Home / Romansa / SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER / Bab 105. Rujak ulek bikin pusing

Share

Bab 105. Rujak ulek bikin pusing

Author: Nanitamam
last update Last Updated: 2025-12-17 08:19:13

"Halo, Tuan! Halo!"

Tut!

Tu!

Suara panggilan terputus terdengar.

“Astaga, aku bisa gila kalau terus begini,” gumam Erlang saat Ivander mematikan sambungan teleponnya.

Ia baru tiba di depan kosan Ghaisa. Gadis cantik memakai kacamata itu mendekati Erlang, keningnya mengkerut dalam.

“Apa terjadi sesuatu, Kak?” tanyanya kebingungan.

Erlang menoleh, dan pada saat itu, semuanya yang tertahan tiba-tiba mau meluap. Matanya membengkak, pipinya memerah karena berusaha menahan air mata. Dia menyandarkan kepala pada pundak Ghaisa.

“Aku lebih senang Tuan Ivander mengirimku perang daripada seperti ini.”

Ghaisa semakin merasa bingung mendengar gerutuan Erlang. Tidak ada jawaban yang jelas. Dia mengangkat kepala Erlang, menggeser dari pundaknya sampai kedua mata mereka bertemu.

“Kenapa? Pagi-pagi ngeluh kayak emak-emak yang kehabisan stok beras di pasar, sih!” cibir Ghaisa kesal.

Erlang menghela napas panjang, matanya menunduk. “Tuan Ivander baru saja menelponku. Dia memintaku mencari rujak uleg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 110. Surat cinta Ivander

    Tuan Alexander langsung mendekapnya dengan begitu erat. Tubuhnya terasa hangat sampai Syafana merasakan sejuknya hati yang selama ini terkurung. “Mulai sekarang, kamu harus memanggilku Papa. Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kita, Nak.”Kata-kata itu membuat tangis Syafana langsung pecah, menetes di bajunya Tuan Alexander. Semua waktu yang dia habiskan menunggu restu itu, diganti dengan kebahagiaan yang begitu dalam sampai sulit diucapkan.“Mulai sekarang, aku adalah orang tuamu,” lanjut Tuan Alexander seraya mengusap surai rambut Syafana yang panjang.Di kejauhan, Ghaisa berdiri berdampingan dengan Erlang, tangan pria itu menggenggam pinggangnya dengan lembut. Gadis itu melihat adegan Syafana dan Tuan Alexander, dada terasa sesak.Ia menutup mulut dengan kedua tangan, tapi air mata tetap menetes. Tanpa berpikir, dia menggapai dasi di leher Erlang, mengusap ke wajahnya untuk mengelap ingus dan air mata yang bercampur.Erlang mendegus pelan, matanya tidak ada tanda kemarahan. “K

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 109. Pelukan hangat

    “Seharusnya, saya membuka mata dari awal.”Kalimat itu meluncur dari bibir Tuan Alexander dengan lembut, seperti angin pagi yang menyentuh. Tak ada paksaan, tak ada kebohongan, hanya kebenaran yang lama tersembunyi. Syafana terdiam membisu, matanya berkedut, air mata yang sudah menumpuk di sudut mata tiba-tiba menurun ke pipinya.“Saya tidak tahu, apakah permintaan maaf ini akan diterima olehmu dengan baik atau tidak,” lanjutnya, suara masih lemah tapi tegas. “Tapi yang pasti, saya mengatakannya dengan tulus. Dari lubuk hati saya yang paling dalam.”Sontak Ivander dan Nyonya Anindita saling pandang. Matanya keduanya penuh kebingungan, tidak percaya dengan sikap Tuan Alexander yang datang secara tiba-tiba dan mengakui kesalahannya kepada Syafana.Perlahan, Nyonya Anindita maju satu langkah. Ia sedikit berjinjit, tangannya terangkat perlahan menuju dahi Tuan Alexander, mengukur suhu tubuhnya dengan jari-jarinya yang tipis. “Sehat,” gumamnya dengan suara lantang, membuat Tuan Alexander

