Share

Arti Perawan?

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2023-09-07 16:07:16

SUCI TAK PERAWAN 2

Aku terus memacu kendaraan roda empat milikku menuju ke rumah, tak peduli apa yang akan terjadi jika kedua orang tuaku tahu aku pulang di malam pertamaku di rumah mertua. Akan kukatakan yang sejujurnya alasanku seperti Cean mengatakan semua dengan enteng pada papanya.

Saat aku sampai di rumah, Papa dan Mama belum tidur. Mungkin mereka masih melakukan persiapan untuk acara resepsi esok hari di gedung yang sudah kami pesan. Bahkan aku tidak memikirkan semua itu karena sudah dikuasai rasa marah dan kecewa.

"Loh, ngapain pulang? Mana Kinanti?" tanya Mama saat melihatku melintas hendak ke kamarku yang berada di lantai dua.

"Di rumahnya," jawabku sekenanya.

"Di rumahnya, bagaimana maksudnya?" Mama mengejar jawaban.

"Aku meninggalkannya di rumahnya dan tidak ingin meneruskan pernikahan ini."

"Ngomong apa kamu, Kai. Kau pikir pernikahan ini main-main!" seru Papa tak suka.

"Mereka yang mempermainkanku," balasku.

"Ngomong yang jelas," bentak Papa.

Aku membuang nafas kasar, kemudian mengacak rambut. Dengan malas kujelaskan semua pada mereka, tentang apa yang terjadi tadi di rumah Cean. Tentang semuanya, tanpa aku tutupi lagi. Percuma mereka berdua harus tahu juga.

"Mama mengenal Kinan dengan baik, Kai. Tak mungkin dia melakukan hal-hal di luar batas. Kamu memang tidak mengenalnya dengan dekat karena banyak menghabiskan waktu belajar di luar kota. Tapi kami tahu bagaimana dia tumbuh besar di bawah pengawasan orang tuanya," tutur Mama panjang lebar.

"Anak yang pendiam dan diawasi orang tuanya banyak yang tau-tau hamil, Ma. Masih untung dia tidak hamil makanya bisa menipu orang." Aku menyangkal perkataan Mama.

"Perawan atau tidak, tak bisa hanya berdasarkan darah, Kai. Kamu ini berpendidikan, kan. Kenapa pikiranmu kolot sekali." Kali ini Papa yang berbicara.

"Lalu dulu Mama tidak berdarah juga?"

"Kai!" seru Papa tak suka.

"Duduk kau di sana, aku akan menelpon mertuamu," perintah Papa sambil menunjuk sofa yang berada di ruang tamu.

"Tidak perlu, Pa. Papa Cean sudah mengatakan tidak akan mengijinkanku dekat dengan putrinya kalau aku pergi dari rumah itu. Tak perlu membicarakan apapun. Biar malu mereka sendiri yang menanggungnya." Aku berlalu begitu menyelesaikan kalimatku.

Tak peduli teriakan papa di bawah sana. Aku sudah cukup dewasa dan mandiri untuk menentukan jalan hidupku. Aku tidak mau hidup dengan wanita yang sudah membohongiku. Seumur hidup itu terlalu lama untuk dihabiskan dengan wanita pendusta.

***

"Pengantin lelaki kenapa tidak ada di pelaminan?" Adrian bertanya sambil menepuk pundakku dengan keras.

Ketiga laki-laki itu menerobos restoranku yang sudah tutup. Aku memilih pergi ke tempat ini daripada mendengarkan ocehan Papa dan Mama. Kedua orang tuaku tidak diterima dengan baik saat hendak berbicara dengan papa Cean lewat telepon, yang aku dengar, mereka tak butuh mempelai laki-laki untuk melangsungkan acara resepsi yang mau tidak mau tetap harus dilakukan.

Restoran ini adalah usaha yang aku rintis setelah lulus dengan pendidikanku hingga menjadi chef profesional. Di tempat ini, aku memiliki ruang dan kamar pribadi, bahkan dapur pribadi untuk bereksperimen dengan menu baru.

