Share

Peluru Misterius

Penulis: Secret Dita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-30 23:22:21

Pundak Zerikyu merosot dalam helaan napas berat. Kedua tangannya menekan wajah, sementara ada air mata yang memaksa terjun bebas. Keraguan Milky benar adanya. Zerikyu benar-benar tidak berpikir untuk beristirahat apalagi berhenti.

"Yang buruk-buruk mulu yang dateng, sialan!" Zerikyu meracau. Kepalan tangannya meninju-ninju paha.

Ada mimpi sang mama, yang harus dia wujudkan. Ada janji pada mamanya, yang harus dia tepati. Namun, tidak banyak waktu yang tersisa untuk keduanya. Tanpa sepengetahuan Reanna, Zerikyu diberitahu dokter bahwa tingkat keberhasilan operasi mamanya minim.

Menutupi luka dalam diam. Zerikyu mempersiapkan diri untuk menerima yang terburuk. Mini konser kemungkinan besar adalah hadiah terakhirnya untuk mama. Selepas itu, Zerikyu akan melapangkan hati dan melepaskan mamanya pada takdir.

Meski nyatanya, kita tidak akan pernah siap akan perpisahan.

Namun sekarang, dunia seolah memberikannya pilihan terburuk dari rentetan takdir buruk. Zerikyu menegakkan punggung. Menarik kembali air matanya yang tumpah. Sudah cukup. Dia puas dengan tangis singkat yang tak membuahkan jawaban.

Zerikyu mengernyitkan dahi. Jarum jam tangannya menunjukkan pukul 11.45 CET1. Apa dirinya pergi ketika malam sudah sangat larut? Padahal Rikyu kira, dia pergi sekitar jam sembilanan. Langit malam yang cerah rupanya pandai mengelabui.

Astaga, itu tidak penting. Milky pasti bakal mencarinya sampai fajar dan melewatkan tidur. Zerikyu segera merogoh ponsel di saku baju dan berniat menenangkan pacarnya itu.

Benar saja. Panel notifikasi membludak kala ponselnya bunyi. 119 panggilan tak terjawab dari Milky. 90 dari Skyder. 42 dari Elizabeth. Dosen panitia dan teman-teman sejurusannya pun banyak yang menghubungi.

"Kakak! Jawab! Di mana!"

"Kakak mau liat aku bunuh diri di pohon toge, hah!"

"Kak Rikyu! U R SUCH A JERK! BALES JELEK!"

"Jawab telepon atau aku kawin lari sama Skyder!"

Spam chat dari Milky tak terelakkan lagi membludak. Namun, Zerikyu justru kelepasan terbahak, kemudian buru-buru menutup mulutnya sendiri. Ia menengok kanan-kiri, memastikan tak ada orang yang menganggapnya gila. Sebenarnya, Zerikyu memang merasa gila.

Baru beberapa detik yang lalu Zerikyu menangis layaknya bayi, sekarang tertawa tanpa beban. Milky benar-benar memberi efek yang aneh di hidupnya. Ia selalu berhasil membuat Zerikyu melupakan beban dunia yang kejam. Tak ayal, kenapa Zerikyu begitu menyayangi gadis itu.

Kenginan Zerikyu adalah mendekap keberadaan Milky dalam dunianya, hingga akhir hayat.

Tangan Zerikyu tiba-tiba bergetar. "Waduh!"

Panggilan susulan dari gadis yang memenuhi pikirannya datang lagi. Zerikyu menelan ludah, bersikap setenang mungkin.

"Iya, halo, Sayangku. Aku baik-baik aja, cuma pengen waktu sendiri. Kamu tidur duluan ya, maaf bikin kamu cemas," ujar Zerikyu. Desahan lega Milky sampai ke telinga pria itu.

"Gimana bisa aku tidur duluan, sementara kakak kayak gembel!"

Zerikyu langsung mengendarkan pandangan ke sekitar. Dan, di sanalah Milky. Tubuh kecilnya berada di tengah-tengah area tertutupi kegelapan. Kemudian perlahan muncul saat secerca cahaya lampu halaman mendapatinya berjalan mendekat.

Sambil menenteng jaket tebal, Milky menaiki anak tangga dan bergeming sesaat di depan Zerikyu. Tanpa kata, Milky menautkan jaket itu ke tubuh Zerikyu, lalu berlutut di hadapannya. Sekaan lembut sebuah tisu menyapu kulit pipi Zerikyu. Milky tak membiarkan adanya sisa air mata.

Tulang pipi Zerikyu dibuat naik. Ia jadi semakin bisa menatap dalam Milky. Gemas. Sangat menyenangkan.

"Jangan pernah keluyuran sendirian lagi." Milky mulai bicara. Selesai mengelapi, Milky memasukkan bekas tisu itu ke dalam saku jaketnya.

"Kakak cuma takut gak bisa kontrol diri," ungkap Zerikyu.

"Tapi, aku gak takut apa pun, termasuk kakak. Aku juga gak bakal biarin kakak sakitin aku," tegas Milky.

"Hm ... Milky-ku keren mulu." Zerikyu melipat bibirnya. " ... So, I'll try my best to control my self."

Senyum Milky merekah. Kalimat sederhana itu membuatnya bangga.

"Kamu kok tau aku di sini?" tanya Zerikyu. Ia memutar pundak Milky, mendorongnya pelan supaya terduduk. Kedua tangannya mengalungi leher gadis itu dari belakang, sementara tubuhnya sedikit maju dan menjelma jadi sandaran yang hangat.

"Kakak suka tempat yang sepi kayak kuburan. Karena aku gak tau di mana kuburan di Ljubljana, udah pasti kakak di sini," beber Milky.

"Bohong," Zerikyu menerka. "Pasti kamu ngelakuin hal yang lebih dari itu."

"Haha, bener. Aku ngecek CCTV kota. Emang dasar kakak kurang ajar!" omel Milky.

Sejenak, mereka tertawa bersama. Sayangnya, Zerikyu tak bisa menghindar lagi pada desakan dari pikirannya sendiri. Masa depan tampak begitu kosong. Bagai sebuah ruang kubus yang bisu dan tuli. Di mana di sekitarnya hanya tembok tanpa pintu.

"Aku harus gimana ya, Yang?" Zerikyu menghela napas berat.

Pun Milky sama teririsnya mendengar pertanyaan putus asa. Namun, Zerikyu butuh wadah yang kokoh. Tempatnya dapat berbagi beban, tanpa saling membebani. Memilih bukan perihal yang mudah, tapi satu yang Milky percaya. Kita senantiasa yang jadi membuat pilihan.

"Kak?" Milky memainkan jari-jemari Zerikyu yang lebih lentik darinya. Ia tersenyum simpul, menyadari betapa berharganya pemberian Tuhan. Bahkan, Tuhan Maha Baik sekali menaburkan serbuk-serbuk keajaiban dan membuat Zerikyu bisa menyentuh hati banyak orang lewat melodi yang dialunkan jari-jari elok ini. Milky merasa terhormat karena jadi saah satu di antara mereka. Dan jujur, ia tidak ingin dunia kehilangan Zerikyu.

"Hm?" Kepala Zerikyu sedikit mengintip dari samping, penasaran suara gadisnya tak terdengar lagi. "Kok diem?"

"Kakak yakin, mama bakal bahagia kalau tau mini konser itu beresiko tinggi?"

Zerikyu menengadah. "Enggak," Dadanya naik dengan berat. "Kalau pun mini konser harus batal, kakak gak tau gimana caranya. Apa yang mesti kakak omongin ke mama? Ngasih tau kondisi buruk kakak? Itu sama aja nganterin mama ke langit lebih cepet." Zerikyu menimpali.

"Sulit ya, kak? Tapi, kakak punya aku. Dan, seorang Milky punya banyak jalan keluar," Milky bersemangat.

Saking gemasnya, Zerikyu menarik kedua sisi pipi Milky. "Emangnya kamu punya cara apa, sih?"

"Tenang aja, aku gak bakal nyuruh kakak adain kakak main piano bohongan. Dosa bohongin orangtua, nanti kena azab, brrrr!" Milky bergidik sendiri membuat Zerikyu langsung tertawa lepas.

"Gini-gini, kita ubah durasi sama jalan cerita mini konsernya. Daripada kakak mainin belasan lagu berjam-jam, kakak bisa main sekitar lima menit aja kayaknya gak masalah, deh. Abis itu, lanjut ke pertunjukkan musikal dan kakak tetap jadi maincharacter-nya. Kakak kalau nyanyi gak ada obat!" cetus Milky.

"Wah ...."

"Gimana?"

"Problem solved." Zerikyu langsung mengeratkan dekapannya, lalu mengecup puncak kepala Milky.

"Argh! Gak mau kehilangan kamu pokoknya!" lontar Zerikyu sambil berasik ria mengayunkan tubuh bersama.

"Hehe, udah ayo pulang! Merinding aku tengah malem di sini." Milky melepaskan diri dan berdiri, disusul Zerikyu.

Genggaman Zerikyu dan Milky bertaut mesra ketika hendak turun. Baru satu anak tangga terlewati, Skyder dan Elz berlari ke arah mereka.

"Abang!" teriak Skyder. Belum juga bocah itu sampai, Zerikyu mendadak memelesat lebih dulu ke Skyder. Kerah Skyder ditarik kencang, sementara Milky dan Elz terbelalak. Hanya tatapan Zerikyu saja yang menyalang.

Skyder kaget setengah mati seperti maling yang kepergok warga. "Bang ...?"

"Janji gak kawin lari?" ucap Zerikyu. Bicaranya mengancam dengan bibir kerucut. Maksudnya biar kelihatan sangar, sayang sekali wajah bayinya tak mendukung.

"Berengsek lu, Bang!" Skyder meninju pelan dada Zerikyu dan cengkeraman di kerah Skyder pun mudah terlepas.

"Ahahaha!" Semua yang berada di sana terbahak-bahak, melebur dalam candaan singkat. Namun, tawa berhenti tepat di detik ketiga.

Dentuman keras mengguncang malam, disusul reruntuhan kaca yang membawa sesuatu yang bernyawa.

"Aaaa!" Para gadis menjerit. Zerikyu langsung menarik lengan Milky ke belakang punggungnya.

Semua membeku di bawah sinar purnama tepat saat sesuatu terjadi di dekat mereka. Pelupuk mata setiap orang menangkap apa yang terjauh dari ketinggian. Tubuh manusia. Cairan merah kental merembes keluar dari tubuh pria dewasa itu, kemudian lambat laun menuruni anak tangga.

"B-bang?"

"Sssst!" Zerikyu mengarahkan telapak tangannya ke Skyder. Sebuah aba-aba untuk bersabar sebelum memastikan bahwa mereka benar-benar tidak sedang berada dalam mimpi buruk.

Elz sudah menghambur ke Milky. Keduanya mengamati sembari saling menggenggam.

Sebelum darah mencapai ujung kaki Zerikyu, ia lantas menghampiri pria yang dilihatnya pagi hari tadi, si Penjaga Museum. Zerikyu setengah berjongkok, memindai sekujur tubuh bapak bertanda nama William Maddison. Pecahnya tengkorak kepala William bukan satu-satunya penyebab kematian. Zerikyu menemukan pendarahan juga mencuat dari luka tembak berdiameter 22 kaliber di dada.

"Me-me-meninggal?" tanya Elz lirih. Wajahnya terbenam ketakutan di bahu Milky. Skyder mendengus emosional. Ia menyambar jaket Zerikyu yang asal tertaut, kemudian digunakannya untuk menutupi jasad William. Ini akan menimbulkan trauma panjang bagi Elz, dan Skyder membenci itu. Sampai di mana kekacauan ini berhenti? Sahabatnya sakit, orang asing meregang nyawa di hadapannya, lalu apa setelah ini?

"Telepon polisi dan tunggu di sini sampai mereka dateng," kata Zerikyu. Ia melempar pandangan berburu ke Skyder. "Pelakunya belum jauh, ayo!"

"Gue lewat kiri, lo ke kanan. Kita cegat di pintu emergency, dia pasti lewat sana." instruksi Zerikyu.

"Hati-hati!" Bibir Milky sebenarnya kelu mengucapkan permohonan mendadak itu sebab ada perlawanan di benaknya. Ia ingin Zerikyu tetap di sini, bersamanya, dengan aman. Namun di sisi lain, Milky tak bisa begitu saja menganggap remeh naluri laki-laki.

Zerikyu tersenyum. Lagi dan lagi ... sorot mata yang meneduhkan.

"Aku bakal balik." Zerikyu menandaskan. Ia dan kawannya lantas berlari di jalan yang terpisah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Ready?

    “Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri.” Althar menggeser dari podium.Ia mantap melanjutkan. “Saya Althar Dominic, Grandmaster dari Marionette Theater School,“ ucapnya sembari membungkukkan setengah badan.Decak kagum menguar. Mata mereka membulat. Sulit percaya bagaimana pria semuda itu bisa bergelar Grandmaster yang mana posisi tertinggi. Mereka saling menebak berapa sesungguhnya umur Althar. “Jangan-jangan beliau udah empat puluhan?” “Yang bener aja, mukanya gak berkerut sama sekali.” “Dia ikut pendidikan yang cepet itu kali, apa sih namanya?” “Akselerasi.”Sahut-menyahut berakhir saat Althar menegak dan mengarahkan telapak tangan ke belakang.“Di belakang saya ada Elizabeth dan Skyder selaku master orkestra. Kalian tahu apa itu orkestra?”Tiga detik hening. Murid-murid berpandangan bingung. Tak lama kemudian, Elizabeth mengambil biola di belakang kursi, lalu mulai menggesek. Alunan melodi membulatkan semua pasang mata. Beberapa orang menangkup mulut tidak percaya.“What

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Opening

    “Sekarang.” Zerikyu mengomando dari gerbang utama Marionette seiring mendekatnya sek. Mini earphone yang tertaut di satu telinganya terkoneksi dengan headphone Milky di ruang kontrol. Milky menoleh sebentar pada Skyder di belakangnya. Skyder menekan saklar. Tulisan “MARIONETTE THEATER SCHOOL” berjalan dihiasi lampu warna-warni di dalam kotak persegi panjang yang menempel di atas gerbang. “Welcome to Marionette Theater School. Di sini adalah tempat pembinaan untuk menggabungkan seni peran dengan suatu hal yang baru yaitu ... musik.” Lewat speaker, tutur kata Milky yang bulat dan mendayu Milky membuat orang-orang terkesima. Beberapa di antara mereka saling berpandangan. Bertanya-tanya apa maksud dari satu kata asing yang baru saja disebutkan. “Musik? Apaan tuh?” “Mumgkin budaya asing dari suku pedalaman?” “Hahaha, kepikiran aja. Duh jadi penasaran. Pengen cepet masuk.” “Gue tahu.” Sementara anak-anak muda saling menyahut bercanda, Ditto tersenyum tipis. Ia menaikkan ransel hitam d

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Siksa Abadi

    Althar menarik kain merah jambu yang menutupi papan tulis beroda. Rahang Skyder seolah jatuh terkesima pada rangkaian panah merah yang menghubungkan skema perang. Milky mengeratkan kepalan tangan tersembunyinya di bawah meja. Dia sama sekali tidak menyangka harus membuang-buang waktu untuk berperang dengan dimensi sihir. Jalan cerita film yang sulit dia percaya. Milky ingin cepat-cepat ini berakhir agar kehidupan normalnya kembali. Banyak mimpi yang belum tercapai, termasuk rencana masa depannya bersama Zerikyu. Semua ini memuakkan. Namun di sisi lain, dia takut akan kekalahan. Bagaimana jika dunia ini hancur sebelum ia mencapai akhir bahagia? Rubanah atau ruang bawah tanah kampus Marionette memang kebanyakan diisi perabotan bekas dari kayu. Selain tempatnya yang tenang, Althar menyarankan tempat ini sebab segala macam sihir tidak bisa mendeteksi keberadaan di bawah tanah. Althar, laki-laki istimewa. Dia enggan pergerakan tercium oleh makhluk lain, terutama dari Tiga Anjing Nera

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Three Dogs

    Aluna mual saat seringai pria itu muncul. Ketika ia melirik lagi layar ponsel dalam genggamannya, semua kembali ke angka nol. Ajaibnya, pria anjing itu mendadak di belakang Aluna dan bersiul di dekat telinganya. Siulan bernada lirih dan menyedihkan yang langsung mengambil kesadaran Aluna. Siulan aneh membangunkan Aluna. Berlesehkan di atas rumput basah, bola matanya mengendar getir ke sekeliling. Ia terjebak dalam jeruji besi. Dingin dan bau. “Sudah bangun ya?” Aluna terperangah, langsung meluruskan pandangan. Tiga orang berjejer di luar. Aluna memelototi orang yang berdiri di sisi kiri, Caspian. Sementara yang tadi bertanya ialah seorang gadis berperawakan kecil, Lilith Anna. Semua aman jika rambut biru menyalanya tertutupi tudung hitam. “Kenapa bengong? Ada kata-kata terakhir? You next.” Giliran Neill Hasby yang mengoceh. Laki-laki pirang. Ia mencabut sehelai rambutnya. Memang keriting, tapi kekuatannya lurus dan sanggup membelah gunung. Mereka dikenal Tiga Anjing Neraka. Utusa

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Neraka

    Aluna mengangguk lemah. "Kalau aku gagal di audisi Paris Orkestra, mereka menertawakanmu. Aku hancur saat mereka menyebutmu pemilik perusahaan rekaman terbesar yang menikahi pengamen jalanan. Sampai akhirnya, orang-orang pemakaman itu datang," Aluna mengungkapkan. "Amandeus? Mereka datang sendiri?" "Ya, sepertinya mereka punya radar yang mendeteksi orang-orang sekarat. Kamu tahu maksud dari, 'Anak Burung Mati Putus Asa'?" tanya Aluna seraya mengarahkan dagunya ke layar. Kalimat terakhir tadi merupakan arti dari kata kunci ‘Oiseau mort desespere’. Tiger menggeleng. "Entahlah ... saya tidak pernah mendengar frasa itu." "Tepatnya alarm kematian bagi musisi-musisi gagal. Mereka yang menjual jiwa ke Amandeus akan diberi jangka waktu kesuksesan tertentu. Musisi sepertiku setidaknya harus merilis lagu yang mereka kirimkan," terang Aluna. "Coba sekarang aku tanya, gimana keadaan Bi Milky?" Aluna melontarkan pertanyaan misterius. Otak Tiger rasanya melambung, kemudian dijatuhkan dalam la

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Love Me

    Roda-roda mungil berputar menyusuri lantai yang membelah auditorium. Tidak ada satu pun orang di sana, sehingga bunyi deraknya memenuhi teater. Koper hitam itu diam di tempat persis saat Tiger berhenti. Binar menghiasai mata hazel Tiger. Bertekuk lutut di hadapan tirai merah, terlampau lusuhlah punggung seorang wanita yang terduduk di atas panggung. Kain putihnya dibercaki noda-noda lumpur. Lolongan kerinduan di batin Tiger kini tak terelakkan lagi. Saking bergumulnya kata di tenggorokan pria itu, hanya satu kata yang pada akhirnya sanggup terucap lirih. "Aluna?" Kepala Aluna terangkat. Wanita itu berdiri dan ketika ia berbalik, tubuhnya tersentak oleh pelukan hangat. Setitik air menetes dari pelupuk mata Aluna. Semakin erat Tiger melakukannya, semakin besar pula sesal di relung hati. Pria ini terlalu layak mendapat seluruh cinta dan ketulusan, tapi ia malah menyerahkan segalanya pada seorang wanita bodoh yang hidup selayaknya boneka. Aluna mendorong pelan bahu Tiger sebab ia bis

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Lucky

    “Kadang aku bingung, Divje Babe itu bawa sial apa keberuntungan, sih?” tanya Milky. Zerikyu beres menggeser pintu ruang dokter hingga tertutup rapat. Langkah kakinya mengebut ke samping Milky yang asyik mengoceh sendiri. “Tiap kejadian pasti ada dampak positif dan negatifnya, Yang.” Zerikyu mengujar dengan tangan mengambil alih slip bag beruang Milky dan menautkan ke pundaknya sendiri tanpa diminta. Lidah Milky berdecak. Apa pun dampaknya, yang pasti mereka harus membayar dan menanggung resiko dan itu berat. Harus diakui, ia menganggap keadaan Zerikyu sebagai sebuah berkah. Althar juga bilang rangkaian berkah itu masih akan terus mengalir ke depannya. Begitu pula dengan sisi gelap yang harus mereka hadapi. Tau ah, dipikirin doang percuma. Intinya, mulai sekarang gue harus siap, Gumam Milky sembari menggigit bibirnya. “Wah!” Balik ke kenyataan, Milky tahu-tahu berseru karena menemukan hal menarik. Ia berhenti di samping poster bernuansa biru ceria. Desainnya dipenuhi tangga nada da

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Ditto

    Di atas meja dokter, pandangan Zerikyu enggan lepas dari telapak tangannya. Selagi menunggu dokter membawa hasil, Zerikyu hanyut dalam lamunan. Pada tiap-tiap denyutan nadi, ada asa yang semakin besar. Ia membalikkan telapak. Kerutan di dahi makin tampak. Lecetnya masih membekas. Semenjak pulang dari Slovenia, gejala sindrom karpal belum pernah lagi muncul. Logikanya, harus ada yang berakhir parah setelah ia memukuli Tiger. Seharusnya, tangannya tak bisa bergerak bebas, apalagi digunakan buat menyeret koper dari hotel. Kemudian, lanjut ke bandara dan berakhir di apartemen. Perjalanan singkat, tapi terasa panjang dan melelahkan. Dengan segala keanehan itu, Zerikyu memilih diam. Ia juga tidak memberitahu Milky perihal spekulasinya yang menganggap sindrom ini sembuh sendiri. Kali pertama Milky bertanya keadaannya pasca kejadian di museum, Zerikyu berdalih waktu itu hanya perkelahian kecil dan ia lebih banyak menghindar. Garis tipis selalu mencuat di antara keajaiban dan harapan bo

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Witch

    Dengkul Skyder bergetar secepat nalarnya bekerja. Milky yang selonjoran di sampingnya mengertakkan gigi. Masalahnya, suara hentakan pada ubin itu memancing emosinya. “Berisik. Kenapa sih lo?” protes Milky, memukul paha Skyder supaya diam. “Lama banget. Gue mati penasaran. Kok bisa cowok tadi balik ke Marionette dan bertingkah kayak ngerti semua yang terjadi. Kenapa Divje Babe ada di tangannya? Jangan-jangan, dia gak terpengaruh sama sihir Divje Babe dan waktu itu ada di TKP?” Skyder melontarkan teorinya. “Lo pikir cuma lo doang?” Milky menggerutu. “Dia sebenernya siapa, ya?” tanya Elz, telunjuknya berhenti menulis namanya sendiri di debu lantai. “Baaaang,” rengek Skyder. Alih-alih membalas, Skyder mendongak ke Zerikyu yang berdiri di depan jendela. “Hem?” respons Zerikyu datar. “Tutorial jadi cowok jenius dong, gue takut keliatan bego di depan calon pacar,” keluhnya. “Hadeh,” cibir Milky, sedangkan Elz tersenyum kecut. “Kalian sudah lama menunggu, ya?” Zerikyu berbalik, diik

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status