Home / Rumah Tangga / SUMPAH ISTRIKU / Hati kecil Lisa

Share

Hati kecil Lisa

Author: Cahaya Senja
last update Last Updated: 2023-04-30 17:40:11

"Apa maksudmu, Sofia? Kita tak akan pernah berakhir!" ucap Adnan penuh penekanan.

"Aku ingin bercerai! Aku ingin bercerai, Adnan! Kau dengar apa yang aku ucapkan!" tegas Sofia penuh penekanan.

"Tidak akan ada perceraian di antara kita berdua!" bentak Adnan yang merasa gusar saat mendengar ancaman yang diberikan oleh Sofia.

"Ya, itu sebelum aku tahu bahwa kamu telah membohongiku. Sekarang tak ada lagi yang harus aku pertahankan denganmu. Tak ada!" teriak Sofia emosi, terpancar jelas bahwa Sofia sekarang sedang meluapkan amarahnya pada Adnan.

"Sofia, pikirkan baik-baik. Kamu sekarang hanya sedang kacau, aku yakin jauh di dalam hatimu pasti masih ada rasa terhadapku!" Sofia berjalan menjauh masuk ke dalam kamar yang dulu menjadi tempat keluh kesah antara dia dan juga Adnan.

Sofia lalu mengambil tas untuk memasukkan beberapa bajunya tak termasuk yang dibelikan oleh Adnan.

"Berhenti!" Adnan menggertak Sofia, tapi Sofia seolah tak lagi takut pada amarah Adnan.

"Aku bilang berhenti, Sofia! Turuti kataku atau--"

"Atau apa? Kau ingin menamparku lagi, tamparlah itu akan lebih mempermudah aku untuk bercerai denganmu!" Sofia menatap Adnan dengan nyalang.

***

Di sisi lain, Romlah, mertua dari Sofia sedang berjalan mondar-mandir gelisah.

"Bu, kenapa si daritadi nggak bisa diam?" tanya Rani yang heran dengan perilaku sang Ibu.

"Ibu nih daritadi nungguin Adnan bawa itu istrinya ke rumah, kok ngga datang-datang, ya?" tanya Romlah yang tak sabar melihat Sofia meminta maaf padanya.

"Sabarlah, Bu. Rani juga nggak sabar melihat dia ngemis-ngemis minta maaf pada kita. Enak saja dia tadi nyumpahin kita, dikira bakalan terkabul gitu. Nggak akan lah, emang dia siapa? Tuhan aja bukan." Rani berucap dengan nada ketus. Ia benar-benar merasa kesal dengan sikap berani yang ditunjukkan oleh Sofia tadi.

"Tapi, Lisa dulu pernah dengar, Mbak, katanya doa orang yang terzalimi itu bakalan terkabul." Lisa yang tadi hanya diam saja, sekarang ikut berbicara.

"Ngomong apa sih kamu, Lisa? Jangan bilang kamu sekarang berada di pihak itu cewek. Ingat ya, Adnan itu tidak zalim, dia hanya berlaku sebagaimana seharusnya. Surga Adnan itu ada pada Ibu, wajar saja jika dia harus berbakti pada Ibu hingga Ibu tiada."

"Sofia saja yang terlalu baperan, sudah dikasih uang kok masih merasa kurang. Dari awal Ibu sudah tak setuju saat Adnan pulang dari KKN malah minta dinikahkan dengan perempuan desa itu. Kalo bukan karena anak kesayangan Ibu, Ibu tak akan merestui pernikahan mereka."

"Tapi kan, Bu, Mbak Sofia selama ini baik sama kita. Dia juga sering kok ajarin Lisa pelajaran yang Lisa nggak bisa." Jauh di lubuk hati Lisa yang paling dalam, rasa sayang terhadap Sofia memang ada. Hanya saja, kadang Lisa ikut-ikutan memusuhi Sofia, karena cerita buruk yang diceritakan oleh Ibu dan kakaknya.

"Hei, Lisa! Kamu membela perempuan itu, kalo begitu kenapa.kamu tidak ikut dia saja. Biar kamu sekalian hidup terlunta-lunta di jalanan, kamu mau emangnya dicap sebagai adik seorang mantan napi. Kamu ini bukannya ngebelain masmu, malah ngebelain itu perempuan daritadi!"

"Kamu nggak dengar dia tadi nyumpahin kita, nggak dengar atau kamu sengaja tutup telinga. Dia selama ini baik sama kamu itu cuma sandiwara, sebenarnya dia nggak benar-benar baik. Mbak malah curiganya jangan-jangan dia itu sebenarnya mau morotin harta Adnan, masmu!"

