Share

bab 7

Penulis: Kirani senja.
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-16 08:32:19

Baru juga nyampe rumah, tapi ucapan mas Arman membuat telinga ku sakit. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu padaku?

"Mas, jawab! Apa maksud pertanyaan kamu barusan? Dan_ apa saja yang sudah di katakan oleh ibu pada mu, Mas? Aku ingin mendengar nya," tanyaku sembari melangkah masuk kedalam rumah sementara mas Arman terdiam di ambang pintu.

"Mah, tolong buka ini. Tante tadi baik yah, Mah? Dani sudah lama tidak makan bakso besar kayak gini," ucap nya sambil memberikan mangkuk serta kantong plastik yang tadi di beri oleh Ratan. Melihat bakso itu, aku jadi teringat peristiwa yang sangat tidak mengenakkan yang baru saja terjadi padaku. Ingin rasanya mengadu sama mas Arman, tapi sepertinya dia akan membelah Anita dari pada aku.

"Sini sayang, Mamah bukain."

Aku mengambil kantong plastik itu dan menuangkan nya kedalam wadah lalu meminta Dani untuk makan sendiri sambil menonton TV. Sementara aku bergegas pergi ke dapur untuk menyimpan semua bahan-bahan kue yang tadi di beli di pasar.

"Rin," panggil mas Arman dari belakang.

Aku menoleh lalu berkata,"Ada apa? Maaf Mas, aku tidak mau ribut di depan anak-anak. Jika ada yang ingin di bahas, nanti malam saja."

"Rin, aku mohon sama kamu, mengalah lah sama ibu. Kalau tidak_" Mas Arman menggantung kalimat nya, seperti berat untuk mengatakan kelanjutannya.

"Kalau tidak, apa Mas? Kita akan bercerai? Itu kan yang ingin kamu katakan, Mas?"

Aku bisa menebak apa yang ingin di katakan oleh suamiku, karena tadi ibu mertua mengatakan, kalau aku akan segera menjadi janda. Walaupun sakit rasanya untuk menerima kenyataan itu, tapi kalau itu yang terbaik apa boleh buat?

Mas Arman menunduk, ia kemudian berdiri di hadapan ku dan menatap ku dalam. "Rin, cobalah mengerti posisi ku, di satu sisi aku ingin mempertahankan kamu sebagai istri ku dan di satu sisi, aku juga ingin berbakti kepada ibu ku dan aku tidak mau di cap sebagai anak durhaka," ucap nya lirih.

"Lalu bagaimana dengan semua luka yang keluarga mu berikan, Mas? Apa aku harus menerima semua perlakuan buruk keluarga mu pada ku, begitu maksud kamu, Mas? Kamu tahu Mas? Apa yang sudah terjadi padaku hari ini? Kamu lihat baju aku yang basah ini? Ini semua ulah adik mu, Anita!" ucap ku lantang. Biarkan saja, tadi nya aku tidak ingin menceritakan kejadian yang telah menimpa ku di kedai bakso, tapi karena mas Arman meminta ku untuk mengalah kepada keluarga nya terpaksa aku menceritakan semuanya pada mas Arman, aku ingin tahu apa reaksinya.

"Anita? Kamu jangan ngaco Rina! Mana mungkin Anita berbuat seperti itu sama kamu? Lagi pula, di jam segitu dia pasti ada di sekolah. Kalau kamu benci sama ibu, jangan fitnah Anita seperti ini, Rina. Aku tidak suka! Dan kamu harus tahu, Rina. Anita itu adalah adik kesayanganku.Jadi, aku paling tidak suka kalau ada yang berkata buruk tentang nya. Yah! Mungkin ibu sering menghina mu dan apa yang salah dari ucapan nya? Semua nya memang benar kan? Selama ini kita masih merepotkan dia dan mana keluargamu? Apa mereka membantu kita di saat kita susah? Tidak, Rina. Hanya keluargaku yang membantu kita di saat kita susah dan seharusnya kamu sadar itu, Rina. Jangan berdebat lagi dengan ku soal ini. Kepalaku pusing," jawab nya. Sudah aku duga. Mas Arman pasti tidak akan percaya dan wow! Aku sangat terkejut dengan ucapan nya barusan.

