Terlihat seorang laki laki yang baru turun dari sebuah pesawat. Ia menyeret kopernya sambil melihat ke arah jam tangannya, ia terus berjalan menuju luar bandara sesekali kali lelaki tersebut di Lirik oleh beberapa kaum wanita di sekitarnya.
Badannya yg tegap, kulitnya yg putih dan menggunaka pakaian warnah putih serta celan hitam juga menggunkan kaca mata hitam mampu membuat dirinya semakin mempesona. Ia mampu membuat beberapa orang di bandara terhipnotis padanya.
"Ganteng banget ya." kata seorang wanita.
"Jangan - jangan artis korea!" kata wanita lain.
Setelah sampai di luar ternyata seorang parubaya berdiri di samping mobil BMW sambil membukan pintu untuk leki laki itu dan mobil tersebut keluar dari bandara.
"Kita mau langsung pulang tuan?" tanya supir.
"Tidak, cari Pom bensin dan suruh orang rumah mengantarkan mobil saya karena saya ingin langung menemui sahabat saya.""Apa saya saja yang mengatar tuan untuk menemui sahabat tuan?""Tidak perlu, saya ingin menyetir sendiri, dan bilang suruh cepat antarkan mobil saya ke pom yang ada di dekat dekat sini.""Baik tuan"
Sang supir melakukan tugasnya untuk menghubungi orang rumahnya supaya mengantarkan mobil milik tuannya tersebut.
Setelah beberapa menit mobil yang ia tumpangi sampai di sebuah pom
"Mobil tuanku akan sampai dalam waktu 5 menit lagi."Sambil menunggu mobilnya datang
Ia memainkan ponselnya. Setelah beberapa menit mobil yg di tunggu akhirnya tiba.Lelaki tersebut kemudian turun dan berganti mobil.
"Lama banget sih! Dah dari tadi juga."
"Maaf tuan tadi saya macet."
"Alasan."
Ia memarahi supir yang mengantar mobilnya tersebut lalu pergi.
Sambil menyetir Ia mangambil ponselnya dari sakunya dan menelfon seseorang."Tolong lacak posisi orang yang akan saya kirim nomer telfonnya.""Baik tuan" jawaban orang yg ia telfon
Ia langsung mematikan ponselnya dan menaruhnya lagi di saku celananya
Di mobil lain Aisyah dan Syahid berbincang bincang kemudian ponsel Aisyah bunyi, Aisyah membuka Pesan tersebut dan tersenyum. Syahid melihat sang istri yg tersenyum pada ponselnya.
"Dari siapa?"
"Dari zahra"
"Ohhhhh, oh iya Lukman kemarin salah sangkah, dia mengirah bahwa Zahra itu adikmu lo."
"Lukman siapa?"
"Dia Sahabat mas yg datang pas akad tapi lupa ngenalin ke kamu nanti kalau ada waktu luang mau silahturahmi ke rumah katanya."
"Oke, dia seperti apa mas?"
"Kok kamu tanya dia? Cemburu de!"
"Enggak gitu mas, maksudnya kalau cocok entar kita jodohkan sama zahra"
"Ehm cocok kayaknya, insya allah, dia tu hafidz Quran terus suaranya merdu dan insya allah sholeh juga, dia pekerja keras dan bertanggung jawab."
"Cocok sepertinya mas."
"Ya sebelum ditawarkan pada Zahra ada baiknya kalau kamu ketemu dulu, ya sekedar untuk memastikan saja, kalau di memang cocok sama zahra."
Aisyah mengangguk.Setelah beberapa menit mereka berdua sampai di rumah yg tujuh, Syahid dan Aisyah langsung turun dari mobil
"Ini rumah kita." kata Syahid.
Rumah bercat putih tersebut tak begitu besar namun terlihat nyaman.
"Subhanallah bagus mas."
Rumah tersebut memiliki taman yg letaknya tepat di depan rumah kemudian syahid membuka pintu rumah tersebut."Silahkan masuk istriku yang cantik jelita."
Aisyah masuk dan melihat ruang tamu yg tertata rapi dengan sofa warna abu abu dan tulisan kaligrafi pada dinding juga Korden yg berwarnah putih membuat ruang tamu tersebut kian menarik. Kemudian masuk menuju ruang keluarga di sana ada satu sofa hitam dan TV yg menyatuh dengan dinding dan sebuah karpet coklat di bawahnya"Mau ke lantai atas apa mau ke dapur dulu?"
