Share

Saat Doa Si Miskin Diijabah
Saat Doa Si Miskin Diijabah
Penulis: Vyra Fame

Bab 1

Teng teng teng ….

Mie ayam miiii ..." Suara Amar si tukang mie ayam terdengar lantang.

Hal tersebut dilakukan agar para pelanggannya tahu jika dirinya tengah lewat. Setiap pukul satu siang, Amar selalu menjajakan dagangannya keliling. Baik itu di kampungnya sendiri maupun di kampung tetangga. Amar akan pulang jika dagangannya habis, atau misalkan belum habis maksimal pukul sepuluh malam, maka Amar akan memutuskan untuk pulang dan menyedekahkan sisa dagangannya.

Amar memiliki dua orang anak perempuan dari seorang istri bernama Aliyah. Sedangkan, kedua anaknya bernama Rani dan Yuli.

Sedangkan, Aliyah istrinya, adalah seorang wanita solehah,  Aliyah seorang istri yang penurut dan tidak banyak menuntut, oleh sebab Nitu biarpun saat ini keuangan mereka sedang tidak baik. Tidak mengurangi rasa sayang dan hormat Aliyah pada Amar suaminya. Aliyah senantiasa setia membantu suaminya untuk membuat dan menyiapkan dagangan suaminya ketika malam.

Sebelum memutuskan untuk menjalani usaha mie ayam tadinya Amar adalah seorang karyawan pabrik di kota dengan gaji yang lumayan. Namun, karena adanya phk besIar besaran hingga Amar pun terkena dampaknya, Amar juga salah satu karyawan yang diphk, untungnya mereka memiliki tabungan ditambah dengan uang pesangon dan gaji terakhirnya, digunakan untuk membuka usaha mie ayam itu.

Di kampungnya itu Amar tinggal di sebuah rumah kecil nan sederhana. Namun, meskipun begitu, rumah itu sudah menjadi milik mereka sendiri. Tanah itu Amar beli pada saat dia masih bekerja sebagai karyawan, Aliyah sangat pandai mengatur keuangan, hingga kini mereka memiliki hunian walaupun sederhana. Tanah itu juga dulunya mereka beli lantaran ada yang menjual murah karena sedang butuh, tanah itu letaknya tidak jauh dari rumah orangtua Aliyah. Orangtua dan keluarga Aliyah termasuk orang terpandang di kampungnya, tapi meskipun begitu Aliyah dan Amar tidak pernah menggantungkan hidupnya pada orangtua Aliyah, bagi Amar dan Aliyah selagi mampu pantang bagi mereka untuk meminta, meskipun itu dengan orangtua sendiri.

Sementara Amar berkeliling untuk menjajakan dagangannya, lain lagi dengan Aliyah, dia sekarang sedang berada di rumah orangtuanya, karena besok akan diadakan acara  aqiqahan keponakannya, yaitu anak dari kakaknya Rita. Sebenarnya Rita juga sudah memiliki rumah, meskipun rumah Rita jauh lebih besar dari rumah Aliyah, tapi karena permintaan orang tua mereka akhirnya acara diadakan di rumah orang tua mereka.

"Kamu masih betah, Al, hidup dengan suamimu itu?" tanya Rita tiba tiba pada adiknya itu, kala Aliyah sedang masak bersama beberapa tetangga di dapur.

"Emang kenapa mesti gak betah, Kak?" Aliyah keheranan dengan pertanyaan kakaknya.

"Apa Kakak gak pengen kayak kita kita ini, hidup terjamin, suami kerja gajinya gede, mapan dan terpandang." Kini adiknya Mika menimpali.

Aliyah tersenyum mendengar penuturan adiknya tersebut.

"Tidak ada alasan untukku meninggalkan Mas Amar, selagi beliau mau bekerja keras untuk menafkahiku dan anak anak dengan cara yang halal, aku sudah sangat bersyukur." Aliyah menekankan kata halal dalam ucapannya.

Bukannya Aliyah  tidak tahu jika kedua iparnya bisa bekerja di pt bonafit di kotanya dengan cara curang alias menyogok.

"Apa maksud Kakak bicara begitu? Kakak mau bilang kalau kerjaan suami kita ini gak halal?" Mika merasa tersindir dan merasa tak terima dengan penuturan kakaknya.

"Lho, aku 'kan gak bilang begitu, aku hanya bilang aku bersyukur, suamiku mau bekerja apa saja asalkan halal. Halal dan haramnya pekerjaan suami kalian 'kan hanya kalian yang tahu. Jadi tak usah merasa tersindir dong, lagian apa maksud kak Rita bertanya begitu tadi padaku? Mau kaya mau miskin itu bukan urusan kalian, toh yang menjalani aku," tandas Aliyah yang membuat kedua saudaranya terdiam.

"Alah, baru jualan mie ayam aja udah belagu." cebik Rita kakaknya.

"Kita tidak tahu kapan rezeki itu akan datang, kalau tidak hari ini ya besok, kalau tidak besok ya lusa, kalau tidak lusa ya kemungkinan tahun depan, kita sebagai manusia hanya wajib untuk berusaha, soal hasil biar Allah yang menentukan."

"Alah, gak usah sok ceramahin kita deh, pokoknya awas aja kalau Kakak nanti nangis-nangis minta bantuan uang sama kita saat kakak kehabisan uang. Pokoknya ingat ya, kita gak akan bantu, secara suami Kakak 'kan miskin!" tandas Mika.

"Insyaallah, aku gak akan menyusahkan kalian, aku masih punya Allah tempatku meminta, lagian selama ini saat Mas Amar masih jadi karyawan, bukannya kalian yang selalu minta bantuanku."

"Enak saja, memangnya kapan kita minta bantuan sama kamu? Kalau miskin mah miskin aja, gak usah sok kaya." Rita menjawab ucapan Aliyah dengan ketus, sedangkan Mika mencebik sembari tertawa mengejek.

"Lho, kakak dan Mika lupa, pikun, atau pura pura lupa? Apa perlu ku ingatkan lagi? Kak Rita meminjam uangku untuk menyelenggarakan acara aqiqahan ini sebesar lima juta, sedangkan kau Mika, kau meminjam uang sebesar tujuh juta untuk suamimu masuk ke pt yang katanya bonafit itu.asal kalian tahu uang yang kalian pakai itu uang hasil kerja keras suamiku yang kalian hina! Biarpun sekarang suamiku hanya seorang tukang mie ayam apa pernah aku meminjam uang kalian seribu perak ataupun menyusahkan kalian barang secuil?" 

Aliyah meradang kala saudaranya menghina suaminya. Kini Aliyah sudah berdiri menghadap kedua saudaranya itu. Dadanya naik turun merasakan emosi karena suaminya dihina, jika suaminya dijak harga dirinya itu sama saja dengan menginjak harga diri Aliyah juga.

"Alah hanya uang segitu aja pake dibahas segala." 

Aliyah menghubungi mata yang mendengar ucapan adiknya itu.

"Hanya kata kalian? Jika kalian uang segitu kecil, maka kenapa kalian tidak berinteraksi dengan dan suamiku! Dasar memang tak tau diri. Kalian akan membantu kalian karena kita ini saudara, tapi inikah balasan kalian sama lagi dengan suamiku, jika memang mnurut uang itu uang kalian tidak berarti, AKU MINTA UANG ITU DIKEMBALIKAN SEKARANG JUGA! karena si miskin ini sangat membutuhkannya!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status