Share

Bab 3

Malam itu syahid tertidur di samping Aisyah, Ia terbangun. 

"Astagfirlallah" 

"Kok malah mimpi sofia," sambil mengusap wajahnya.

Dan iya terkejut dengan sosok yg ada di sampingnya.

"Lo kok dokter aisyah di sini, oh iya dia kan sudah jadi istriku," sambil tersenyum.

Syahid memandangi wajah Aisyah yang sedang terlelap tidur 

"Meskipun tidur, dia tetap cantik." sambil tersenyum. 

Syahid kemudian bergegas pergi ke kamar mandi dan shalat tahajjud, ketika sedang shalat mata Aisyah terbuka sedikit demi sedikit. 

Aisyah memperhatikan Syahid yang sedang shalat. Usai shalat syahid berdoa dengan khusus, setelah itu ia melihat ke arah Aisyah.

"Khusuk banget doanya, ada harapan atau keingin yg ingin mas pinta sama Allah." 

Syahid tersenyum dan bangit dari tempat shalatnya, Ia duduk di kasur.

Aisyah yang awalnya berbaring melihat Syahid duduk di sampingnya ia juga terbangun dan duduk di atas kasur, tangan syahid sedikit demi sedikit meraih tangan aisyah dan memegang tangan istrinya.

Mereka masih sama sama kaku 

"Keinginan mas sederhana. Saat terlelap mas bermimpi tentangmu, dan saat terbangun Mas menatap wajahmu dan harapan mas juga tidaklah rumit. Ketika berdoa di hadapan Allah, engkau mengaminkannya di belakangku." 

Aisyah tersenyum 

"Kira - kira abah sudah bangun gak ya?" 

"Sudah sepertinya." 

"Oh iya kalau lusa kita pindah ke rumah kita sendiri kamu mau kan?" 

"Ehm terserah mas saja, Aisyah ikut." 

"Hanya saja, mas tidak tahu gimana ngomongnya ke abah."

"Abah sama ummi kan sudah kasih izin buat kita tinggal berdua saja." 

"Iya, tapi klau pindahnya lusa di izinkan atau tidak?" 

"Ya mas coba ngomong dulu saja sama abah." 

"Iya deh, hari ini kerja kan?" 

"Iya kerja, maaf ya mas liburnya cuman kemarin" 

Syahid tersenyum pada Aisyah.

"Iya gk apa apa, ada kewajiban yg perlu kamu tunaikan, tapi mas anter ya!" 

"Ehm boleh." 

"Ya sudah mas tunggu abah di ruang keluarga saja ya." 

Aisyah mengangguk.

Syahid keluar dari kamar mereka 

Setelah keluar dari kamar ternyata Syahid sudah di tunggu sang mertua di ruang keluarga dan mereka bergegas pergi ke masjid.

Usai salat subuh syahid dan sang mertua tidak langsung pulang Karena hujan yang begitu deras, sedangkan aisyah dan sang ibu menunggu mereka di rumah.

"Abah Kok belum pulang ya?" 

"Khawatir sama abah apa sama suaminya?" 

Aisyah tersipu malu 

"Apa si ummi ini." 

"Cie malu-malu, sepertinya mereka tidak bisa pulang sayang, soalnya hujan dan mereka tidak bawa payung." 

"Mau di susul saja ya mi, sambil bawakan payung?" 

"Iya susul saja, ummi ambil payung dulu." 

Setelah mengambil payung sang ibu menyodorkan payung pada aisyah 

"Hanya dua ummi" 

"Iya la, maunya berapa?" 

"Tiga ummi."

"Kamu satu payung sama suamimu, biar abah sendiri." 

"Tappiii mi." 

"Uda jalan sana, jangan pakai tapi tapi." 

Aisyah bergegas pergi menemui syahid dan abahnya, sedangkan syahid dan sang metua duduk di teras masjid.

"Hujannya deras seperti, gimana pulangnya?" 

