Setelah sampai di rumah sakit, para petugas kesehatan dengan cepat menangani pak Darto, Aliyah dan Amar pun tetap setia mendampingi bapaknya itu."Mas, cepat beritahu ibu!" perintah Aliyah pada suaminya.Amar pun dengan cepat menghubungi bu Sri.Tut, tut, tut, terdengar nada sambung dari seberang sana, tidak lama kemudian terdengar suara bu Sri."Hallo, assalamualaikum," ucap bu Sri."Hallo bu, waalaikumsalam, bu, ibu sekarang ke rumah sakit Sehati ya bu, Bapak masuk rumah sakit," terang Amar pada bu Sri."Astagfirullahaladzim, emang bapak kenapa Mar?" tanya bu Sri dengan nada panik."Bapak tadi pingsan di pengadilan bu, terus aku sama Aliyah langsung membawa Bapak kesini, sebaiknya ibu kesini dulu, nanti sampai sini Amar jelaskan lagi detailnya.""Iya iya, ibu akan segera kesana, ibu bawa Yuli sekalian ya.""Iya bu." Amar pun mematikan ponselnya.Setelah Amar selesai menelpon bu Sri, Amar pun menghampiri Aliyah yang masih setia menunggu Bapak mertuanya siuman."Dek, apa tadi kata dok
"Tapi kak, kalau ketahuan gimana?" "Alah, asal gak ngomong ya gak akan ada yang tau, daripada mobilmu disita ya mending lakuin itu aja." "Terus kapan kita mau ambil barangnya?" "Ya sekarang aja mumpung lagi gak ada orang di rumah." "Yaudah ayo kak, nanti keburu mereka pulang." Setelahnya Mika dan Rita pun bergegas menuju rumah pak Darto, rencananya mereka akan mengambil beberapa perhiasan milik bu Sri, karena mereka tau ibunya memiliki koleksi perhiasan yang jika dinominalkan jumlahnya terbilang lumayan. Setibanya mereka di rumah pak Darto mereka langsung membuka pintu dengan kunci yang mereka bawa, Rita memang mempunyai kunci cadangan rumah pak Darto, karena mereka berdua memang yang saat ini dipercaya oleh pak Darto. Tapi sayang kepercayaan itu justru mereka salah gunakan. Rumah terlihat sepi dan sedikit berdebu, karena memang sudah dua hari rumah ditinggal pemiliknya. "Ayo kak temani aku ke kamar itu," ajak Mika pada Rita. "Kalau kakak ikut kamu ke dalam siapa yang mengawas
"Uang sama perhiasan ibu hilang Aliyah, hu hu hu," ucap bu Sri di sela isak tangisnya."Kok bisa bu? Apa ada maling yang masuk? Lalu apa saja yang hilang?""Cuma perhiasan sama uang ibu sebanyak tiga juta saja yang hilang Al, tapi hanya itu uang cash yang ibu punya. Selebihnya di atm bapakmu, dan ibu tak tau nomor pinnya, sedangkan ibu harus mengganti uangmu, bagaimana ini Al, hsk hsk hsk.""Ibu gak usah pikirkan itu, Aliyah gak akan menagih pada ibu," ucap Aliyah berusaha menenangkan bu Sri."Tapi kamu kan lagi butuh untuk modal jualanmu nak," tatap bu Sri pada Aliyah."Insyaallah Aliyah masih ada simpanan kok bu, ibu tenang aja, Aliyah memang selalu menyimpan dana cadangan siapa tau suatu saat dibutuhkan, tapi ngomong ngomong soal uang dan perhiasan ibu gimana ceritanya bisa hilang?""Ibu gak tau nak, pas ibu mau ambil uang di dalam lemari ini uangnya udah berkurang banyak, pas ibu cek kotak perhiasan, juga sudah berkurang dan hanya sisa beberapa saja.""Apa mungkin ada maling yang
Kakak juga lah, kok cuma aku aja, kita kan nikmatinnya berdua," Mika tak terima dengan limpahan semua kesalahan ditujukan padanya."Ya kamulah, kan kamu yang ambil, kakak kan cuma minta imbalan aja.""Enak aja, kakak kan yang punya kuncinya, kakak juga yang membukakan pintu rumah ini, jadi kakak juga ikut andil, kok aku sendirian yang mesti ganti," sungut Mika."Sudah sudah, sekarang ibu tanya, berapa perhiasan dan uang ibu yang kalian pakai?""Perhiasan ibu yang aku jual ada sepuluh gram tambah uang dua juta, sedangkan yang ku berikan pada kak Rita ada delapan gram dan uang satu juta," ucap Mika."Jadi Mika ganti yang kamu ambil, begitu juga Rita, ganti yang kamu ambil juga.""Ya gak bisa gitu dong bu, yang ambil kan si Mika, aku kan cuma minta imbalan karena udah bantuin dia," sanggah Rita yang tidak terima dengan keputusan bu Sri."Mau tidak mau itu harus kalian lakukan, jika dalam tempo satu bulan uang itu tidak kalian berikan pada ibu, bersiaplah ibu akan melaporkan kalian ke pe