"Dapur saja dulu!"
Syahid membawa aisyah menuju dapur, dapur yg mini alis dan tertata rapi terdapat meja bundar yg akan di gunakan untuk makan. Mereka kemudian menuju lantai dua Syahid membuka sebuah kamar
"Ini ruang baca kita."
Ruang tersebut berisi rak rak buku dan hanya terisi sedikit.
"Jadi kalau Aisyah atau mas beli buku bisa di taruh di sini."
"Siap bos."
Di sana juga terdapat meja dan kursi kerja.
"Ini meja kerja mas dan aisyah." Menunjuk sebuah meja.
Aisyah dan Syahid keluar dari ruangan itu dan menuju ruangan lain, mereka menuju sebuah kamar."Ini tempat kita bercerita setelah seharian berkatifitas dengan kesibukan kita masing masing," kata Syahid.
Sebuah kamar yg bercat biru nuansa kamarnya sama dengan kamar Aisyah yang membedakan hanya ukuran dan cat pada kamar tersebut.
"Mirip kamar aisyah ya!"
"Memang disamakan?"
"kenapa?"
"Biar kamu gk rindu kamarmu"
Syahid dan Aisyah keluar dari kamar dan
menuju pada sebuah tempat."Ini tempat kita membuang Kotoran hati kita."
Sebuah musallah kecil yg di maksud syahid."Di dapur sudah ada apa saja?"
"Sepertinya belum ada apa apa, mas belum beli makan buat mengisi dapur."
"kalau belum ada apa apa belanja saja yuk"
"Tidak usa de, kita dinner" "Boleh"Di tempat lain tepatnya di sebuah restaurant Zahra sedang memainkan ponselnya "Aisyah sama suaminya sekarang, aku sama siapa?" Ponselnya berbunyi dan ia membuka pesan w******p tersebut."Hey you!"
Zahra terkejut .
"Nomer siapa ini?"
"Nomerku"
Zahra terkejut sampai ponselnya terlempar. Ia melihat seorang laki laki badannya yg tegap, kulitnya yg putih dan menggunaka pakaian warnah putih serta celan hitam juga menggunkan kaca mata hitam sedang berdiri di depannya.
"Kamu siapa?"
Laki laki tersebut tersenyum padanya dan membuka kacamatanya
"Masya allah faqih." kata Zahra kegirangan.
"Iya ini aku"
"Kamu apa kabar, hayo duduk, duduk!" sambil mempersilahkna faqih duduk
"Kabarku baik"
"Mau pesan apa?"
"Apa saja de!"
"Kamu kapan datang?"
"Baru turun dari pesawat dan langsung ke sini!"
"Gila emanga kamu qih!"
"Eh kamu kok tahu kalau aku di sini?"
Faqih tersenyum
"Apapun yg Faqih ingikan pasti iya akan dapatkan!"
"Kamu ke mana saja kok seperti hilang ditelan bumi" "Ceritanya panjang, kapan kapan aku cerita!""Oke"
Zahra bergegas memesankan makan untuk faqih dan kembali ke tempat semula ia duduk.
"Zah dia gimana? Dia baik baik saja kan?"
"Dia siapa?" sambil menyeruput minumannya.
"Calon istriku, Aisyah!"
Mendengar hal tersebut Zahra terkejut dan tersedak
'kuhuk, kuhuk, kuhukkk'
"Eh kamu kenapa?"
"Hanya tersedak!"
"Oh, mangkanya pelan-pelan!"
"Dia, dia, dia!" zahra terbatah batah
"Dia baik baik sajakan?""Iya dia baik baik saja." sambil tersenyum yg seperti terpaksa."Syukurlah!"
"Sungguh diri ini sudah sangat rindu padanya!"
Zahra menatap Faqih.
"Andai ia tahu kalau aisyah sudah menikah, apa yg akan dia lakukan?" dalam hati Zahra.
"Ehm aku sudah memimpikan sebuah pernikahan yg super super super mewah dengannya dan akan aku jadikan dia seorang ratu yg sangat cantik di hari pernikahan kita, yang akan membuat setiap pasang mata takjup padanya hingga banyak yg akan mengatakan sungguh Faqih sangat beruntung mendapatkannya."
