "kok bisa dia tertangkap, ceroboh benar Lola. Dia pasti sudah bernyanyi di depan polisi dan mengaku tentang persekongkolan denganku, aku harus pergi?" Bram merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. "Halo Bibi Pur, cepat ke sini! Aku ada di ruang rapat," suara Bram dalam telpon menghubungi Bibi Pur yang bekerja sebagai pembantu dapur di markas. "Baik

  • SUAMIKU SEORANG PENDUSTA   Bab 43 Lola tertangkap.

    Aku geram mendengar cerita Selvi. Tapi aku yakin memang Selvi tidak bohong. Namun aku tak semudah itu melepas Selvi tanpa hukuman. "Trus kamu semalam tidur bersama Tuan All?" tanyaku menyelidik. Selvi tampak kaget. Ia memandangku, "Sebejat- bejat diriku aku tak akan mau merebut pacar temanku. Tanyakan sendiri pada Tuan All!" Aku diam, aku percaya ucapan Selvi kali ini tidak bohong. All tak mungkin melakukan hal sebejat itu. "Bagaimana kau percaya kan sama aku? Sekarang lepaskan tali ini. Dan untuk yang seterusnya aku akan bantu Kamu. Mengungkap pembunuhan orang tua kamu dan anak kamu. Tapi tolong lindungi keluargaku." Aku manggut-manggut. Aku segera mengambil ponselku dan membatalkan pihak kepolisian. Beruntung pihak Kepolisian sangat pro sama aku. Jadi dengan mudah membatalkan sesuatu. "Ya, akan aku lepas kamu!" Aku melangkah mendekati tempat duduk Selvi. "Jangan dilepas, dia pengkhianat yang bersekongkol dengan Bram!" Terdengar suara dari pintu ruang makan. Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status