"Aku nggak ngaco, Mas. Ada buktinya, Ratan. Dia melihat semuanya bagaimana Anita menyiram ku tadi. Kamu kira aku bohong, Mas? Mas, keluarga mu itu tidak suka padaku. Kenapa kamu tidak bilang dari awal sih? Kalau keluarga mu tidak setuju kamu menikah dengan ku. Mungkin aku tidak akan seperti ini," tutur ku lirih.

"Bu_kan seperti itu juga Rina," sahut nya.

"Lalu seperti apa?"

Mas Arman diam, dia tak mampu menjawab pertanyaan ku. Sementara aku, aku masih dengan rasa kecewaku, seharusnya dia sebagai suamiku bisa memberikan rasa nyaman untukku, tapi dia tidak.

Rasa nya aku benar-benar sudah muak. Ingin rasanya aku pergi sejauh mungkin, tapi apalah daya ku? Ada kedua anak-anakku yang masih membutuhkan aku di sini.

Sore berganti malam. Ku pandangi wajah kedua anak-anakku yang sudah terlelap di atas kasur. Melihat mereka tidur dengan damai membuat hatiku sedikit merasa damai. Tak terasa air mata ku menetes begitu saja saat memikirkan nasib kedua buah hatiku saat kami benar-benar berpisah nanti.

*******

Drett!

Drett!

Dreet!

Mata ku masih mengantuk tapi suara bising nya ponsel membuat aku terpaksa bangun. Ku raih ponsel ku yang tadi aku letakkan di samping bantal. Aku kira ada yang menelpon, tetapi ternyata alarm yang menunjukkan sudah pukul 03:00 dini hari.

Karena hari ini ada pesan kue untuk acara Arisan di rumah mbak Santi, aku terpaksa harus bangun lebih awal dari biasanya.

"Bismillah, semoga saja ini adalah awal yang baik."

Aku pun segera bergegas menuju dapur dan langsung membuat adonan kue seperti yang di minta oleh Mbak Santi.

"Allahuakbar ... Allahuakbar ... ." Terdengar sayup-sayup azan subuh dari musholla samping rumah ku.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Setelah hampir dua jam lebih aku di dapur, ternyata sudah masuk waktu subuh dan Alhamdulillah semua pesanan kue hampir selesai. Ku tinggalkan aktivitas ku sejenak dan segera memenuhi kewajiban ku sebagai umat Islam untuk melaksanakan sholat subuh.

"Rin, kamu sudah bangun?" tanya mas Arman saat beradu muka dengan ku.

"Sudah, Mas," jawabku datar. Aku masih kesal dengan ucapan nya semalam sehingga aku memilih acuh padanya.

"Kamu masih marah sama aku, Rin?"

"Pikir saja sendiri, Mas," ucapku ketus sambil berlalu dari hadapan nya dan memilih kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaan ku.

"Mamah, Mamah lagi bikin apa, Mah?" tanya Dani yang baru saja bangun.

"Mamah lagi bikin kue, Nak," jawab ku.

"Wah banyak banget kue nya, Mah? Dani boleh minta nggak buat bekal ke kesekolah?" tanya nya dengan senyum sumringah.

"Boleh dong. Dani mau ambil yang mana? Ambil saja, Nak." Karena memang membuat lebih, sehingga aku tidak keberatan kalau Dani mengambil beberapa kue itu untuk di bawa nya ke sekolah.

"Banyak banget kue nya, Rin? Kamu dapat uang dari mana bisa membeli bahan-bahan kue sebanyak ini? Awas yah kalau kamu pinjam uang tanpa sepengetahuan aku! Aku nggak bakal bayarin!" ucap nya.

"Kamu tenang saja, Mas. Walaupun ini hasil ngutang, insyaallah aku nggak bakal meminta kamu untuk di bayarian," jawab ku.

"Lalu ini semua dari mana?"

"Ini semua pesanan Mbak Santi dan di memberi ku uang DP," jawabku.

Mas Arman mengangguk paham lalu ia pergi entah kemana dan aku tak peduli. Aku memilih untuk mengemas kue-kue itu dalam wadah dan rencana akan ku antar sembari mengantar Dani ke sekolah.