"Kita tunggu saja bah, sebentar lagi mungkin agak redah." 

Abah mengangguk 

"Abah syahid dan Aisyah berencana mau pindah ke rumah kita besok." 

"Besok?" 

"Iya, hari ini syahid mau ke sana mau lihat apa saja yg kurang dan sambil mau membelinya nanti" 

"Sama aisyah?" 

"Sendiri abah, aisyah hari ini harus ke rumah sakit." 

"Abah ikut kamu saja de, dan memang kalian harus secepatnya tinggal berdua, ya biar bisa mengenal satu masa lain." 

"Ummi gimana abah?" 

"Umminya mau di ajak pindah juga? Ya jangan la abah sendirin klau di ajak juga." 

Syahid tersenyum 

"Bukan gitu abah, maksudnya syahid, gimana caranya minta izin ke ummi." 

"Kalau masalah umminya biar abah yg bilang, kamu santai saja." 

Setelah beberapa menit aisyah datang dengan membawa payung 

"Alhamdulillah kita di jemput bah." 

"Cie yg di jemput istri" ledekan abah.

Syahid tersenyum malu. Aisyah menyodorkan payungnya ke Syahid. 

"Kok di kasih ke syahid?" 

"Abah sama Aisyah" kata aisyah. 

"Gak mau la, mau sendiri abah." 

Sambil Mengambil payung yg di sodorkan oleh aisyah ke syahid 

dan bergegas pergi.

Aisyah dan syahid salah tingkah 

dan syahid mengambil payung dari tangan Aisyah.

"Biar mas yang pegang saja." 

Mereka berjalan bersama.

"Hujan kali ini sangat indah." 

"Ehm indah? Sama saja mas." 

"Karena kamu yg membuatnya indah." 

Aisyah tersenyum 

"Kata katanya bikin adem, hujannya udah bikin adem eh di tambah kata katanya mas, nanti Aisyah demam karena kedinginan lo" 

"kamu ini bisa saja" 

Mereka berjalan beriringan.

"Kamu belajar ngengombal dari siapa sih mas?" 

"Otodidak, hahaha." 

Mereka berdua tertawa bersama ditengah derasnya air hujan. 

Setelah pulang dari masjid 

Syahid, Aisyah dan kedua orang tua sarapan bersama, ditemani rintik rintik hujan. Usai sarapan syahid pergi ke kamar dan membuka pintu yg menuju balkon kamar Aisyah.

Syahid menatap keluar dan memandangi pemandangan yang indah.

Setelah itu syahid duduk di kursi yg ada di balkon dan Aisyah datang menghampiri syahid.

Namun aisyah berdiri sambil memegang pakar balkon sambil membelakangi Syahid. Aisyah berdiri sambil dengan wajah bahagia. 

"Ummi mengizinkan, mas." 

"Mengizinkan apa ?" 

"Mengizinkan kalau besok kita pindah." 

"Alhamdulillah." 

Aisyah menjulurkan tangannya, air hujan jatuh pada tangan aisyah, Syahid melihat pada tangan aisyah yg di basahi air hujan.

"Hujan identik dengan air mata dan air mata itu identik dengan kesedihan." 

Mendengar kata kata tersebut 

Syahid menghela nafas.

"Tidak juga, kadang ketika sebuah kebahagian melampaui batas, kadang juga bisa menghadirkan air mata." 

Syahid kemudian berdiri di dekat aisyah dan memenggang pagar balkon.

"Setelah menikah, Mas tak berani berjanji bahwa kamu tak akan menangis lagi bersama mas..Namun dengan segenap hati, Mas akan mewakafkan bahu ini tempatmu bersandar, dan mengamanahkan tangan ini tuk hapus air matamu. Insya allah" 

Mendengar hal tersebut Aisyah melihat ke Samping kirinya dimana Syahid berdiri.

"Di balik anggukan perempuan yang kau pinang ini ada harapan besar bahwa dengan mulah ia bisa mendapatkan kebahagiaan." 