Ketiga temanku, Adrian, Nicholas, dan juga Putra. Dari kami berempat, aku yang belum menikah, dan dari mereka inilah aku terobsesi dengan darah perawan itu. Adrian dan Putra mengatakan jika wanita yang pertama kali melakukan itu akan mengalami sedikit pendarahan karena robeknya selaput dara. Tapi tidak dengan Nicholas, dia sama sekali tidak pernah mengatakan apapun yang berbau rajang. Dia lebih memilih diam jika kami membahas masalah itu.

"Kenapa? Bukannya kamu sangat mencintai Kinan? Sampai kau buat panggilan sayang untuknya yang hanya boleh kau pakai sendiri, padahal itu namanya juga. Kenapa kamu rela dia di atas pelaminan dengan pria lain padahal di undangan tertulis jelas nama kalian berdua." Putra memberondongku dengan banyak pertanyaan.

Ada pria lain di pelaminan bersama Cean, siapa? Hal itu tentu saja membuatku penasaran. Kupikir resepsi itu akan berlangsung tanpa mempelai laki-laki.

"Jangan tanya apapun padaku sekarang ini, aku pusing!" Aku pindah ke sini untuk menghindari pertanyaan orang di rumah, jika kalian banyak bertanya lebih baik kalian pergi saja." Kuusir teman-temanku yang kurasa mulai usil urusan pribadiku ini. Padahal biasanya kami terbiasa berbicara hal pribadi, tapi tidak kali ini. Suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja.

Mereka tidak tahu jika aku yang ada di acara ijab kabul karena mereka hanya diundang saat resepsi saja. Mereka juga tidak tahu kalau sebenarnya aku sudah menikah dengan Cean dan sudah melakukan hubungan suami istri dengannya.

"Kamu tak butuh kami untuk menghiburmu?" tanya Adrian.

"Tidak!"

Putra menghela nafas panjang. "Lebih baik kita pulang saja, sepertinya Kairo sedang tidak ingin diganggu.

Adrian dan putra berlalu, pergi dari tempat ini. Tinggalkan aku dan Nicholas yang sejak tadi hanya diam tak menanyakan apapun padaku. Dia yang paling tak banyak bicara, tapi kadang berbicara urusan pribadi dengannya jauh lebih nyaman.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Nicholas membuka percakapan. "Tapi jika tidak ingin cerita ya gak usah cerita. Mungkin lain waktu," sambungnya.

Perkataannya yang seperti ini yang membuatku tak sungkan bercerita. Dia tak pernah memaksa dan terkesan memberi waktu orang untuk berpikir dulu.

"Sebenarnya aku sudah menikah dengan Cean, akulah yang menjadi mempelai laki-laki saat acara ijab kabul." Akhirnya aku mulai bercerita.

"Lalu?"

"Aku meninggalkannya karena dia tidak perawan lagi."

"Bagaimana kamu menyimpulkan seperti itu, Kai?"

"Dia sendiri yang bilang, jika tolok ukur keperawanan adalah selaput dara dan berdarah di malam pertama maka dia tidak memilikinya. Tapi dia bilang masih suci, perkataan macam apa itu."

"Ya ampun, Kai. Tidak ada yang salah dengan perkataannya. Jika menurutmu perawan adalah noda darah dan selaput dara, maka tidak semua wanita memilikinya. Ada wanita yang kehilangan selaput daranya saat kecelakaan, jatuh dari sepeda dan bagian intimnya terbentur dengan sangat keras misalnya. Atau wanita yang selaput daranya elastis hingga tidak robek saat melakukan hubungan pertama kali. Ada juga wanita yang terlahir tanpa selaput dara," terang Nicholas panjang lebar.