"Mas Arman. I_bu? Kapan Ibu datang?" tanya ku saat melihat ibu mertua sudah duduk di teras depan rumah dengan suamiku. Matanya menyorot tajam saat melihat wajahku entah ada salah apa lagi diriku ini pada nya? Tapi sepertinya salah atau tidak? Dia memang akan selalu seperti itu.

"Suami di rumah bukanya di urusin. Ini malah sibuk sendiri. Sampe-sampe mau sarapan saja dia menelpon ibu. Kamu itu jadi istri nggak becus ngurus suami. Di pake apa sih uang dari Arman, hah?" sentak nya geram.

"Uang? Uang yang mana?" tanyaku bingung.

"Ibu, sudah Bu," ucap mas Arman berusaha melerai.

"Diam kamu! Ibu sudah bilang, ceraikan dia, tapi kamu ngeyel. Dia itu nggak becus jadi istri! Lihat kamu sekarang? Kamu ada di rumah saja nggak di urusin. Mau makan saja, kamu sampai datang kerumah ibu?" ucap nya.

Kapan mas Arman makan di rumah ibu?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 24

    POV author.Tangan Arman gemetar saat menerima kartu undangan pernikahan manatan istrinya. Bahkan ia tak berani untuk membuka apalagi membaca tulisan di dalamnya. Arman tak sanggup membaca nana mantan istrinya bersanding dengan lelaki lain.Dengan langkah gontai, lelaki itu masuk kedalam rumah nya sambil berlinang air mata. Entah mengapa rasa nya begitu sakit saat sang mantan akan menikah lagi. Padahal mereka sudah tidak ada hubungan apapun lagi. Tapi tetap, hati Arman terasa amat sakit."Kartu apa itu, Arman?" tanya bu Nani s sambil mengambil kartu tersebut dari atas meja.Dengan cepat, Bu Nani membuka kartu tersebut tanpa membaca siapa pengirimnya. Wanita itu terkejut, matanya membulat serta mulutnya menganga."Ada apaan sih, Bu? Kok, ekspresi nya kayak gitu banget!" Anita datang dari arah belakang, dengan cepat gadis yang sekarang sedang hamil 3 bulan tersebut mengambil kartu undangan tersebut dari tangan sang ibu, lalu membacanya.Sama seperti Bu Nani. Gadis itu juga sangat terke

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 23

    Aku terenyuh dengan ucapan mas Haikal. Kalau di lihat dari raut wajahnya, dia serius mengatakan itu. Tapi entah mengapa, mendengar semua itu hatiku malah merasa sedih. Kegagalan rumah tangga ku dengan mas Arman membuat aku trauma untuk memulai nya lagi."Maaf, Mas. Aku masih betah sendiri," ucapku."Tapi mau sampai kapan, Rina? Kamu bercerai udah mau dua tahun, harus butuh waktu berapa lama lagi untuk kamu bisa membuka hati untuk orang lain, setidaknya aku!" ucap mas Haikal.Tubuhku bergetar, hatiku semakin tidak karuan. "Tapi aku belum siap, Mas. Maaf, aku permisi."Aku segera beranjak pergi dari tempat itu dan meninggalkan mas Haikal sendiri di sana. Aku tahu dia pasti kecewa, namun aku juga tidak tahu apa aku mencintai nya atau tidak.Hari berganti malam, walaupun malam sudah larut tapi aku masih terjaga. Kata-kata mas Haikal masih terngiang jelas di telinga ku. Ingin melupakannya dan menganggap semua itu tidak pernah terjadi nyatanya tidak bisa. Di dalam kamar terasa panas, padaha

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 22

    Siang itu aku mendapat telpon dari seorang karyawan yang bekerja di restoran ku. Katanya, di sana terjadi keributan oleh seseorang yang mengaku sebagai keluarga ku. Aku penasaran, siapa orang yang sudah mengaku sebagai saudara ku sehingga siang itu juga aku langsung datang ke TKP."Ada apa ini ribut-ribut?" tanyaku setibanya di sana. Semua orang diam saat mendengar suaraku. Dan kedua wanita itu berbalik badan menatap ku."Bu Nani, Anita?""Bu Rina, ini orangnya. Mereka sudah pesan makanan banyak di restoran kita, tapi mereka nggak mau bayar. Mereka bilang, katanya mereka saudara nya Bu Rina," pungkas karyawati yang menahan mereka berdua.Wajah ibu pucat pasi, begitu juga dengan Anita. Gadis yang dulu pernah menyiram ku dengan kuah bakso, dia terlihat tertunduk malu. Entah emang beneran malu atau ada alasan lain, ah aku nggak peduli lagi."Dulu memang mereka keluarga ku, tapi sekarang bukan," tegas ku."Tuh denger sendiri kan! Jadi kalian cepat bayar!" "Rina, saya ini masih nenek nya