"Sudah sana siap siap, mau kerja kan." 

"Iya." Aisyah sambil tersenyum. 

Aisyah kemudian masuk dan bersiap siap, setelah bebera menit syahid masuk ke dalam kamar di dapatinya sang istri sedang bersiap siap di meja hiasnya. 

"Perempuan yang lisannya santun, matanya bersahabat, senyumnya hangat, dan wajahnya selalu menentramkan, Sungguh, ia sudah tak perlu hiasan lagi." 

Mendengar hal tersebut aisyah melihat Syahid dari kaca di meja hiasnya yg sedang tersenyum padanya.

"Mas mau pakek baju itu? " 

"Tidak, ini mau ganti baju." 

Syahid mengambil baju dan pergi ke kamar mandi, selesai ia keluar dan merapakina rambutnya dengan sisir di meja hias Aisya sedangkan aisyah duduk di sofa sambil melihat ke arah poselnya.

"Laki laki yg lisannya santun, akhlaknya baik dan wajahnya meneduhkan 

Sunggu ia tidak perlu style apa apa lagi agar di minati " 

Syahid tersenyum.

"Mata indahmu memang memerhatikan layar ponselmu,namun tidak dengan hatimu, yg selalu memerhatikan diri ini." 

"Jangan PD yah mas." 

Meraka bergegas pergi. 

Ketika turun dari tangga Syahid dan Aisyah bertemu dengan ummi.

"Ummi aisyah sama mas kerja dulu ya!" 

"Iya, kalian hati hati ya." 

Syahid dan aisyah bergantian mencium tangan ummi. 

"Biasanya kalian itu jalan-jalan kek atau makan diluar gitu, yang bisa kalian kerjakan berdua."

"Yah mau gimana lagi ummi, Aisyah hanya dapat jatah libur kemarin saja." Kata Aisyah.

"Pokoknya harus ada waktu bersama, apa itu bahasa inggrisnya kuaaaa li." 

"Quality time, Ummi jawab Syahid." 

"Nah itulah."

Syahid dan Aisyah tersenyum. 

"Kami berangkat dulu ya Ummi, Assalamuikum." 

Mereka bergegas menuju bagasi mobil, ketika di di bagasi mobil Aisyah tidak langsung naik ia malah melamun melihat ke arah pintu mobil, melihat sang istri melamun syahid membukakan pintu mobilnya.

"Uda janga gugup gitu, hanya duduk di sebelah mas saja dan mas juga gak gigit kok." 

Aisyah masuk ke mobil dan tersenyum 

"Nanti mau di jemput?" 

"Boleh" sambil tersenyum pada Syahid. 

"Oh iya nanti mas mau lihat rumah yg besok akan kita tempati, mau lihat masih kurang apa saja" 

"Aisyah perlu ikut?" 

"tidak usa, mas saja." 

"Baiklah" 

"Nanti kamu telfon mas kalau sudah mau pulang." 

"Telfon pakai apa?" 

"Pakai ponsel sayang." 

"Nomer mas, Aisyah tidak punya." 

"Oh iya ya" 

"Memangnya mas punya nomer Aisyah ?" 

"Enggak juga si" 

"Ya sudah mana" 

"08124777xxxxxx" (pembaca gak boleh tahu hehehehe) šŸ˜‚šŸ¤£ 

"Aisyah miscall ya" 

"Iya" 

ponsel Syahid berbunyi .

"jangan lupa di save. " 

"Iya iya" 

Setelah beberapa saat 

Aisyah sampai ke tempat kerjanya 

Sebelum turun ia mencium tangan syahid 

"Aisyah kerja dulu ya." 

" Iya, semangat! Nanti mas jembut." 

Asiyah tersenyum dan turun dari mobil mobil Syahid melaju meninggalkan Aisyah dan Aisyah masuk.

Saat berada di dalam rumah sakit 

Ia bertemu dengan suster Diana. Suster Diana adalah sahabat baru Aisyah selama di rumah sakit.

