BACAAN DEWASA! Fantasi, misteri, roman komedi dikemas jadi satu dalam cerita ini. Susan nyaris gila ketika terbangun di pagi hari dan mendapati ada suara orang lain di dalam kepalanya yang mengaku bernama Eric Northman. Siapa Eric Northman? Bagimana tiba-tiba Susan harus berbagi tubuh dengan seorang pria? Ternyata sudah hampir dua tahun Eric berada di dalam tubuh Susan dan menjalani kehidupanya dengan kacau. Sangat kacau sampai Susan nyaris gila ketika kembali ke dalam tubuhnya dan mendapati semua kehidupannya sudah hancur. Eric Northman telah menghancurkan, karir, keluarga, serta percintaannya. Tapi Susan tetap harus hidup berbagi tubuh dengan Eric, suka atau tidak suka. Tidak ada hari tanpa bertengkar, namun siapa yang menduga jika ternyata akhirnya Susan tetap rindu ketika Eric yang cerewet itu tiba-tiba menghilang dari kepalanya. Apakah Susan bisa menemukan lagi Eric nya di dunia nyata? Lantas kemana saja susan selam hampir dua tahun ini? Banyak sekali misteri yang harus dia temukan jawabanya...!
View MoreSamar-samar aku masih ingat seperti apa rasanya ketika dia masih berada di dalam tubuhku dan apakah sekarang ternyata aku merindukannya?
......................................................................
Senin 16 January 2017
Aku bangun seperti biasanya dan berharap segera bersiap untuk berangkat ke kantor. Hari Senin adalah hari yang paling membuatku bosan, selain karena masih merasa weekend yang kurang rasanya juga masih terlalu jauh untuk bisa sedikit bersantai lagi.
Tapi pagi itu aku masih malas bergerak karena tiba-tiba kepalaku sakit sangat sakit, tidak seperti biasanya. Aku tidak pernah merasakan sakit kepala seberat itu sebelumnya. Rasanya sampai kakiku mengejang dan kucengkram kepalaku sendiri agar tidak terbelah. Aku sempat berpikir mungkin akan mati saat itu dan sangat khawatir jika keluargaku juga tidak akan pernah tahu apa penyebab kematianku. Karena yang mereka tahu putri mereka cukup sehat selama ini.
Aku menggelinjang menendang-nendang selimut sampai punggungku terasa kaku dan tebal ketika tiba-tiba mataku padam dan aku seperti hilang setelah itu.
Aku tidak ingat, tidak ingat apa-apa ... bahkan aku tidak tahu itu sebentar atau lama. Karena saat aku kembali bangun kulihat tirai di kamarku sudah berganti warna lebih gelap bahkan bunga lily yang ditanam ibu di balkon juga sudah berbunga. Artinya ini musim panas, bukan January yang penuh hujan lagi. Segera aku bangkit dan meraih kalender dari atas meja, kubolak-balik kalender tersebut karena bingung. Aku tidak ingat kapan pergantian tahun, kenapa ada kalender tahun 2018 di meja kamarku?
Buru-buru kuambil ponsel yang juga tergeletak di atas meja, sekedar ingin tahu ini hari apa. Sampai harus kukucek mataku beberapa kali hingga benar-benar yakin jika hari ini adalah tanggal 17 Juni 2018. Segera kuletakkan kembali benda tersebut dengan setengah melemparnya ke atas kasur. Aku panik, bingung, dan agak takut!
Sekali lagi kupastikan jika kepalaku sudah tidak sakit lagi.
Aku segera berjalan ke kamar mandi berharap untuk mengguyur kepala dengan air dingin dari shower. Seperti biasa aku berdiri di depan cermin sambil melepas pakaian saat tiba-tiba mendengar suara lain meneriakiku.
"Jangan lihat! " katanya seolah melarang untuk menatap diriku sendiri di cermin.
"Tolong hentikan, jangan lihat! " triaknya dengan nada hampir frustasi.
"Siapa kau ini? " tanyaku bingung sambil menoleh ke belakang dan tidak kutemukan siapa-siapa.
Kembali aku melihat ke depan cermin dan tiba-tiba aku malah memejamkan mata dengan sendirinya seolah menolak untuk melihat diriku sendiri. Mataku terpejam sendiri dengan sangat erat dan tidak bisa kubuka.
"Hentikan apa yang kau lakukan!" kataku setelah cukup sadar bahwa bukan aku yang melakukan hal itu, bukan aku yang memejamkan mata?
"Buka mataku lagi! sungguh aku tidak bisa melihat apa-apa! " aku mulai marah dan menggapai apa saja dari atas meja wastafel untuk memukul walau masih tidak tahu siapa yang harus kupukul. Baru lah setelah itu dia membuka mataku.
