Sidney sudah tidur ketika Susan pelan-pelan mengambil buku harian Jessy dari dalam laci. Sidney tidak suka jika Susan membaca buku itu karena biasanya Susan malah jadi menangis setelah membacanya dan Sidney tidak suka melihat Susan bersedih untuk sesuatu yang menurutnya percuma. Tapi tetap saja Susan sering diam-diam membacanya, Jessy memiliki tulisa yang sangat rapi sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Membaca buku harian Jessy membuat Susan serasa ikut mengenal saudarinya meskipun mereka tidak pernah bertemu.
***Jessy 12 Maret 2016***
Bukannya aku tidak mau tinggal di kampung halama Paris, tapi aku sudah pernah mencobanya dan tidak bisa. Paris adalah orang yang sering bepergian dengan segala kesibukan pekerjaannya yang luar biasa. Paris juga melarangku bekerja lagi sejak kami menikah, sering kali aku merasa bosan ketika harus tinggal sendiri di rumah besarnya. Aku juga tidak punya teman atau keluarga di sana, semua yang kukenal adalah teman-teman Paris dan ling
Akhirnya Sidney mengalah dan setuju untuk menjemput putra Paris. Selama ini anak itu tinggal bersama pengasuh di bawah perlindungan hukum. Biasanya Paris hanya diijinkan untuk berkunjung tanpa boleh mengajak anak itu keluar bersamanya."Aku tidak mau menangani bocah yang masih mengompol." Sidney tetap bersikeras tidak mau ikut campur jika nanti Susan mendapat masalah."Anak laki-laki tujuh tahun sudah tidak kencing di celana lagi, Sidney!"Kadang Susan juga masih kesal dengan sifat egois suaminya yang bisa sangat tidak masuk akal, Dia mau memiliki banyak anak tapi tidak mau repot mengurusi anak-anak."Kita harus melihatnya dulu siapa tahu nanti kau juga akan menyukaianya!"Susan memencet bel pintu sementara Sidney masih berdiri di undakan tangga paling bawah nampak tak berminat untuk ikut masuk. Sidney benar-benar lebih suka disuruh menunggu di dalam mobil dari pada ikut berbasa-basi seperti yang diajarkan Susan."Ingat kau cukup tersenyum j
Samar-samar aku masih ingat seperti apa rasanya ketika dia masih berada di dalam tubuhku dan apakah sekarang ternyata aku merindukannya?......................................................................Senin 16 January 2017Aku bangun seperti biasanya dan berharap segera bersiap untuk berangkat ke kantor. Hari Senin adalah hari yang paling membuatku bosan, selain karena masih merasa weekend yang kurang rasanya juga masih terlalu jauh untuk bisa sedikit bersantai lagi.Tapi pagi itu aku masih malas bergerak karena tiba-tiba kepalaku sakit sangat sakit, tidak seperti biasanya. Aku tidak pernah merasakan sakit kepala seberat itu sebelumnya. Rasanya sampai kakiku mengejang dan kucengkram kepalaku sendiri agar tidak terbelah. Aku sempat berpikir mungkin akan mati saat itu dan sangat khawatir jika keluargaku juga tidak akan pernah tahu apa penye
Namaku Susan, dulu aku bekerja sebagai sekertaris dewan direksi di sebuah perusahaan farmasi ternama. Banyak teman seangkatanku yang menganggapku beruntung dengan jenjang karirku yang luar biasa cepat di perusahaan. Tapi taksedikit pula yang iri dan lebih suka berpikiran picik bahwa aku hanya sekedar memanfaatkan kelebihan fisikku untuk menggait perhatian atasanku.Aku memang selalu ikut serta dalam meeting-meeting penting perusahaan, bepergian keluar kota bahkan keluar negeri adalah hal biasa yang kujalani. Orang kadang memang sering memiliki pikiran negatif saat melihat wanita muda berkarir dengan mudah. Tapi sepertinya juga tidak perlu kujelaskan kepada semua orang tentang prinsipku dalam menjaga diri. Cukup hanya dengan dukungan dan kepercayaan dari kedua orang tuaku, karena bagiku hanya pendapat mereka yang penting.Keluargaku juga sudah tahu jika aku memiliki hubungan yang sudah sangat stabil dengan salah seorang ma