"Sepertinya ada yg bede?" 

"Apanya yg beda?" 

"Lebih cerah dan ceriah wajahnya." 

"Aaaah biasa saja" 

Suster Diana belum tahu jika Aisyah sudah menikah. 

Berbeda dengan syahid yg mengundang karyawan sekaligus sahabat dekatnya dari awal usaha yaitu Lukman.

Setelah sampai di tempat kerjanya 

Syahid bertemu dengan Lukman.

"Cie cie pengantin baru." 

"Apa sihhhh." 

"Duhai senangany pengantin baruuuu," sambil bernyanyi.

Syahid hanya tersenyum 

"Sepertinya ada yg bedah." 

"Apanya yg beda?" 

"Statusnya, kan sekarang sudah jadi lakek orang." sambil tertawa 

"Kamu bisa saja." 

"Saya doain semoga langsung cepat." 

"cepat buat apa ?" 

"Cepat langsung dapat, baby, belagak gak tahu lagi." 

"Istri lagi halangan, jadi belum program punya baby." 

"Wahhh kasian, sabar ya!" 

"Kamu ini ada ada saja." 

"Udah doain saja yah, semoga aku bisa kamu keponakan." 

"Amin." 

Meski hanya jadi karyawan, Syahid sudah menganggap Lukman seperti saudarahnnya sendiri.

Aisyah duduk di depan meja kerjanya, ia terus melihat ke arah ponselnya 

"Mas syahid sudah sampai belum ya? Coba kirim pesan saja de" 

Sambil mencari dan membuka kontak w******p Syahid, Aisyah mulai mengetik.

'assalamuaikum mas ganteng sudah sampai kah?' 

"Ehm kok jadi alay gini sih." 

Kemudian ia menghapus ketikannya lagi 

'Assalamuaikum, km dimana? ' 

"Sudah tahu dia juga kerja masih tanya." 

Menghapus ketikannya lagi 

Ternyata saat itu syahid membuka aplikasi whatsappnya 

"Dia lagi ngetik sesuatu" 

Namun syahid meninggalkan ponselnya dan bergegas ke kamar mandi 

Setelah beberapa manit 

Ia keluar dari kamar mandi dan melihat ke arah ponselnya 

"Dia ini nulis pesan, apa nulis pidato, Lama banget" 

Syahid terus menadangi kontak w******p Aisyah yg berketerangan sedang mengetik

Tiba tiba lukman mengetuk pintu 

'Tok tok tok' 

"Iya masuk" 

Lukman cukup kaget setelah masuk ke ruang kerja syahid, ia mendapati Syahid sedang memolototi ponselnya.

Dia kebingungan dengan aksi syahid tersebut 

"Sedang apa?" 

"Sedang nunggu pesan dari istri" 

Lukman terkejut dengan jawaban syahid 

"Kangen yah?" 

"Iyalah." 

Lukman tertawa dan Syahid mulai sadar atas apa yg iya ucapkan barusan. 

"Eh enggak, bukan gitu" 

Usai urusannya dengan Syahid selesai Lukman keluar dari ruangan Syahid.

Syahid kembali fokus lagi pada polsennya.

Kini dia yg mengirim pesan pada aisyah 

'kamu ini lagi nulis cerpen ya, panjang amet' 

Aisyah terkejut ketika mendapat tulisan pesan tersebut 

"Adu ternyata dia nunggu kiriman pesan ku. " 

'enggak, cuman mau tanya, mas sudah sampai ?' 

Membaca pesan tersebut Syahid sambil tersenyum.

"Gini ternyata rasanya punya istri ya" sambil tersenyum pada ponselnya 

'sudah tadi' 

Kemudian Aisyah membalas pesan Syahid.

'Semangat kerjanya ya, my husband' 

Syahid tersenyum.

"Kok malah jadi salting gini saya yah." 