Perkataan Nicholas tentu saja membuatku shock seketika. Dia seorang dokter, tentu saja perkataannya bisa dipertanggung jawabkan. Selama ini dia tidak pernah menyela saat aku, Adrian dan Putra membahas hal-hal seperti ini. Aku pun tak berminat untuk mencari tahu tentang hal-hal seperti itu. Bahkan saat aku dengan percaya diri mengatakan pada Putra dan Adrian akan mengabadikan noda darah yang mungkin tercetak di sprei, Nicholas hanya diam saja, tapi sekarang dengan lancarnya dia menjelaskan segala. Lalu aku harus bagaimana sekarang.

🍁 🍁 🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUCI TAK PERAWAN    Pasangan Sempurna

    SUCI TAK PERAWAN (36)'Duo pasangan Chef Kairo dan Chef Kinan juga berniat membuka restoran lain. Restoran dengan konsep private dinning akan diperuntukkan bagi selebriti top, sosialita, dan foodies. Berlokasi di sebuah Mall terkenal di kota ini, restoran ini memang sangat mewah dan menurut pengakuan dari Chef Kairo punya sajian makanan yang tidak perlu diragukan lagi.'Aku membaca penggalan wawancaraku yang sudah tayang di situs berita online dengan seksama.'Piawainya Chef Kairo dalam membuat menu western dan Asian, berpadu dengan sang istri yang ahli di bidang cake dan pastry.'Aku kembali tersenyum membaca alenia ini. Semua orang mengakui kami adalah pasangan yang sempurna. Aku yang ahli dalam menu utama dan Cean yang ahli di dessert."Kenapa sih, Kak? dari tadi kulihat kakak terus saja tersenyum gak jelas sambil lihatin ponsel." Cean berkata sembari menghempaskan bobot tubuhnya di sampingku yang sedang duduk di sofa panjang di ruang santai. Hari ini aku tidak ke restoran dan men

  • SUCI TAK PERAWAN    Bahagia Pada Waktunya

    SUCI TAK PERAWAN 35Pria itu menghampiriku yang sedang duduk menghadap dinding kaca dengan senyuman yang mengembang. Di tangannya terdapat makanan yang aku inginkan. Dia pria yang sejak kecil sudah menjadi penjagaku. Tuhan mendatangkan dirinya sebelum memberikan aku pada kedua orang tuaku. Dia Kakak satu-satunya yang aku miliki selama ini, Kak Alan. Tadi setelah dia mengantar Kairav ke sekolahnya bersamaku, kami sengaja mampir ke minimarket khas dari negeri matahari terbit. Setelah dua malam menginap di rumah Kak Alan dan tak mau ke sekolah juga, Kairav akhirnya mau juga kembali padaku. Di minimarket ini, tidak hanya menjual makanan ringan dan camilan, tapi juga berbagai desert dan juga makanan berat. Aku sendiri meminta Roll Cake Vanilla dan hot cappucino. Sedangkan Kak Alan, aku tak tahu dia membeli apa. Tapi tampak di tangannya ada nampan penuh dengan makanan. "Tadi aku sengaja gak sarapan di rumah biar bisa sarapan denganmu di sini," terang Kak Alan, dia meletakkan bawaannya ke

  • SUCI TAK PERAWAN    Ingin Selalu Bersama

    SUCI TAK PERAWAN 34Dengan anggun, Cean berjalan perlahan ke arahku yang masih berdiri terpaku tak jauh dari pembaringan. Wanita yang masih berstatus sebagai istriku itu berhenti tepat di depanku saat jarak kami hanya tinggal sejengkal saja."Terima kasih untuk semuanya, Kak," lirih Cean, jarinya yang lentik mengusap dadaku yang masih terbalut kemeja berwarna mint. Jantungku seketika berdebar kencang, apakah malam ini kami akan menyatu kembali. Cean sudah memaafkanku dan kami bisa bersama secara sempurna. Aku ulurkan tangan dan memeluk pinggangnya yang ramping. "Sudah seharusnya kakak melakukannya semuanya," balasku tanpa mengalihkan pandangan dari wajahnya yang selalu kudamba. "Apa kamu masih penasaran kenapa aku tidak berdarah saat pertama kali kita melakukan hubungan suami istri?" Cean bertanya sambil memainkan kancing kemejaku. "Tidak, tolong jangan bahas itu lagi. Kakak minta maaf sudah melakukan tindakan bodoh itu."Aku tidak ingin tahu lagi hal-hal seperti itu, dan tidak i