Zahra memandangi faqih
"Kau tahu zah, dia itu impianku yg nantinya akan jadi nyata!"
"Tampaknya kamu begitu senang sekali"
"Siapa yang tidak senang, ketika kita mengimpikan sesuatu terus sekarang sesuatu ini akan jadi nyata"Zahra hanya terdiam tanpa suara.
Sedangkan Aisyah dan Syahid sedang berada di dalam mobil.
"Kita mau ke mana?"
"Sebelum makan malam, main main di pantai dulu yah."
"Pantai?"
"Iya ehm sekitar 20 menit dari rumah,gak masalah kan."
"Iya, Aisyah ikut mas saja!"
Setelah beberapa menit mereka berdua sampai di pantai. Syahid memarkir mobil sedangkan Aisyah berjalan masuk menuju pantai. Ia sangat menikmati keindahan pantai tersebut. Syahid mulai berjalan mendekati aisyah.
"Kamu suka?"
"Suka banget, jarang jarang aisyah jalan jalan, ya kerjaan aisyah kan tidak bisa di tinggal dan ummi sama abah jarang ngajak pergi jalan mereka kan juga punya ke sibukan masing masing."
Syahid hanya menangguk.
"Indah ya."
Mendengar kata kata itu Syahid melirik pada Aisyah yg tepat ada di sampingnya
"Iya indah!""Udaranya juga sejuk." "Matanya pun juga indah."Aisyah terkejut dengan kata kata syahid dan ia langsung melihat ke arah syahid saat itulah tatapan mereka bertemu.
"Pantai ini belum ada apa apanya jika di bandingkan dengan keindahan yg ada pada dirimu."
"Mas bisa saja"
Kemudian sedikit demi sedikit tangan Syahid mendekati tangan aisyah
"Ana uhibbuki fillah" (aku mencintaimu karena Allah. )
Sambil memegang kedua tangan aisyah di depan dada syahid, Aisyah hanya tersenyum malu, sesekali ia mendukkan kepalanya.
"Ahabbakalladzi ahbabtani lahu" (Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya)Syahid kemudian melepaskan tangan Aisyah, mereka Berjalan menyusuri pantai, berjalan beriringan. Masih terlihat kaku di antara keduanya. Saat sedang berjalan jalan tali sandal Aisyah putus.
"Putus." sambil melihat ke arah sandal tersebut
"Sendalnya putus." tanya syahid
"Iya."
"Pakai sendal mas saja ya."
"Tidak usa mas, kan masih ada kaos kaki.""Jangan nanti kenan karang yg agak tajam luka."
"Tidak akan"
"Mas gendong saja ya?"
"Ahh? Gendong??" Aisyah terkejut"Iya, kamu juga gak akan mau pakai sendal mas."
"Malu!"
"Gak apa apa." sambil jongkok di depan Aisyah.
Aisyah terdiam.
"Ayo sayang."
Dan sedikit demi sedikit ia naik ke punggung syahid, Setelah Aisyah naik syahid pun berdiri
Pipi syahid dan Aisyah menempel tangan aisyah memeluk leher syahid
"Beratmu berapa kok enteng banget?" sambil berjalan ke parkiran mobil."Jangan tanya berat badan, malu!"
"Nanti mas bikin endut de, kan kalau wanita endut itu tandanya bahagia"
"Kalau aisyah endut, mas gak bisa gendong aisyah gini lagi"
"Bisa kok, tenang saja."
"Kalau Aisyah gendut mas juga harus gendut gak mau tahu harus adil."
"Dih maksa dia."
Mereka tertawa bersama. Rona bahagia tampak diantara keduanya. Syahid menggendong istrinya sampai dimana mobil mereka parkir. Sore itu kian indah menurut keduanya dan sesekali mereka bersua foto bersama. Tak canggung Aisyah memeluk suamibya ketika berfoto bersama begitu pun Syahid.
Udarah subuh kala itu masuk ke kamar Aisyah dan Syahid memalui sela – sela jendela rumah mereka.Sebelum membangunkan Syahid, Aisyah terlebih dahulu mengambil wudu ke kamar mandi kemudian menggunakan mukena putihnya. Syahid masih berada di atas kasur dengan tubuh masih di tutupi oleh selimut..Aisyah perlahan berjalan menuju tempat tidur dimana suaminya masih terlelap.“Massssss,”bisik Aisyah pada telinga kanan Syahid.Syahid tak kunjung membuka matanya.“Sayanggggggggg,” tetap berbisik di telinga Syahid.Masih belum ada respon dari Syahid.“Dia tidur apa gladi mati? Susah sekali banguninnya.”“Sayang subuh, sayang bangun.”Tetap tidak ada respon dari Syahid.“Bangun yang, ih, ayo buka matanya.”“Aku mau buka mata asal di cium,” jawab syaid yang masih menutup matanya.“Oh modus rupanya dia, eh kamu yah.”
Nafisa sedang duduk di ruang tamu rumahnya sambil merajut dan ditemani oleh abahnya yang sedang meperhatikan dirinya. “Ada apa abah?” Abah hanya tersenyum melihat sang putri yang sedang duduk di sampingnya sambil menggenakan mukena putih. “Sayang!” “Iya? Kenapa?” “Rumah kita sepi nak!” “Jika baba ingin ramai ke masjid saja, para santri bisanya sedang ngaji kalau jam segini.” “Bukan itu maksud baba nak! Ah kamu ini tidak pekaan.” Nafisa tersenyum dan menaruh hasil rajutnya di meja di depannya. “Terus apa?” “Baba ingin mendengar suara tangisan bayi.” “Hah? Apa sih ba mulai deh.” “Memangnya kamu tidak ingin menikah?” “Keingin itu selalu ada dan pasti ada, cuman untuk punya bayi harus nikah dulu!” “Seandainya babah carikan santri babah mau?” Nafasi terdiam dan mulai menatap abahnya. Nafisa meraih tangan abahnya. “Bukannya sudah ada? Kenapa tidak babah car
Syahid duduk di balkon rumahnya sambil memegang kitab Al Hikam.Aisyah membawakan secangkir teh hangat untuk Syahid yang sedang menyantai di rumahnya."Masku sayang, Aisyah bawakan teh hangat untuk kamu.""Adu Istri mas yang cantik ini sangat perhatian.""Aisyah cantik?""Masak ganteng?""Iya enggak lah, sayang.""Kita mau belajar bareng yuk!""Belajar apa sayang?""Belajar Al hikam, mau?""Mau dong sayang.""Baik kita bahas tentang "Dia telah memberikan padamu nikmat, yang pertama adalah nikmat penciptaan dan kemudian dipenuhi (disempurnakan) pemberian-Nya itu secara terus-menerus.""Maksudnya gimana?"“Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu p
Usai menghabiskan waktu dengan Aisyah Syahid tak lantas pulang, dia mengajak Aisyah jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.Syahid berniat membalikan baju baru untuk sang istri. Saat sampai di are parkir Syahid tak menemukan tempat untuk memarkir mobilnya dan dia berinisiatif memarkir di luar parkirkan pusat perbelanjaan tersebut.Usai memarkir mobilnya, Syahid keluar dan berlari menuju pintu mobil Aisyah untuk membukakannya."Maaf ya sayang kita harus agak jalan sedikit.""Tidak apa-apa mas, biar sedikit olah raga."Mereka berjalan beriringan. Aisyah berjalan sambil memegangi lengan Syahid. Saat sedang asyik berjalan tiba-tiba mereka berpapasan dengan seorang wanita yang dikenal. Melihat wanita itu Syahid langsung memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul tangannya."Neng Nafisa?""Mas Syahid!" sambil melihat ke arah tangan Syahid yang memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul lengannya.&nbs
Nafisa sedang berkaca di meja hiasnya dan tanpa disadari abahnya memperhatikan dari luar kamar. pintu kamar Nafisa sedikit terbuka dan dari cela itu abah Nafisa melihat putrinya yang sedang berias."Cantik anak babah.""Eh ada babah ternyata.""Mau ke mana?""Mau ke toko buku. oh iya belum izin ke babah, boleh ya!""Iya boleh! asal ajak santri juga jangan sendiri.""Siap!""Kok tambah besar kamu tambah mirip ummimu.""Allah ingin ketika babah rindu ummi cukup lihat wajah Nafisa saja.""Babah takut nanti kalau kamu sudah menikah kamu akan meninggalkan babah dan pesantren ini.""Jika nikahnya masa mas Syahid tentu saja Nafisa akan tetap tinggal di sini bah, dan pastinya mas Syahid mau diajak tinggal di sini."Abah Nafisa terkejut dengan pernyataan putrinya tersebut."Bercanda bah, ih si babah tidak bisa diajak bercanda," jawab Nafisa yan
Aisyah merapikan bajunya di depan meja hiasnya sedangkan syahid memperhatikan Aisyah.“Uda cantik, tak perlu di apa-apain lagi,” kata Syahid.Aisyah hanya tersenyum malu.Syahid mulai mendekati tubuh Aisyah dan memeluknya dari belakang sambil mencium bahu Aisyah.“Kalau begini sepertinya tak akan jadi jalan,” kata Aisyah.Syahid menaruh kepalanya pada pundak Aisyah.“Maaf jika selama ini mas belum bisa membahagiakanmu.”Mendengar kalimat tersebut Aisyah hanya tersenyum dan memegang kepala Syahid yang sedang tidur di bahunya.“Apa kamu kira istrimu ini belum bahagia?”Syahid hanya terdiam.“Ada di sisimu saja sudah cukup membuatku bahagia, dan tak perlu apa-apa lagi.”Aisyah membalikkan badannya dan mereka kini sedang berhadap-hadapan.Aisyah memegang kedua pipi Syahid dengan kedua
Angin malam mulai masuk ke kamar Aisyah dan Syahid melewati jendela kamar mereka, sementara Aisyah menaruh kepalanya di paha syahid yang sedang selonjoran sambil memandang wajah cantik Aisyah.“Jika anak kita berjenis kelamin wanita pastinya akan cantik seperti ibunya,” kata manis Syahid pada Aisyah.“Jika pria dia akan tampan seperti ayahnya,” jawab Aisyah.“Mau pria atau wanita yang terpenting dia akan menjadi orang bermanfaat nanti untuk orang di sekitarnya, negara dan agamanya,” kata Syahid sambil mengelus rambut Aisyah.“Amin.”“Jika dia seorang pria, aku berharap dia akan menjadi sosok seperti ayahnya, lelaki yang tampan, mapan dan juga Shalih dan sungguh dunia ini masih kekurangan pria Shalih sepertimu,” kata Aisyah sambil menatap dalam-dalam mata Syahid.“Andai dia wanita, aku harap dia akan jadi sosok pribadi yang lembut, cerdas dan Shali
Saat Aisyah sedang asyik bercengkrama dengan Syahid terdengar ketukan pintu dari luar kamar mereka.‘TUK,TUK,TUK’“Tuan ada tamu,” kata mbak siti asisten rumah tangga Syahid dan Aisyah.“Oh ya mbak,” kata Syahid menjawab mbak Siti.“Siapa mas? Teman mas?”“Enggak,” jawab syahid.“Ya sudah mas lihat dulu ya,” sambil berjalan menuju luar kamar.“Iya."“Kamu mandi saja dulu,” sebelum keluar dari pintu.“Siap, siap laksanakan perintah tuan raja,” dengan senyum manis Aisyah.Syahid bergegas keluar kamar dan menuju ruang tamu dan ia sangat terkejut dengan kedatangan seseorang yang sangat spesial di hatinya sebelum Aisyah.“Mama,” sambil mencium tangan sang ibu dan setelah itu sang ibu mencium kening Syahid.“Iya sayang, mana Aisy
Aisyah dan dokter Hana keluar dari ruang pemeriksaan.“Entah, saya harus senang atau sedih dengan semua ini, dan selamat untuk pernikahannya juga selamat untuk kehamilannya.”“Terimakasih dok.”“Dokter Aisyah gitu, tahu-tahu sudah nikah dan sekarang sedang mengandung.”Aisyah hanya tersenyum manis.“Siapa sosok beruntung itu dok? Sosok yang sekarang menjadi suami dokter.”“Bukan dia yang beruntung mendapatkan saya tetapi saya tetapi sayalah yang beruntung mendapatkannya."“Sesekali kenalkan gitu dok.”“Siap, hanya saja saya dan dia punya aktivitas masing-masing, untuk pergi berdua saja jarang-jangan, selama menikah baru sekali doang pergi jalan-jalan bareng dia.”“Ke depannya harus sering-sering dok.”Aisyah hanya tersenyum pada dokter Hana.Dokter Hana adalah spesialis k