Romlah dan Rani saling bertatapan, pemikiran anak dan Ibu ini memang sama. Sama-sama sesatnya.

"Iya-iya, maaf," jawab Lisa dengan malas. Dia saat ini tak ingin berdebat dengan dua orang yang saat ini bersama dengannya.

Masih terekam jelas di pikiran Lisa bagaimana Sofia tadi menangis dan melontarkan kalimat yang memang terasa sakit didengar oleh telinga.

Namun, di sisi lain, hati nurani Lisa juga tersentuh. Apalagi selama ini dia tahu, bahwa Sofia adalah sosok kakak ipar yang sangat baik. Ia bahkan bisa dibilang sangat dekat dengan Sofia, jika tak ada Ibu dan mbaknya.

'Maafkan Lisa, Mbak. Saat ini Lisa benar-benar tak mampu membelamu, Mbak,' tutur batinnya berujar. Ada pedih yang menjalar saat Lisa memejamkan matanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Kasihan banget Sofia
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUMPAH ISTRIKU    Kamu milikku, selamanya akan begitu.

    Awalnya Sofia dan Hafiz berencana berangkat malam itu juga, tapi karena ada satu dua hal akhirnya mereka tak jadi berangkat pada malam hari.Di sinilah Sofia berada, dia duduk di samping brankar milik Lisa. Sofia diberi kabar bahwa keadaan Lisa saat ini sangat memprihatinkan. Dari tadi air matanya tak kunjung reda, bagai hujan yang terus menerus turun membasahi bumi."Lili, Mbak Sofia sudah datang. Kenapa tak bangun, katanya kamu mau bertemu dengan Mbak. Lili maafkan, Mbak, maafkan atas ucapan Mbak yang membuat kehidupanmu menjadi seperti ini," ucap Sofia terdengar lirih. Hanya ada ia dan juga Lisa di dalam kamar rumah sakit ini."Mbak nggak nyangka kamu harus menderita penyakit yang jahat ini. Kenapa nggak pernah bilang sama Mbak, Lili. Andai saja kamu bilang dari awal, mungkin penyakitmu tak akan separah ini, Dek," ujar Sofia sambil menggenggam tangan Lisa dengan penuh harapan agar Lisa kembali bangun."Mbak sudah memaafkanmu, Dek, Mbak ikhlas dan ridha, lagipula selama menjadi adik

  • SUMPAH ISTRIKU    Tenanglah, Aku Bersamamu.

    "M-mas Adnan," ucap Lisa tergagap saat melihat Adnan yang datang dengan raut wajah tak dapat diartikan."Kamu bohong kan, Dek?" tanyanya sambil memegang bahu Lisa. Lisa hanya diam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya."Kenapa, Dek? Kenapa hal seberat ini kamu sembunyikan dari Mas, kamu sudah tak menganggap Mas lagi, Dek?""Maafkan Lisa, Mas, Lisa ...." Tenggorokan Lisa rasanya tercekat, dia bahkan tak mampu melanjutkan ucapannya.***Hampir sebulan sudah lamanya Lisa di rawat di rumah sakit. Setelah pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Lisa hari itu juga Adnan merasa dunianya benar-benar hancur. Cobaan bertubi-tubi menghampirinya. Bahkan sekarang, adik kecil kesayangannya pun harus terbaring menahan sakit."Kamu yang kuat ya, Dek, Mas akan usahakan apapun agar kamu bisa kembali seperti semula." Adnan memegang tangan sang Adik, besar harapannya agar Lisa bisa kembali normal seperti sedia kala."Jangan berjuang terlalu keras, Mas. Dokter sudah memvonis bahwa hidupku t

  • SUMPAH ISTRIKU    Tenanglah, Aku Bersamamu.

    "M-mas Adnan," ucap Lisa tergagap saat melihat Adnan yang datang dengan raut wajah tak dapat diartikan."Kamu bohong kan, Dek?" tanyanya sambil memegang bahu Lisa. Lisa hanya diam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya."Kenapa, Dek? Kenapa hal seberat ini kamu sembunyikan dari Mas, kamu sudah tak menganggap Mas lagi, Dek?""Maafkan Lisa, Mas, Lisa ...." Tenggorokan Lisa rasanya tercekat, dia bahkan tak mampu melanjutkan ucapannya.***Hampir sebulan sudah lamanya Lisa di rawat di rumah sakit. Setelah pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Lisa hari itu juga Adnan merasa dunianya benar-benar hancur. Cobaan bertubi-tubi menghampirinya. Bahkan sekarang, adik kecil kesayangannya pun harus terbaring menahan sakit."Kamu yang kuat ya, Dek, Mas akan usahakan apapun agar kamu bisa kembali seperti semula." Adnan memegang tangan sang Adik, besar harapannya agar Lisa bisa kembali normal seperti sedia kala."Jangan berjuang terlalu keras, Mas. Dokter sudah memvonis bahwa hidupku t

  • SUMPAH ISTRIKU    Boleh Peluk, Bu?