Kupikir aku sudah gila, karena sepertinya baru saja bicara dengan diriku sendiri. Kembali kuperiksa tubuhku dan tidak ada yang salah. Baru kemudian coba kucari lagi sesuatu di dalam kepalaku dan saat itu tiba-tiba dia menyapa.
"Hay, Susan.... "
Spontan aku terlonjak hingga lututku terbentur tepian wastafel, meringis nyeri kesakitan sambil masih melompat dan berjinjit-jinjit.
"Siapa kau?"
Mataku nyalang melihat ke sekeliling padahal aku yakin suara itu juga berasal dari kepalaku.
"Aku Eric," katanya kemudian, "tolong jangan terkejut dulu."
'Gila, dia coba mengingatkanku ....'
"Aku tidak gila, namaku Eric, ingat saja itu dulu! "
"Siapa kau berani sekali memerintahku? "
"Aku adalah orang lain di kepalamu."
'Oh, pasti aku sudah benar-benar gila!' Sampai kupukul-pukul kepalaku sendiri beberapa kali.
"Jangan lakukan itu, karena itu juga menyakitiku."
"Aku tidak peduli siapa namamu, cepat enyahlah dari kepalaku! " teriakku cukup lantang.
"Aku tidak bisa,"pasrah suara itu.
"Memang siapa kau ini? jin, setan toilet atau apa? "
"Namaku Eric."
"Omong kosong, pasti kau setan yang coba menipuku, ayo cepat keluar aku tidak mau menampungmu!"
Seumur hidup aku tidak pernah percaya ada orang yang bisa kerasukan setan tapi kali ini aku lebih suka berpikir demikian karena aku tidak ingin menganggap diriku sendiri gila karena tiba-tiba ada orang lain yang juga berbicara di kepalaku.
"Aku juga bingung sepertimu ketika pertama kali."
"Tunggu, apa maksudmu dengan pertama kali? " buru-buru aku meralat dengan curiga.
"Aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba terbangun di tubuhmu."
"Memang kau siapa? "
"Eric."
Tiba-tiba aku merasa bodoh karena berulang kali harus mendengar jawaban itu.
"Baiklah Eric, kenapa kau ada di tubuhku? " tanyaku pelan-pelan karena sepertinya perkara ini tidak akan kunjung usai jika kami terus berdebat. Tak perduli seberapa anehnya ini, yang jelas aku sedang mengajak kepalaku sendiri untuk berbicara.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja aku menemukan diriku bangun dan sudah berada di tubuhmu."
Rasanya tetap sama sekali tidak memberiku jawaban apa-apa dan bagaiman mungkin bisa ada dua orang di dalam satu tubuh.
Kupejamkan mataku sejenak untuk berpikir lebih jernih, karena ada dua orang di kepalaku, tiba-tiba rasanya agak sesak.
"Jangan tidur!" tegurnya.
"Aku berpikir bukan tidur! " bentakku merasa jengkel.
"Tolong, Eric, keluarlah dari kepalaku."
"Aku tidak bisa," sesalnya____"Bahkan aku sudah mencobanya cukup lama."
'Oh ....'_______ "Katakan sejak kapan kau ada di kepalaku? " Tiba-tiba aku baru ingat bagaimana tahun-tahun itu menghilang dariku.
"Mungkin Januari 2017, aku tidak terlalu ingat tanggal tepatnya karena saat itu aku juga sama paniknya, sepertimu saat ini. "
Kata-katanya terdengar lebih tenang karena sepertinya dia memang sudah jauh lebih berpengalaman menghadapi situasi seperti ini.
"Berarti kau mengambil alih tubuhku!" tuduhku dengan lantang.
"Itu juga bukan kemauanku sendiri. "
Berarti selama ini dia yang ada di kepalaku, dia juga yang mengatur hidupku, lantas aku di mana?
Berbagai pikiran mengerikan seketika mencengkram kepalaku. Masih kudekap dada telanjangku dan terduduk di atas penutup toilet untuk berpikir. Apa dia tahu jika aku sedang memikirkannya seperti ini, apa dia hanya tahu jika akun mengucapkannya di kepalaku. Kupikir mungkin aku sudah gila karena coba membicarakan orang lain di dalam kepalaku.
Aku masih diam sampai cukup lama, karena tidak ingat kapan kepalaku terbentur, atau jatuh, atau apa pun yang bisa mengakibatkan otakku trauma?
Semua ini tidak masuk akal dan membuatku gila.