_________

Beberapa menit kemudian 

Syahid keluar dari ruang kerjanya ternyata lukman berdiri di sebelah pintu ruang kerja syahid bersama karyawan lain.

"Eh tahu gak si, gue punya teman yg baru nikah dan dia tu kayak gak mau jauh jauh gitu sama istrinya." sambil melirik ke Syahid.

"Pengantin baru memang gak bisa saling berjauhan," kata karyawan tersebut.

Setelah itu lukman langsung menghampiri Syahid.

"Kamu ini luk, ada ada sja yg mau bikin saya jadi malu." 

"Iri sama kamu!" 

"Ya segera luk, segera nyusul." 

"Belum ada calon dan masih mau bahagian orang tua dulu." 

Syahid mengangguk.

"Pengennya yang seperti istrimu, sholehah, cantik dan juga cerdas." 

"Ya semoga km juga dapat yang seperti itu juga tapi jangan istriku yg kamu ambil." 

"Ya kalau gak ada lagi, terpaksa." 

Syahid memolototi Lukman. 

"Bercanda, oh iya waktu akad istrimu itu selalu di dampingi sama wanita yang pakai kerudung coklat itu, dia adiknya ya?" 

"Yang mana si?" 

"Yang pakai kerudung coklat dan gamis hitam itu, yang meminta kamu foto berdua sama aisyah." 

"Oh itu zahra, sahabatnya istri." 

"Oh zahra namanya, cantik." 

"Ngapain kamu tanya dia ?" 

"Cuman tanya saja" 

"Oih kmu belum aku kenalin sama Aisyah, maaf lupa buat ngenalin kamu ke istri."

"lain kali, jangan lupa buat dikenalin ya." 

"Siap, nanti de, pas kita pindah rumah, kamu main main ke rumah." 

"Memangnya boleh?" 

"Boleh banget."

"Oke cari waktu yg tepat saja."

Hari mulai sore 

Syahid menjemput Aisyah, Aisyah sudah menunggu Syahid di depan rumah sakit kemudian aisyah langsung masuk ke dalam mobil.

"Maaf ya telat, pasti lama nunggunya." 

"Gak apa appa kok."

"Maaf ya sudah bikin kamu nunggu lama." 

"Penantian terindah itu ketika kamu datang, menetap dan tak pergi lagi." 

Syahid tersenyum

Mereka pulang bersama, setelah sampai di rumah Syahid membersikan diri bergegas untuk pergi ke masjid bersama sang mertua.

Ia dan sang mertua di masjid sampai selesai waktu shalat isyah 

Setelah itu mereka makan bersama, usai makan malam bersama Syahid langsung masuk ke kamar. Ia duduk di sofa sambil membaca sebuah kita al hikam Aisyah masuk ke kamar dan langsung duduk di dekat syahid 

"Kamu lagi ngapain?" 

"Baca buku" 

Aisyah melihat buku yg di baca syahid 

Ia menujukkan pada sebuah kata kata dalam buku tersebut 

"Sebaik-baik waktumu adalah ketika kau menyadari betapa tergantungnya dirimu kepada Allah dan betapa hinanya dirimu. Jelaskan dong" 

"Iyaa mas jelaskan ya 

dianggap waktu terbaik karena pada waktu ini kau merasa hadir dengan Tuhanmu. Kaupalingkan pandanganmu dari segala media, sarana, dan sebab-sebab yang membuatmu semakin jauh dari-Nya. Lain halnya ketika kau merasa kaya dan mulia, maka itu adalah waktu terburuk bagimu. 

Dikisahkan dari 'Atha as-Silmi bahwa ia, selama tujuh hari tidak mencicipi sedikitpun makanan dan tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, hatinya bahagi mengalami hal itu. Ia berkata, "Tuhanku, sekiranya Engkau tidak memberiku makan tiga hari lagi ke depan, aku akan shalat menyembah-Mu sebanyak seribu rakaat." 

Diceritakan pula bahwa suatu malam, Fatah al-Mushil pulang ke rumahnya. Ia tidak mendapati hidangan makan malam, lampu penerang, dan tidak pula kayu bakar. Ia tetap memuji Allah dengan mengucap Alhamdulillahseraya beribadah kepada-Nya. Ia berdo'a, "Tuhanku, dengan sebab dan washilah (perantara) apalagi agar Engkau memperlakukanku seperti memperlakukan para wali-Mu?" 

Demikian pula yang terjadi pada Fudhail bin Iyyadh. Ia berkata, "Dengan amal apa lagi supaya aku layak mendapatkan hal ini dari-Mu agar aku terus mengalaminya?" 

(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati) 

Aisyah menunjuk pada sebuah kalimat lain 

"Ini juga." 

"Tidak sedikit umur yang panjang, namun kurang manfaat. Tidak sedikit pula umur yang pendek, namun penuh manfaat." 

--Ibnu Atha'illah al-Iskandari-- 

"Banyak orang yang berumur panjang, tetapi manfaatnya sedikit, seperti halnya umur orang-orang yang lalai dari Allah dan hanya sibuk memikirkan nafsu syahwatnya. Walaupun umur mereka panjang, hakikatnya pendek karena kurang bermanfaat. 

Banyak pula orang yang berumur pendek, tetapi manfaatnya banyak. Sekalipun umur tersebut terlihat pendek, hakikatnya amat panjang karena banyak manfaatnya. Itulah makna keberkahan dalam umur. 

Faedah umur tidak mesti sejalan dengan panjangnya umur karena terkadang pemilik umur pendek mendapatkan manfaat dan faedah lebih banyak daripada yang umurnya lebih panjang." 

(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati) 

Aisyah menatap syahid 

Kemudiam syahid menatap Aisyah pula.

"Mungkin ini alasan mengapa seorang wanita di suruh mancari laki laki shaleh untuk di jadikan suami, agar bisa mendidik istri dengan ilmu agama" 

Syahidpun tersenyum 

"Seseorang lelaki sebelum menjadi suami seharunya telah membekali dan melengkapi dirinya dengan ilmu-ilmu agama Islam. Dimana kelak setelah menikah digunakan untuk membimbing dan mengarahkan istri dan anak-anaknya kepada kebenaran, menjauhkan mereka dari penyimpangan yang berarti juga menjauhkan diri dan keluarganya dari api neraka" 

"Mas syahid kalau lagi serius kayak tadi tambah ganteng." 

"Suamimu ini kan memang ganteng." 

"Seperti lee mineral." 

"kok seperti itu?" 

"Iya seperti ada manis manis gitu kalau lagi memberi pelajar seperti tadi pada muridmu yg satu ini." 

"Ibadah terlama adalah menjalin rumah tangga, maka carilah pasangan yg siap untuk selalu belajar dan berbenah, itu kata guru mas dulu dan alhamdulillah kini mas dapat yang seperti itu, yaitu kamu"

******* 

Pagi itu Syahid dan Aisyah akan segera pindah ke rumah baru, mereka bersama berada di depan rumah Aisyah.

Ummi memeluk aisyah 

"Ummi pasti bakalan kangen banget sama kamu." 

"Aisyah juga ummi" 

"Abah baru saja merasakan rasanya punya teman buat shalat berjamaah di masjid, rasanya punya anak laki laki, eh sekarang mau di tinggal lagi" kata abah Aisyah. 

"Syahid dan Aisyah pasti akan sering main ke sini abah, kalau ada waktu luang." kata Syahid.

"Hati - hati ya, kalian harus banyak banyak belajar saling mengerti satu sama lain agar nanti ketika ada masalah kalian tidak saling menghakimi." kata ummi.

"Baik ummi." kata Syahid dan Aisyah.

Syahid dan Aisyah mencium tangan mereka dan masuk ke dalam mobil sambil melambaikan tangan, mobil yg di tumpangi syahid dan Aisyah bergegas meninggalkan kediaman orang tua Aisyah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status