Eric benar-benar membawaku pulang, dan aku masih memilih diam tak mengajaknya bicara sama sekali. Bahkan saat satpam apartemenku menyapa, kubiarkan Eric yang melambai dan menjawabnya. Dia juga tidak bicara apa-apa padaku sampai kami kembali ke dalam apartemen.Aku tidak tahu apa yang dicari Eric di dalam lemari pendingin, mungkin dia juga lapar sama sepertiku. Tentu karena kami ada di satu kepala pastinya kami juga merasakan hal yang sama, bahkan sampai sekarang aku masih merasa aneh tentang hal ini. Kubiarkan Eric terus bergerak dan aku sama sekali tidak ingin ikut campur karena jujur aku sempat penasaran juga dengan apa yang dia lakukan terhadap tubuhku selama hampir dua tahun ini.Aku baru tahu jika ternyata Eric juga mengisi cukup banyak makanan di lemari pendinginku, sesuatu yang bahkan dulu tidak pernah kul
"Bangun. Susan! tau aku akan menciummu! "'Sial!'Aku segera terkesiap bangun karena mengira benar-benar ada pria di dekat wajahku. Aku sempat melihat ke sekeliling sebentar dan berharap hidupku akan kembali normal, sampai kemudian kudengar lagi suara Eric dari dalam kepalaku."Kapan kau akan enyah dari kepalaku!""Akhirnya kau kembali bicara," ejeknya dengan cukup puas.Sepertinya hari masih pagi dan aku sudah kembali dibuat kesal."Bisakah kau menyingkir sejenak, aku butuh waktu untuk menjalani rutinitas pagiku." Bagaimanapun aku perlu mandi dan ke toilet."Kau tahu aku tidak bisa ke mana-m
Aku tidak tahu bagaimana lagi harus menghubungi orang tuaku. Sudah dua kali kuperiksa daftar kontak di HP-ku dan sama sekali tidak kutemukan satupun nomor keluargaku. Memangnya apa saja yang dilakukan Eric selama dua tahun ini terhadap hidupku?"Benda tak berguna!"Ingin kulempar benda itu tapi Eric mencegahku. Ingat dia tetap lebih kuat untuk mengendalikan tubuhku dan aku jadi tak berdaya."Memangnya apa yang bisa kau lakukan selain merusak hidupku!" aku berteriak padanya.Aku benar-benar marah tapi tidak tahu bagaimana harus membalas semua perbuatannya itu. Aku tahu ini baru sebagian dan aku belum sempat memikirkan yang lainnya. Aku sudah kehilangan pekerjaan dan orang tuaku, aku belum mau memikirkan yang
Aku tidak tahu kapan Eric akan enyah dari kepalaku, sedangkan tiga hari saja dia sudah menghancurkan begitu banyak hal dalam hidupku. Sekarang aku tidak tahu kabar keluargaku, kehilangan karir yang sudah susah payah kubangun, ditinggal bertunangan oleh pria yang kucintai, dan semua itu karena Eric Northman!Rasanya layak sekali jika aku masih ingin mengutuknya menjadi batu.Eric coba mengajakku bicara dari pagi, tapi aku masih mengabaikannya karena kesal. Kusibukkan diriku untuk memikirkan hal lain dan menganggapnya tidak ada. Aku tahu dia tidak suka diacuhkan dan anggap saja itu sebagai sedikit hukuman atas perbuatannya, mengingat aku juga tidak dapat memukul atau mencakar wajahnya jika sedang kesal. Sebenarnya hukuman ini tetap tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan apa yang sudah dia perbuat terhad
Aku senang Eric melaksanakan kata-katanya untuk tidak mencampuri hidupku, sehingga pagi ini rasanya aku seperti mendapatkan pagi yang normal tanpa suara Eric Northman di kepalaku.Baru kali ini sepertinya aku juga mulai memperhatikan detail kamarku yang ternyata sudah banyak berubah. Eric hampir membuang semua pernak-pernik di meja riasku. Sempat terpikirkan seperti apa penampilanku beberapa tahun ini. Bahkan setelah kubongkar-bongkar isi laci ternyata sama sekali tidak ada jenis skin care apapun seperti yang biasanya aku pakai. Hanya ada makeup standar seperti bedak lipstik pensil alis dan ikat rambut. Segera kuperiksa wajahku di cermin sekedar memastikan Eric juga tidak merusaknya. Kutepuk-tepuk pipiku beberapa kali sekedar untuk memastikan lagi. Beberapa hari ini aku memang kurang memperhatikannya karena terlalu sibuk dengan urusan Eric Northman yang tiba-tiba ada di kepa