"Sampai kapan kau akan duduk di toilet? " tanya suara lain di kepalaku.
"Memangnya apa urusanmu, ini tubuhku! " bentakku karena merasa kesal.
"Kau harus segera berangkat ke kantor. "
Hah! Bahkan dia coba mengingatkan rutinitasku.
"Apa kau juga bekerja untukku? " tanyaku kemudian.
"Seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah mengerjakan semua tugasmu. "
Omong kosong! "Kenapa aku harus berterimakasih dengan orang yang sudah merampas tubuhku!"
Aku segera bangkit untuk menuju ke bilik shower.
"Sudah kubilang jangan melihat ke cermin," dia coba kembali mengingatkan.
"Memang apa urusanmu!"___ "Aku tidak suka diatur-atur dengan orang yang hanya numpang di tubuhku!"
"Kau tidak memakai pakaian," katanya kemudian dan sepertinya aku baru sadar.
"Kau laki-laki!" buru-buru kudekap tubuhku sendiri, karena aku juga baru ingat dia berulang kali menyebut namanya Eric, tidak ada perempuan bernama Eric.
'Oh Tuhan, apa-apaan ini!' Kulihat tanganku sendiri dan dia sepertinya juga melakukan hal yang sama terhadap tubuhku.
"Kau menyentuhku!"
"Kau sendiri yang melakukannya."
"Kau juga!" teriakku.
Rasanya semakin mengerikan dan sepertinya lebih baik aku gila saja.
"Asal jangan melihat ke cermin, aku tidak ingin melihatmu tanpa pakaian."
"Omong kosong! Bahkan kau sudah menyentuh tubuhku setiap hari! "
Sepertinya kali ini aku menangis dan benar-benar menangis karena pemikiran itu tiba-tiba sangat melukaiku. Bagaimanapun aku gadis baik-baik yang tidak pernah melampaui batas dalam pergaulan dan tiba-tiba sekarang aku mengetahui bahwa tubuhku sudah biasa dia pegang-pegang sesuka hati oleh seorang pria. Aku merasa sangat dilecehkan sebagai seorang wanita. Dilecehkan oleh seorang pria yang tidak tahu bagaimana aku harus menyebutnya, karena dia juga ada di dalam kepalaku.
Aku masih menangis dan dia tidak bicara lagi, sepertinya aku senang akhirnya ia membiarkanku sendiri.
"Maafkan aku," katanya setelah cukup lama dan aku mulai tenang kembali.
"Aku benci seperti ini, aku membencimu! "
Akhirnya Sidney mengalah dan setuju untuk menjemput putra Paris. Selama ini anak itu tinggal bersama pengasuh di bawah perlindungan hukum. Biasanya Paris hanya diijinkan untuk berkunjung tanpa boleh mengajak anak itu keluar bersamanya."Aku tidak mau menangani bocah yang masih mengompol." Sidney tetap bersikeras tidak mau ikut campur jika nanti Susan mendapat masalah."Anak laki-laki tujuh tahun sudah tidak kencing di celana lagi, Sidney!"Kadang Susan juga masih kesal dengan sifat egois suaminya yang bisa sangat tidak masuk akal, Dia mau memiliki banyak anak tapi tidak mau repot mengurusi anak-anak."Kita harus melihatnya dulu siapa tahu nanti kau juga akan menyukaianya!"Susan memencet bel pintu sementara Sidney masih berdiri di undakan tangga paling bawah nampak tak berminat untuk ikut masuk. Sidney benar-benar lebih suka disuruh menunggu di dalam mobil dari pada ikut berbasa-basi seperti yang diajarkan Susan."Ingat kau cukup tersenyum j
Sidney sudah tidur ketika Susan pelan-pelan mengambil buku harian Jessy dari dalam laci. Sidney tidak suka jika Susan membaca buku itu karena biasanya Susan malah jadi menangis setelah membacanya dan Sidney tidak suka melihat Susan bersedih untuk sesuatu yang menurutnya percuma. Tapi tetap saja Susan sering diam-diam membacanya, Jessy memiliki tulisa yang sangat rapi sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Membaca buku harian Jessy membuat Susan serasa ikut mengenal saudarinya meskipun mereka tidak pernah bertemu.***Jessy 12 Maret 2016***Bukannya aku tidak mau tinggal di kampung halama Paris, tapi aku sudah pernah mencobanya dan tidak bisa. Paris adalah orang yang sering bepergian dengan segala kesibukan pekerjaannya yang luar biasa. Paris juga melarangku bekerja lagi sejak kami menikah, sering kali aku merasa bosan ketika harus tinggal sendiri di rumah besarnya. Aku juga tidak punya teman atau keluarga di sana, semua yang kukenal adalah teman-teman Paris dan ling