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 108. Resepsi pernikahan

    "Kami mau mengadakan resepsi minggu depan," cetus Ivander. "Aku tidak berharap Papa bisa datang. Aku hanya memberitahu takut jika ada relasi bisnis Papa bertanya."Tuan Alexander terdiam. Kepalanya menatap Nyonya Anindita yang memasang wajah datar."Aku hanya ingin semua orang tahu Syafana adalah menantuku. Jadi kejadian tempo lalu tidak terulang lagi. Tidak ada lagi yang berharap bisa menikah dengan Ivander," jelas Nyonya Anindita.Syafana hanya menghela nafas panjang dan berat. Ivander mengulurkan tangan ke arahnya. Syafana mengulas senyum dari bibirnya yang tipis."Ayo, kita pulang. Aku lelah ingin istirahat," ajak Ivander."Iya, Mas. Wajah kamu juga masih pucat," sahut Syafana.Mendengar itu, Tuan Alexander melirik Ivander dan Syafana."Apa Ivander sakit?" tanyanya datar namun terdengar peduli."Aku baik-baik saja. Dokter bilang aku kena syndrom kehamilan simpatik. Jadi Syafana yang hamil dan aku yang merasakan semua keluhannya."Nyonya Anindita tertawa jahil. "Bagus, itu baru nam

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 107. Kenapa masih peduli padaku?

    Syafana refleks tertegun saat pertanyaan itu keluar dari mulut Tuan Alexander. Tangannya yang semula menggenggam tas kecil di pangkuan mengendur pelan. Ia menoleh, menatap pria itu dengan raut wajah tak percaya.Tuan Alexander sendiri seperti tersadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Ia buru-buru memalingkan wajah sambil membuang napas panjang. Syafana menelan ludah, lalu menjawab setenang mungkin.“Nggak terlalu parah, Tuan. Cuma enam jahitan. Luar dan dalam.”Kalimat itu keluar begitu saja, tanpa nada mengeluh. Tanpa dendam. Tanpa menyalahkan siapa pun.Justru itu yang membuat Tuan Alexander tertegun."Dia terluka separah itu ternyata," batin Tuan Alexander. Ia menatap kosong ke depan, dadanya terasa sesak oleh sesuatu yang asing. Apa ini simpati? Rasa iba? Atau hatinya mulai luluh? Selama ini, sikapnya pada Syafana bukan sekadar dingin, ia kasar, sinis, bahkan kejam. Namun gadis itu masih bisa berbicara setenang ini, seolah semua luka hanya sebatas fisik.Syafana menyadari t

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 106. Kehamilan simpatik

    Siang harinya. Syafana memaksa Ivander untuk pergi ke rumah sakit menemui dokter Maria. Mereka perlu berkonsultasi soal sikap Ivander yang semakin meresahkan. Terlebih saat mendengar curhatan Ghaisa yang keliling pagi-pagi mencari tukang rujak."Kenapa aku jadi tegang?" gumam Ivander pelan tapi masih bisa di dengar Syafana."Soalnya hari ini bukan aku yang mau periksa tapi kamu, Mas," tukas Syafana cepat.Ivander duduk bingung di kursi tunggu ruang dokter kandungan, tangan memegang tangan Syafana. Mereka sampai kesini setelah Syafana berhasil memaksanya.Beberapa menit kemudian, perawat memanggil nama mereka. Mereka masuk ke ruang berwarna lembut, dan Syafana langsung duduk di ranjang pemeriksaan. “Selamat siang, Tuan Ivander dan Mbak Syafana. Bagaimana keadaan ibu hamil kita? Apa ada keluhan?” sapa Dokter Maria. Syafana menganggukkan kepalanya tanpa ragu. “Saya, sih, baik-baik saja, Dok. Tapi, suami saya yang sangat aneh belakangan ini. Dia sering mual muntah setiap pagi padahal sa

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 105. Rujak ulek bikin pusing

    "Halo, Tuan! Halo!"Tut!Tu!Suara panggilan terputus terdengar. “Astaga, aku bisa gila kalau terus begini,” gumam Erlang saat Ivander mematikan sambungan teleponnya. Ia baru tiba di depan kosan Ghaisa. Gadis cantik memakai kacamata itu mendekati Erlang, keningnya mengkerut dalam. “Apa terjadi sesuatu, Kak?” tanyanya kebingungan.Erlang menoleh, dan pada saat itu, semuanya yang tertahan tiba-tiba mau meluap. Matanya membengkak, pipinya memerah karena berusaha menahan air mata. Dia menyandarkan kepala pada pundak Ghaisa.“Aku lebih senang Tuan Ivander mengirimku perang daripada seperti ini.”Ghaisa semakin merasa bingung mendengar gerutuan Erlang. Tidak ada jawaban yang jelas. Dia mengangkat kepala Erlang, menggeser dari pundaknya sampai kedua mata mereka bertemu.“Kenapa? Pagi-pagi ngeluh kayak emak-emak yang kehabisan stok beras di pasar, sih!” cibir Ghaisa kesal.Erlang menghela napas panjang, matanya menunduk. “Tuan Ivander baru saja menelponku. Dia memintaku mencari rujak uleg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status