    Sudah hampir dua minggu Hafiz sudah tak lagi menganggu Sofia. Selama itu juga Sofia merasa ada yang hilang. Bahkan, Hafiz bertamu ke rumah Sofia jika Sofia sudah tak ada di rumah."Assalamualaikum.""Wa'alakumsalam warahmatullah," sahut Habibi dan Hafiz serentak. Hafiz yang melihat Sofia pulang, bangkit dari duduknya."Ayah, Hafiz pulang dulu, ya. Nanti Hafiz akan sering-sering mampir lagi ke rumah Ayah," ucap Hafiz tanpa menoleh pada Sofia.Hafiz melalui Sofia sambil menganggukkan kepalanya."Hafiz," panggil Sofia yang melihat ada banyak perubahan pada diri Hafiz."Ya, Sofia, ada apa?" tanya Hafiz sekenanya."Apa aku ada berbuat salah?" tanya Sofia. Entah mengapa dia tiba-tiba mengeluarkan kalimat seperti itu. Melihat sikap Hafiz beberapa Minggu ini membuat Sofia merasa hampa. Seperti ada yang tak beres."Tidak ada. Memangnya kenapa?" Hafiz kembali bertanya pada Sofia."Aku merasa kamu berubah," ucap Sofia menatap Hafiz dengan penuh arti."Aku tidak berubah, Sofia," ucap Hafiz sambil

  • SUMPAH ISTRIKU    Menikahlah, Nak ....

    Hari sudah mulai larut suasana duka menyelimuti keberadaan keluarga Adnan, saat ini Romlah sedang berbaring di ranjang. Karena beberapa kali ia pingsan saat melihat sang putri memasuki liang lahat, bahkan mungkin ia juga lelah karena sempat berdebat dengan putri bungsunya. Bukan berdebat lebih tepatnya, dia marah.Saat ini Adnan duduk termenung di sofa, sambil menatap kosong langit-langit rumahnya. Perasaannya berkecamuk, bercampur aduk menjadi satu. Hingga tak dapat dijelaskan dengan kata-kata lagi. Adnan mengingat kejadian yang membuatnya hampir lepas kendali. Ia merasa sangat bersalah pada adik kecil kesayangannya.Namun di sisi lain, dia senang karena ada seseorang yang membela adik kecilnya saat dalam keadaan yang benar-benar terpuruk."Untuk apa kamu kemari, hah?!" Romlah begitu murka saat melihat Lisa datang saat Rani mulai dimandikan."Anak durhaka kamu, untuk apa lagi kamu kembali. Aku lebih baik kehilanganmu daripada harus kehilangan putri tersayangku.""Ibu." Adnan menatap

  • SUMPAH ISTRIKU    Kabar duka

    "Adnan, ada apa dengan mbakmu?" tanya Romlah yang masih tidak mengerti. "Apa kamu sudah menemukan mbakmu, di mana dia? Ibu akan memarahi dia karena sudah mengambil sertifikat rumah dan juga menggadaikannya." Romlah dengan geram berkata seperti itu."Ibu, Mbak Rani sudah tidak ada." Adnan memegang telapak tangan ibunya. Romlah mengernyitkan keningnya."Tidak ada bagaimana, Adnan? Kamu lagi ngelantur, ya. Kamu kangen ya sama mbakmu?" tanya Romlah sambil meletakkan telapak tangannya di kening milik Adnan."Adnan tidak sakit, Bu, yang menelepon Adnan tadi adalah anggota kepolisian yang mengatakan bahwa mayat milik Mbak Rani ditemukan di hotel ***," ucap Adna yang membuat Romlah shock dan langsung terduduk di lantai.Romlah menatap Adnan mencari kebohongan pada putraya. "Tidak mungkin, Adnan, pasti mereka salah memberikan informasi pada kita," ucap Romlah yang masih enggan untuk percaya, padahal di hati kecilnya dia sangat takut jika itu benar-benar terjadi pada putri kesayangannya."Mak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status