  • SUCI TAK PERAWAN    Selamat Datang Mempelaiku

    SUCI TAK PERAWAN 33Kamar Cean masih seperti yang dulu, tidak ada yang berubah meskipun tahun sudah berganti. Kamar yang baru kumasuki sekali, lalu kutinggalkan pergi, hingga menimbulkan banyak penyesalan dalam hati. "Kakak tidur di sebelah sana, aku sebelah sini," ucap Cean sambil menunjuk dua sisi yang berjauhan. Meskipun tempat tidur Cean berukuran queen, tapi cukup membuat jarak di antara kami jika memang dia menginginkan seperti itu. Padahal otakku sudah mengembara kemana-mana. "Mau ganti baju? Baju Kakak masih ada di dalam situ." Cean menunjuk pada sebuah lemari pakaian. Baju yang aku bawa bertahun-tahun yang lalu saat datang ke tempat ini pertama kali. Jika mau, harusnya Cean sudah membakarnya sejak lama. Semua yang ada di tempat ini membuat ingatanku kembali ke masa lalu. Masa lalu yang aku sesali hingga saat ini, membuat hatiku merana dan mata memanas."Tidak perlu, Kakak pakai baju ini saja," jawabku. Aku memakai celana kain panjang dan kaos pendek. Tidak masalah jika ti

  • SUCI TAK PERAWAN    Menginaplah, Kak

    SUCI TAK PERAWAN 32Untuk beberapa saat, hanya keheningan yang menyelimuti kami. Cean hanya diam, tak menjawab ucapanku sama sekali. "Apalagi yang membebanimu untuk kembali padaku, kakak akan mengangkatnya agar kita bisa kembali bersama, Cean." "Aku khawatir Kakak akan mengulangi kesalahan yang sama. Mengambil keputusan saat dalam keadaan marah," balas Cean. Aku mengurai pelukan, pelan kuputar tubuhnya agar menghadap padaku. "Kakak janji gak akan mengulangi hal-hal bodoh lagi. Kasian Kairav kalau kita terus terpisah seperti ini," ucapku sambil membingkai wajahnya. Mata bening itu menatap dalam padaku, seakan mencari kejujuran di mataku. Sudah beberapa lama kami tidak pernah saling memandang seperti ini. Aku merindukan segala hal yang ada dalam diri Cean. "Kakak boleh ...." Aku tidak berani meneruskan ucapanku, hanya memandangnya dengan tatapan mendamba. Ya, aku ingin menikmati bibir ranum itu, dia istriku tapi untuk menyentuhnya aku harus meminta izin seperti ini. Mata Cean meme

  • SUCI TAK PERAWAN    Jangan Menolakku

    SUCI TAK PERAWAN 31Aku seakan mengulang masa kebersamaan dulu dengan Cean. Sama persis, hanya saja lebih berjarak sekarang, padahal dulu hubungan kami sebatas tunangan bukan suami istri seperti sekarang. Tapi sekarang malah kami lebih berjarak meskipun sudah menjadi suami istri. Cean mulai membantuku lagi di restoran seperti janjinya waktu di acara pernikahan Kalan, Kairav sudah mulai masuk ke taman kanak-kanak. Cean akan ke restoran setelah mengantarkan putranya. Di memilih sekolah yang tak jauh dari restoran. "Lagi buat apa?" Tanyaku saat melihatnya sibuk membuat sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Hari ini aku yang mengantarkan Kairav karena Cean ingin cepat-cepat ke dapur.Ini masih pagi, restoran belum buka tapi Cean memang lebih dulu sibuk di dapur untuk membuat dessert, cake dan pastry tak bisa dibuat secara mendadak, tapi aku pastikan semua dessert yang dijual di restoran ini fresh. Depannya saat ini terdapat sebuah kue dilapisi dengan coklat di seluruh bagiannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status