"Ya ampun, aku sampe lupa gak ambilin mas minum, yaudah bentar ya aku ambilkan dulu.""Eh, gak usah dek, biar mas aja, kamu lagi kesel gitu ntar yang ada minuman mas kamu kasih garam lagi hehehehe.""Mas bisa aja, yaudah sana ambil, sekalian ambilin aku juga ya," ucap Rita manja pada suaminya."Siap sayangku," jawab Raka sembari mencium pipi Rita sebelum akhirnya pergi ke dapur, sedangkan Rita serasa melambung tinggi karena diperlakukan romantis oleh suaminya.Sesampainya di dapur Raka mendapati Mika tengah mengambil air dingin di kulkas, dengan sigap Raka pun memeluk Mika dari belakang, Mika yang tidak tahu kedatangan Raka pun terkejut dengan perlakuan kakak iparnya."Mas, apa apaan ini, lepas!" ucap Mika berusaha melepaskan tangan Raka yang melingkar di pinggangnya."Apa yang mas lakukan!" ucap Mika tajam pada Raka."Aku sudah lama menyukaimu, aku tau semenjak kamu di tinggal suamimu, kamu kesepian, ayolah Mika, aku akan memberikan apapun yang kamu mau," ucap Raka sembari kembali i
"Beneran mas!" ucap Rita dengan mata berbinar. "Iya, mas janji," jawab Raka sembari memeluk Rita. Jauh dalam hatinya, sebenarnya Raka sudah tidak berselera pada istrinya itu, ditambah lagi dengan bentuk tubuh Rita yang sudah berlemak disana sini , dan sesungguhnya Raka hanya memanfaatkan Rita saja, kini ia lebih tertarik pada adik iparnya itu, menurutnya bodi adik iparnya masih bohay, di tambah lagi paras wajah Mika yang memang manis, dan beruntungnya Mika pun menerima tawaran Raka untuk bermain api di belakang Rita. Apalagi alasannya kalau bukan soal ekonomi dan tentunya kehangatan, semenjak Aldo mendekam di penjara, Mika memang merasa kesepian dan kekurangan uang, itulah sebabnya ia menerima tawaran kakak iparnya tersebut, bagi Mika perse*an dengan hubungan antara dirinya dan sang kakak, toh kakaknya juga pelit pada dirinya, di tambah lagi Rita juga sudah berlaku licik pada Mika, yang ada di pikirannya kini hanyalah kesenangan untuk dirinya sendiri. Sementara hubungan Raka denga
Sesampainya di rumah Mika, Raka mengendap endap dan melihat ke sekeliling, dan ketika tampak sepi, Raka bergegas menuju rumah Mika dan langsung membuka pintu rumah Mika yang memang tidak di kunci."Kak Rak, kamu mau apa kesini?" ucap Mika yang terkejut kala mendapati Raka sudah ada di rumahnya."Ssssttt, jangan berisik, anak kamu mana?""Dia mah biasanya main di rumah temannya, kenapa?""Baguslah kalau gitu, aku mau minta jatah." ucap Raka dengan senyum penuh arti."Kan kemarin sudah masa mau minta lagi?""Ayolah, kakak lagi pengen, nanti kakak tambahin uang jajannya,"Akhirnya Mika pun menyetujui permintaan Raka, dan mereka berdua pun akhirnya larut dalam kubangan dosa, dosa yang mereka inginkan.Di sisi lain, Rita sudah berhasil mengambil sertifikat rumah milik Bapaknya, ia memutuskan untuk segera pulang, tapi saat dia teringat jika suaminya sedang pergi maka dia mengurungkan niatnya untuk pulang, dengan sepeda motornya, Rita justru berbelok arah menuju rumah Mika.Sesampainya disan
"iya dek, o iya mas besok langsung kembali ke tempat kerja ya.""Yah, kok cuma bentar sih di rumahnya mas," Rita mengerucutkan bibirnya."Hei, jangan begitu, mas kan harus cari nafkah, lagian udah di tungguin duitnya sama klien, jadi gak enak kan kalau dia mesti nunggu lama, mas gak mau nanti dia batalkan kerja sama nya sama mas.""Emmm, yaudah deh, tapi aku malam ini ingin menghabiskan waktu bersamamu," ucap Rita dengan membelai tangan Raka."Ok sayang, tapi mas mandi dulu ya," "Ok mas, aku juga mau menidurkan anak anak dulu, tunggu aku di kamar ya, muach." Raka terpaksa menuruti kemauan Rita, karena dia tidak mau Rita jadi curiga padanya dan tidak mau lagi untuk di jadikan tambang uang nya.*****Sementara itu Aliyah dan Amar sudah di sibukkan dengan kegiatan baru mereka, yaitu mengelola kedai mie ayam.Semakin lama kedai mi ayam mereka semakin laris, dalam minggu pertama saja mereka mendapatkan keuntungan bersih sekitar tujuh juta, karena selain berjualan mi ayam, mereka juga men