Susan memperhatikan Sidney yang masih tertidur dan menyentuh bibir penuhnya yang sedikit terbuka. Ternyata pria seperti Sidney juga bisa nampak lucu ketika sedang tertidur dan Susan menyukainya karena jarang-jarang Sidney mau diganggu."Apa yang kau lakukan!" tegur Sidney yang ternyata sudah terbangun."Tidak ada," acuh Susan segera pura-pura mengabaikannya."Kemari kau!""Ao..!" Susan memekik kaget karena Sidney balas memukul bokongnya.Mereka masih sama-sama belum berpakaian sejak selesai bercinta tadi malam dan Tiba-tiba saja Sidney sudah kembali menerjang masuk dan menderanya."Sidney, ingat kau punya janji dengan Notarais pagi ini!"Susan coba mengingatkan tapi Sidney tetap mengabaikanya karena Susan memang bisa sangat cerewet meskipun sedang ia setubuhi. Gilanya Lagi Susan masih sempat meraih ponsel dan membalas pesan."Buang benda itu, Susan!" Sidney langsung membalik tubuh Susan dan merampas ponsel terkutuk itu dari tan
JESSY... Saat pertama kami bertemu dia adalah pemuda yang rupawan, berulang kali dia bertanya bagaimana untuk mendapatkan wanita sepertiku dengan sangat terus terang dan sedikit tidak tahu malu."Masukilah hatinya, maka kau akan mendapatkan segalanya," kataku saat menatap Netra biru gelapnya yang dalam ketika kami duduk di meja bar dan yakin pria tampan itu belum mabuk untuk merayuku. Aku tahu jika Paris Parker adalah pria yang cukup percaya diri untuk mendapatkan apapun keinginannya."Sebutkan apa saja yang bisa kudapatkan, setelah itu? " bisiknya saat mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Love, loyalty, dan keberanian !" Walapun setiap hari aku bekerja di antara para wisatawan asing tapi memang tidak akan pernah kubiarkan diriku terlibat dengan mereka dalam urusan asmara. Namun sepertinya pengecualian utuk seorang Paris Parker, pria yang telah dengan begitu berani berlutut di depanku dan memohon untuk menjadikanku miliknya.
Seorang pengurus rumah menemukan Paris Parker sudah terduduk kaku takbernyawa dengan bekas lobang peluru si pelipis kanannya. Tangan kanana masih memegang pitol dan sebuah ponsel terjatuh di lantai tak jauh dari tempat dududknya. Sebuah buku harian milik Jessy yang juga baru Paris temukan dari dalam laci masih terbuka di atas meja karena sepertinya pria itu juga belum selesai membacanya dan sudah tidak tahan.Pihak kepolisian menghubungi Sidney parker sebagai satu-satunya keluarga Paris. Sidney dan Susan juga langsung terbang ke Bali hari itu juga. Pihak kepolisian meminta Sidney untuk memutuskan bakal di makamkan di mana jenazah saudaranya. Sebenarnya Sidney sendiri juga tidak tahu karena hubungan mereka selama ini memang tidak seperti layaknya keluarga, tapi Susan yang langsung menyela dan minta agar Paris dimakamkan di samping saudarinya. Pihak kepolisian juga memberikan buku harian Jessy kepada Susan dan memberi tahu Sidney jika akan ada notarais dari Paris Parker yang ak
"Oh, Sayang apa yang kau pikirkan?" tanya Sidney pada wanita yang sedang berbaring di bawah naungan tubuhnya tapi entah pikiranya sedang melayang berada di mana."Tidak ada," bohong Susan sambil menggeleng saat Sidney menyentuh bibirnya dengan ibu jari."Aku bisa sangat cemburu jika kau memikirkan pria lain," sarkas Sidney yang sebenarnya juga tahu jika Susan sedang memikirkan Parish yang baru saja menelponya.Sidney merunduk untuk mencium Susan dan tetap bersikeras menahan wanita itu dalam ciumanya meskipun Susan agak enggan untuk menaggapinya."Sungguh aku mencemaskan Parish." Akhirnya Susan terus terang ketika tiba-tiba mendorong Sidney untuk berhenti sejenak."Sudah kubilang jangan memikirkan pria lain, apa lagi brengsek itu!" Sidney terdengar marah."Aku serius, sungguh perasaanku sedang tidak enak." Susan beringsut dari naungan tubuh Sidney dan kembali merapikan gaun tidurnya."Kau mau ke mana?"Sidney melihat Susan berja
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments