“Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri.” Althar menggeser dari podium.Ia mantap melanjutkan. “Saya Althar Dominic, Grandmaster dari Marionette Theater School,“ ucapnya sembari membungkukkan setengah badan.Decak kagum menguar. Mata mereka membulat. Sulit percaya bagaimana pria semuda itu bisa bergelar Grandmaster yang mana posisi tertinggi. Mereka saling menebak berapa sesungguhnya umur Althar. “Jangan-jangan beliau udah empat puluhan?” “Yang bener aja, mukanya gak berkerut sama sekali.” “Dia ikut pendidikan yang cepet itu kali, apa sih namanya?” “Akselerasi.”Sahut-menyahut berakhir saat Althar menegak dan mengarahkan telapak tangan ke belakang.“Di belakang saya ada Elizabeth dan Skyder selaku master orkestra. Kalian tahu apa itu orkestra?”Tiga detik hening. Murid-murid berpandangan bingung. Tak lama kemudian, Elizabeth mengambil biola di belakang kursi, lalu mulai menggesek. Alunan melodi membulatkan semua pasang mata. Beberapa orang menangkup mulut tidak percaya.“What
Tepat tengah malam. Antara sadar tak sadar, Dahlia meregangkan tubuh. Penglihatan Dahlia memang masih sedikit buram, tapi ia yakin jarum jam menunjuk angka dua belas. Apa yang membangunkannya? Ah, ya... Dahlia sempat tersentak oleh musik menyeramkan di dalam mimpinya. Dahlia terduduk di pinggir ranjang kecil, sibuk menggosok matanya yang lekat. Tunggu. Di tengah rasa dahaga yang memuncak, wanita berusia empat puluhan itu mendadak tertegun. Ia fokus menajamkan indera pendengaran. Seiring kesadaran Dahlia sepenuhnya pulih, sayup-sayup musik lambat laun terdengar semakin jelas. Oh, tidak. Rupanya ini bukan mimpi. Musik aneh itu sungguh hadir di dekatnya. Dahlia lekas beranjak. Hanya ada dirinya dan Aluna Cathryn di rumah, sedangkan sopir berada di bangunan lain. Jadi sudah jelas tujuan asisten rumah tangga adalah memeriksa keadaan majikannya terlebih dulu. Apalagi akhir-akhir ini, Aluna tampak sering melamun dan lebih baik diam. Seakan-akan mengisyaratkan kondisi
Jemari Jason Skyder lincah menari di atas kibord laptop. Sesekali punggung tangannya menyeka pelipis, padahal dia tidak berkeringat, hanya perasaannya saja yang kepanasan.Satu gadis pirang di samping Skyder saling beradu pandang terheran-heran dengan Milky.“Dia daritadi kayak gitu? Ngapain?” bisik Milky.Elz mengangkat bahu. “Aku gak tau dia kenapa.”Milky lantas mengetuk-ngetuk meja di depan Skyder. “Lo kenapa? Ada tugas dadakan?” “Lo tau, kan, gue suka banget teori konspirasi?” Skyder balik bertanya.“Terus?” Milky mengangkat alis.“Gue lagi ngumpulin teori soal musik-musik nyeremin. Liat dah!” Skyder memutar laptopnya ke depan muka Milky.Mata gadis itu menyipit, berusaha membaca baris demi baris jurnal yang diberi judul, ‘Musik Tidak Benar-Benar Musik Sampai Kita Tahu Sihir yang Di Baliknya’.“Apaan, nih? Lo gak puyeng apa baca kayak gini? Kalau Milky mending baca ratusan lembar patrikur deh.”“Ih, lo gak tau ini seru, tau. Gue ngumpulin semua riset ini buat bikin lagu—” Skyder
Anak-anak Funtastic mulai terbiasa dengan berbagai macam bentuk menara di sepanjang jalan yang mereka lalui. Bahkan mayoritas rumah warga sendiri beratap lengkung. Warna pastel pun mendominasi, serasi bersama kelopak bunga yang bermekaran. Tak banyak warga setempat yang berada di luar. Karena bukan musim libur panjang, damainya situasi di sana masih kental terasa. Gemericik aliran sungai terdengar mengantar kicauan burung yang hinggap dari satu pohon ke pohon lain. Lampu-lampu kuning pun dinyalakan kala hari mulai temaram. Yang pasti, seratus delapan puluh derajat dari Kota New York yang tak pernah padam. Keempat muda-mudi itu berhenti di puncak jembatan kecil. Ikan-ikan kecil berlalu-lalang di bawah mereka. "Liat! Ikannya mirip kamu pas misuh-misuh," ledek Zerikyu, menunjuk salah satu ikan berpipi kembung. Sontak, Milky meninju pelan pundak laki-laki itu. "Pacar kamu ikan?" Zerikyu mengendikkan bahu. "Gak apa-apa
Pundak Zerikyu merosot dalam helaan napas berat. Kedua tangannya menekan wajah, sementara ada air mata yang memaksa terjun bebas. Keraguan Milky benar adanya. Zerikyu benar-benar tidak berpikir untuk beristirahat apalagi berhenti. "Yang buruk-buruk mulu yang dateng, sialan!" Zerikyu meracau. Kepalan tangannya meninju-ninju paha. Ada mimpi sang mama, yang harus dia wujudkan. Ada janji pada mamanya, yang harus dia tepati. Namun, tidak banyak waktu yang tersisa untuk keduanya. Tanpa sepengetahuan Reanna, Zerikyu diberitahu dokter bahwa tingkat keberhasilan operasi mamanya minim. Menutupi luka dalam diam. Zerikyu mempersiapkan diri untuk menerima yang terburuk. Mini konser kemungkinan besar adalah hadiah terakhirnya untuk mama. Selepas itu, Zerikyu akan melapangkan hati dan melepaskan mamanya pada takdir. Meski nyatanya, kita tidak akan pernah siap akan perpisahan. Namun sekarang, dunia seolah memberikannya pilihan terburuk dari
"Ya, betul! Kami berada di Narodni Muzei, Muzejska Ulica! Pelaku ... pelakunya ... berusaha melarikan diri! Tolong secepatnya ...." Keringat dingin memenuhi sekujur tubuh Elz. Ia ragu apakah menjelaskan dengan benar di telepon. Sepanjang racauannya, energi Elz terkuras habis. Bau darah menusuk indera penciuman dan membuatnya mual. Ia terus menahan diri agar tidak menengok ke belakang. Elz meringis halus. Rasanya, dia sedang diawasi oleh mayat. Lima menit berlalu sejak telepon terputus. Namun seakan-akan, waktu berhenti berjalan. Milky mondar-mandir gelisah, kemudian berhenti saat kakinya mulai merasa pegal. Ia mengangkat kepalanya ke arah langit. Fullmoon. Pupil mata Milky berair, selain terhipnotis oleh sempurnanya cahaya bulan yang tampak putih dan berkabut. Nama Zerikyu juga lekat di pikiran bawah sadar Milky. Rindu tak beralasan. Cemas sedikit demi sedikit membunuh harapan dan doa. Milky takut sesuatu terjadi pada Zerikyu. Bagaimana kalau ini bukan hari yang
"Hah? Yang bener aja anjir, lu sadar gak udah dan mau bunuh orang. Kalau kita bantuin lo, kita juga masuk penjara, Paman," gerutu Skyder. "Baik! Saya tidak akan segan!" Tiger mengancam. Gigi atas dan bawah Milky beradu saking jengkelnya. Ia pasrah kepalanya ditoyor-toyor pistol. Tidak dengan batinnya yang sibuk menghujat Skyder. Dasar bocah bego! Nyawa gue lo tawar-tawar. "Okay! Okay! I'll help!" Zerikyu panik. "Saya bantu kamu melarikan diri, tapi biarin dia keluar lewat pintu utama. Sekarang." "C'mon." Zerikyu mengambil langkah ancang sembari mengipas-ngipaskan tangan perlahan. Pupil matanya mencuri pandangan lembut ke Milky, tapi tegas menyuruh gadis itu untuk mempercayainya. Milky merasakan lengan Tiger melonggar. Nice, Kak Rikyu. Diam-diam, Milky memasukkan tangannya ke saku. Gagang gunting berhasil berada di genggaman. Ia akan menancapkannya di pangkal lengan Tiger hingga pria itu langsung menjatuhkan pistol. Namun, saat gunting nyaris keluar dari saku. Sayup-sayup sirine p
Kedatangan Skyder di kafe jelas membuat teman-temannya terlonjak berdiri. Nyaris satu jam mereka menunggu ditemani gemericik air di kolam kecil. Sesekali mereka melirik televisi gantung yang menyiarkan drama keluarga. Hanya dialog demi dialog yang terlontar. Tidak ada musik pengantar. Hal itu membuat Milky memijat pelipisnya berkali-kali saking kelewat aneh, tepatnya cringe. Terbekatilah orang-orang di belakang layar yang bekerja di bagian efek suara. Meskipun menyedihkan mengingat mereka mungkin kehilangan pekerjaan tiba-tiba tanpa tahu alasannya. "Gimana?" Zerikyu mengawali bertanya. Skyder terduduk lesu. Teman-temannya pun melakukan hal yang sama. Dugaan mereka hampir sembilan puluh sembilan persen benar. Dunia tak lagi sama. Ada yang salah dengan semua ini dan mereka bingung apakah kedepannya akan baik-baik saja atau semakin buruk. "Mr. Sam dan anak-anak yang lain juga bingung kenapa mereka ada di negeri orang. Gue udah coba jelasin tentang agenda study tur, termasuk Marionett