Share

Bab 4

Terlihat seorang laki laki yang baru turun dari sebuah pesawat. Ia menyeret kopernya sambil melihat ke arah jam tangannya, ia terus berjalan menuju luar bandara sesekali kali lelaki tersebut di Lirik oleh beberapa kaum wanita di sekitarnya.

Badannya yg tegap, kulitnya yg putih dan menggunaka pakaian warnah putih serta celan hitam juga menggunkan kaca mata hitam mampu membuat dirinya semakin mempesona. Ia mampu membuat beberapa orang di bandara terhipnotis padanya.

"Ganteng banget ya." kata seorang wanita.

"Jangan - jangan artis korea!" kata wanita lain.

Setelah sampai di luar ternyata seorang parubaya berdiri di samping mobil BMW sambil membukan pintu untuk leki laki itu dan mobil tersebut keluar dari bandara.

"Kita mau langsung pulang tuan?" tanya supir.

"Tidak, cari Pom bensin dan suruh orang rumah mengantarkan mobil saya karena saya ingin langung menemui sahabat saya."

"Apa saya saja yang mengatar tuan untuk menemui sahabat tuan?"

"Tidak perlu, saya ingin menyetir sendiri, dan bilang suruh cepat antarkan mobil saya ke pom yang ada di dekat dekat sini." 

"Baik tuan"

Sang supir melakukan tugasnya untuk menghubungi orang rumahnya supaya mengantarkan mobil milik tuannya tersebut.

Setelah beberapa menit mobil yang ia tumpangi sampai di sebuah pom 

"Mobil tuanku akan sampai dalam waktu 5 menit lagi." 

Sambil menunggu mobilnya datang 

Ia memainkan ponselnya. Setelah beberapa menit mobil yg di tunggu akhirnya tiba.

Lelaki tersebut kemudian turun dan berganti mobil.

"Lama banget sih! Dah dari tadi juga."

"Maaf tuan tadi saya macet." 

"Alasan." 

Ia memarahi supir yang mengantar mobilnya tersebut lalu pergi.

Sambil menyetir Ia mangambil ponselnya dari sakunya dan menelfon seseorang.

"Tolong lacak posisi orang yang akan saya kirim nomer telfonnya." 

"Baik tuan" jawaban orang yg ia telfon 

Ia langsung mematikan ponselnya dan menaruhnya lagi di saku celananya

Di mobil lain Aisyah dan Syahid berbincang bincang kemudian ponsel Aisyah bunyi, Aisyah membuka Pesan tersebut dan tersenyum. Syahid melihat sang istri yg tersenyum pada ponselnya.

"Dari siapa?" 

"Dari zahra" 

"Ohhhhh, oh iya Lukman kemarin salah sangkah, dia mengirah bahwa Zahra itu adikmu lo." 

"Lukman siapa?" 

"Dia Sahabat mas yg datang pas akad tapi lupa ngenalin ke kamu nanti kalau ada waktu luang mau silahturahmi ke rumah katanya." 

"Oke, dia seperti apa mas?" 

"Kok kamu tanya dia? Cemburu de!" 

"Enggak gitu mas, maksudnya kalau cocok entar kita jodohkan sama zahra"

"Ehm cocok kayaknya, insya allah, dia tu hafidz Quran terus suaranya merdu dan insya allah sholeh juga, dia pekerja keras dan bertanggung jawab."

"Cocok sepertinya mas." 

"Ya sebelum ditawarkan pada Zahra ada baiknya kalau kamu ketemu dulu, ya sekedar untuk memastikan saja, kalau di memang cocok sama zahra." 

Aisyah mengangguk. 

Setelah beberapa menit mereka berdua sampai di rumah yg tujuh, Syahid dan Aisyah langsung turun dari mobil 

"Ini rumah kita." kata Syahid.

Rumah bercat putih tersebut tak begitu besar namun terlihat nyaman.

"Subhanallah bagus mas."

Rumah tersebut memiliki taman yg letaknya tepat di depan rumah kemudian syahid membuka pintu rumah tersebut.

"Silahkan masuk istriku yang cantik jelita." 

Aisyah masuk dan melihat ruang tamu yg tertata rapi dengan sofa warna abu abu dan tulisan kaligrafi pada dinding juga Korden yg berwarnah putih membuat ruang tamu tersebut kian menarik. Kemudian masuk menuju ruang keluarga di sana ada satu sofa hitam dan TV yg menyatuh dengan dinding dan sebuah karpet coklat di bawahnya 

"Mau ke lantai atas apa mau ke dapur dulu?" 

"Dapur saja dulu!"

Syahid membawa aisyah menuju dapur, dapur yg mini alis dan tertata rapi terdapat meja bundar yg akan di gunakan untuk makan. Mereka kemudian menuju lantai dua Syahid membuka sebuah kamar 

"Ini ruang baca kita." 

Ruang tersebut berisi rak rak buku dan hanya terisi sedikit. 

"Jadi kalau Aisyah atau mas beli buku bisa di taruh di sini."

"Siap bos."

Di sana juga terdapat meja dan kursi kerja.

"Ini meja kerja mas dan aisyah." Menunjuk sebuah meja.

Aisyah dan Syahid keluar dari ruangan itu dan menuju ruangan lain, mereka menuju sebuah kamar.

"Ini tempat kita bercerita setelah seharian berkatifitas dengan kesibukan kita masing masing," kata Syahid.

Sebuah kamar yg bercat biru nuansa kamarnya sama dengan kamar Aisyah yang membedakan hanya ukuran dan cat pada kamar tersebut.

"Mirip kamar aisyah ya!" 

"Memang disamakan?" 

"kenapa?" 

"Biar kamu gk rindu kamarmu"

Syahid dan Aisyah keluar dari kamar dan

menuju pada sebuah tempat.

"Ini tempat kita membuang Kotoran hati kita."

Sebuah musallah kecil yg di maksud syahid.

"Di dapur sudah ada apa saja?" 

"Sepertinya belum ada apa apa, mas belum beli makan buat mengisi dapur."

"kalau belum ada apa apa belanja saja yuk" 

"Tidak usa de, kita dinner" 

"Boleh"

Di tempat lain tepatnya di sebuah restaurant Zahra sedang memainkan ponselnya 

"Aisyah sama suaminya sekarang, aku sama siapa?" 

Ponselnya berbunyi dan ia membuka pesan w******p tersebut.

"Hey you!"

Zahra terkejut .

"Nomer siapa ini?" 

"Nomerku" 

Zahra terkejut sampai ponselnya terlempar. Ia melihat seorang laki laki badannya yg tegap, kulitnya yg putih dan menggunaka pakaian warnah putih serta celan hitam juga menggunkan kaca mata hitam sedang berdiri di depannya.

"Kamu siapa?" 

Laki laki tersebut tersenyum padanya dan membuka kacamatanya 

"Masya allah faqih." kata Zahra kegirangan.

"Iya ini aku" 

"Kamu apa kabar, hayo duduk, duduk!" sambil mempersilahkna faqih duduk 

"Kabarku baik"

"Mau pesan apa?" 

"Apa saja de!"

"Kamu kapan datang?" 

"Baru turun dari pesawat dan langsung ke sini!" 

"Gila emanga kamu qih!"

"Eh kamu kok tahu kalau aku di sini?" 

Faqih tersenyum 

"Apapun yg Faqih ingikan pasti iya akan dapatkan!" 

"Kamu ke mana saja kok seperti hilang ditelan bumi" 

"Ceritanya panjang, kapan kapan aku cerita!"

"Oke" 

Zahra bergegas memesankan makan untuk faqih dan kembali ke tempat semula ia duduk.

"Zah dia gimana? Dia baik baik saja kan?" 

"Dia siapa?" sambil menyeruput minumannya. 

"Calon istriku, Aisyah!"

Mendengar hal tersebut Zahra terkejut dan tersedak 

'kuhuk, kuhuk, kuhukkk'

"Eh kamu kenapa?" 

"Hanya tersedak!"

"Oh, mangkanya pelan-pelan!"

"Dia, dia, dia!" zahra terbatah batah

"Dia baik baik sajakan?"

"Iya dia baik baik saja." sambil tersenyum yg seperti terpaksa. 

"Syukurlah!"

"Sungguh diri ini sudah sangat rindu padanya!"

Zahra menatap Faqih.

"Andai ia tahu kalau aisyah sudah menikah, apa yg akan dia lakukan?" dalam hati Zahra.

"Ehm aku sudah memimpikan sebuah pernikahan yg super super super mewah dengannya dan akan aku jadikan dia seorang ratu yg sangat cantik di hari pernikahan kita, yang akan membuat setiap pasang mata takjup padanya hingga banyak yg akan mengatakan sungguh Faqih sangat beruntung mendapatkannya." 

Zahra memandangi faqih 

"Kau tahu zah, dia itu impianku yg nantinya akan jadi nyata!" 

"Tampaknya kamu begitu senang sekali" 

"Siapa yang tidak senang, ketika kita mengimpikan sesuatu terus sekarang sesuatu ini akan jadi nyata" 

Zahra hanya terdiam tanpa suara. 

Sedangkan Aisyah dan Syahid sedang berada di dalam mobil. 

"Kita mau ke mana?" 

"Sebelum makan malam, main main di pantai dulu yah." 

"Pantai?"

"Iya ehm sekitar 20 menit dari rumah,gak masalah kan."

"Iya, Aisyah ikut mas saja!"

Setelah beberapa menit mereka berdua sampai di pantai. Syahid memarkir mobil sedangkan Aisyah berjalan masuk menuju pantai. Ia sangat menikmati keindahan pantai tersebut. Syahid mulai berjalan mendekati aisyah.

"Kamu suka?" 

"Suka banget, jarang jarang aisyah jalan jalan, ya kerjaan aisyah kan tidak bisa di tinggal dan ummi sama abah jarang ngajak pergi jalan mereka kan juga punya ke sibukan masing masing." 

Syahid hanya menangguk.

"Indah ya." 

Mendengar kata kata itu Syahid melirik pada Aisyah yg tepat ada di sampingnya 

"Iya indah!"

"Udaranya juga sejuk." 

"Matanya pun juga indah." 

Aisyah terkejut dengan kata kata syahid dan ia langsung melihat ke arah syahid saat itulah tatapan mereka bertemu.

"Pantai ini belum ada apa apanya jika di bandingkan dengan keindahan yg ada pada dirimu." 

"Mas bisa saja"

Kemudian sedikit demi sedikit tangan Syahid mendekati tangan aisyah 

"Ana uhibbuki fillah" (aku mencintaimu karena Allah. )

Sambil memegang kedua tangan aisyah di depan dada syahid, Aisyah hanya tersenyum malu, sesekali ia mendukkan kepalanya.

"Ahabbakalladzi ahbabtani lahu" (Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya)

Syahid kemudian melepaskan tangan Aisyah, mereka Berjalan menyusuri pantai, berjalan beriringan. Masih terlihat kaku di antara keduanya. Saat sedang berjalan jalan tali sandal Aisyah putus.

"Putus." sambil melihat ke arah sandal tersebut 

"Sendalnya putus." tanya syahid 

"Iya." 

"Pakai sendal mas saja ya."

"Tidak usa mas, kan masih ada kaos kaki."

"Jangan nanti kenan karang yg agak tajam luka." 

"Tidak akan"

"Mas gendong saja ya?" 

"Ahh? Gendong??" Aisyah terkejut

"Iya, kamu juga gak akan mau pakai sendal mas." 

"Malu!" 

"Gak apa apa." sambil jongkok di depan Aisyah.

Aisyah terdiam.

"Ayo sayang."

Dan sedikit demi sedikit ia naik ke punggung syahid, Setelah Aisyah naik syahid pun berdiri 

Pipi syahid dan Aisyah menempel tangan aisyah memeluk leher syahid

"Beratmu berapa kok enteng banget?" sambil berjalan ke parkiran mobil.

"Jangan tanya berat badan, malu!" 

"Nanti mas bikin endut de, kan kalau wanita endut itu tandanya bahagia" 

"Kalau aisyah endut, mas gak bisa gendong aisyah gini lagi" 

"Bisa kok, tenang saja." 

"Kalau Aisyah gendut mas juga harus gendut gak mau tahu harus adil." 

"Dih maksa dia." 

Mereka tertawa bersama. Rona bahagia tampak diantara keduanya. Syahid menggendong istrinya sampai dimana mobil mereka parkir. Sore itu kian indah menurut keduanya dan sesekali mereka bersua foto bersama. Tak canggung Aisyah memeluk suamibya ketika berfoto bersama begitu pun Syahid. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status