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 21

    POV Arman.Satu tahun terkahir, setelah aku resmi bercerai dari Rina dan menikah wanita pilihan ibu, kehidupanku ternyata tidak lebih baik saat aku masih mengarungi bahtera rumah tangga bersama Rina.Liana, wanita pilihan ibu, ternyata dia bukan wanita baik-baik. Dia mau menikah denganku karena mengincar sesuatu dariku, harta satu-satunya yang aku miliki telah dia jual demi menutupi hutang-hutang nya sebelum menikah dengan ku tanpa sepengetahuan ku. Kini hidupku semakin tidak jelas karena sudah tidak punya apapun, apalagi sekarang bapak sudah meninggal dan ternyata meninggalkan hutang yang jumlahnya sangat banyak sehingga aku dan ibu terpaksa menjual semua aset-aset yang kami miliki demi menutup hutang-hutang bapak. Hanya rumah ini satu-satunya yang kami miliki. Pekerjaan pun mendadak sepi, sehingga aku hanya mengandalkan dari hasil kerja serabutan itu pun kalau ada orang yang membutuhkan jasa ku. Dari hasil usaha ku aku harus membaginya dengan ibu, istri dan juga adik ku sehingga aku

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 20

    Satu tahun sudah aku menyandang setatus janda. Tidak mudah bagiku melewati masa-masa itu, di mana aku harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk kedua anakku. Setelah kami bercerai, mas Arman lepas tanggung jawab begitu saja, aku tidak masalah kalau dia tidak memberikan nafkah untuk anak ku, karena Alhamdulillah tanpa uang nya pun aku bisa memberikan materi yang cukup untuk anakku. Yang membuat aku merasa sedih, dia tidak pernah sekalipun mengunjungi anak-anaknya padahal aku tidak pernah melarangnya untuk bertemu dengan anak-anaknya.Dalam satu tahun ini Alhamdulillah usaha ku sudah berkembang. Dulu hanya warteg biasa, kini sudah menjadi rumah makan atau yang di sebut restoran. Omset yang di dapat dalam satu bulan, bisa mencapai puluhan atau bahkan ratusan juta itu total dari keseluruhan. Aku bersyukur atas semua rejeki yang Allah berikan padaku.Dari hasil kerja keras ku selama ini, aku berhasil membangun rumah impian di pinggir kota dengan model minimalis modern dan Alhamdulillah juga,

  • SUKSES SETELAH DIHINA MERTUA    bab 19

    Hari ini, tepat di hari Senin aku dan mas Arman menggelar sidang putusan di pengadilan. Aku sudah tidak sabar menanti hari ini, setelah hari ini aku akan terbebas dari hubungan yang begitu menyiksa batin ku.Aku datang di temani oleh bapak, Ratna dan juga pengacara ku. Ibu sebenarnya ingin ikut, namun aku larang. Aku takut ibu sedih melihat aku seperti ini.Aku dan Ratan duduk di bangku sambil menunggu pak hakim dan yang lainnya datang termasuk mas Arman. Dari tadi aku belum melihat wajah nya, apa mungkin dia tidak datang lagi? Tapi rasanya tidak mungkin, ini adalah sidang terakhir untuk kami."Bu Rina, pak Arman kalian di panggil pak jaksa," ucap seseorang yang baru saja keluar dari ruangan itu.Deg!Aku terkejut saat nama ku di panggil. Jujur, aku sangat-sangat gugup sekaligus takut. Takut kalau mas Arman beneran tidak datang, tentu sidang nya bakal di tunda lagi dan itu sangat merugikan waktu ku.Hari ini aku sengaja tutup warung sementara, aku ingin masalah ku dengan mas Arman seg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status