Teng teng teng ….
Mie ayam miiii ..." Suara Amar si tukang mie ayam terdengar lantang.
Hal tersebut dilakukan agar para pelanggannya tahu jika dirinya tengah lewat. Setiap pukul satu siang, Amar selalu menjajakan dagangannya keliling. Baik itu di kampungnya sendiri maupun di kampung tetangga. Amar akan pulang jika dagangannya habis, atau misalkan belum habis maksimal pukul sepuluh malam, maka Amar akan memutuskan untuk pulang dan menyedekahkan sisa dagangannya.
Amar memiliki dua orang anak perempuan dari seorang istri bernama Aliyah. Sedangkan, kedua anaknya bernama Rani dan Yuli.
Sedangkan, Aliyah istrinya, adalah seorang wanita solehah, Aliyah seorang istri yang penurut dan tidak banyak menuntut, oleh sebab Nitu biarpun saat ini keuangan mereka sedang tidak baik. Tidak mengurangi rasa sayang dan hormat Aliyah pada Amar suaminya. Aliyah senantiasa setia membantu suaminya untuk membuat dan menyiapkan dagangan suaminya ketika malam.
Sebelum memutuskan untuk menjalani usaha mie ayam tadinya Amar adalah seorang karyawan pabrik di kota dengan gaji yang lumayan. Namun, karena adanya phk besIar besaran hingga Amar pun terkena dampaknya, Amar juga salah satu karyawan yang diphk, untungnya mereka memiliki tabungan ditambah dengan uang pesangon dan gaji terakhirnya, digunakan untuk membuka usaha mie ayam itu.
Di kampungnya itu Amar tinggal di sebuah rumah kecil nan sederhana. Namun, meskipun begitu, rumah itu sudah menjadi milik mereka sendiri. Tanah itu Amar beli pada saat dia masih bekerja sebagai karyawan, Aliyah sangat pandai mengatur keuangan, hingga kini mereka memiliki hunian walaupun sederhana. Tanah itu juga dulunya mereka beli lantaran ada yang menjual murah karena sedang butuh, tanah itu letaknya tidak jauh dari rumah orangtua Aliyah. Orangtua dan keluarga Aliyah termasuk orang terpandang di kampungnya, tapi meskipun begitu Aliyah dan Amar tidak pernah menggantungkan hidupnya pada orangtua Aliyah, bagi Amar dan Aliyah selagi mampu pantang bagi mereka untuk meminta, meskipun itu dengan orangtua sendiri.
Sementara Amar berkeliling untuk menjajakan dagangannya, lain lagi dengan Aliyah, dia sekarang sedang berada di rumah orangtuanya, karena besok akan diadakan acara aqiqahan keponakannya, yaitu anak dari kakaknya Rita. Sebenarnya Rita juga sudah memiliki rumah, meskipun rumah Rita jauh lebih besar dari rumah Aliyah, tapi karena permintaan orang tua mereka akhirnya acara diadakan di rumah orang tua mereka.
"Kamu masih betah, Al, hidup dengan suamimu itu?" tanya Rita tiba tiba pada adiknya itu, kala Aliyah sedang masak bersama beberapa tetangga di dapur.
"Emang kenapa mesti gak betah, Kak?" Aliyah keheranan dengan pertanyaan kakaknya.
"Apa Kakak gak pengen kayak kita kita ini, hidup terjamin, suami kerja gajinya gede, mapan dan terpandang." Kini adiknya Mika menimpali.
Aliyah tersenyum mendengar penuturan adiknya tersebut.
"Tidak ada alasan untukku meninggalkan Mas Amar, selagi beliau mau bekerja keras untuk menafkahiku dan anak anak dengan cara yang halal, aku sudah sangat bersyukur." Aliyah menekankan kata halal dalam ucapannya.
Bukannya Aliyah tidak tahu jika kedua iparnya bisa bekerja di pt bonafit di kotanya dengan cara curang alias menyogok.
"Apa maksud Kakak bicara begitu? Kakak mau bilang kalau kerjaan suami kita ini gak halal?" Mika merasa tersindir dan merasa tak terima dengan penuturan kakaknya.
"Lho, aku 'kan gak bilang begitu, aku hanya bilang aku bersyukur, suamiku mau bekerja apa saja asalkan halal. Halal dan haramnya pekerjaan suami kalian 'kan hanya kalian yang tahu. Jadi tak usah merasa tersindir dong, lagian apa maksud kak Rita bertanya begitu tadi padaku? Mau kaya mau miskin itu bukan urusan kalian, toh yang menjalani aku," tandas Aliyah yang membuat kedua saudaranya terdiam.
"Alah, baru jualan mie ayam aja udah belagu." cebik Rita kakaknya.
"Kita tidak tahu kapan rezeki itu akan datang, kalau tidak hari ini ya besok, kalau tidak besok ya lusa, kalau tidak lusa ya kemungkinan tahun depan, kita sebagai manusia hanya wajib untuk berusaha, soal hasil biar Allah yang menentukan."
"Alah, gak usah sok ceramahin kita deh, pokoknya awas aja kalau Kakak nanti nangis-nangis minta bantuan uang sama kita saat kakak kehabisan uang. Pokoknya ingat ya, kita gak akan bantu, secara suami Kakak 'kan miskin!" tandas Mika.
"Insyaallah, aku gak akan menyusahkan kalian, aku masih punya Allah tempatku meminta, lagian selama ini saat Mas Amar masih jadi karyawan, bukannya kalian yang selalu minta bantuanku."
"Enak saja, memangnya kapan kita minta bantuan sama kamu? Kalau miskin mah miskin aja, gak usah sok kaya." Rita menjawab ucapan Aliyah dengan ketus, sedangkan Mika mencebik sembari tertawa mengejek.
"Lho, kakak dan Mika lupa, pikun, atau pura pura lupa? Apa perlu ku ingatkan lagi? Kak Rita meminjam uangku untuk menyelenggarakan acara aqiqahan ini sebesar lima juta, sedangkan kau Mika, kau meminjam uang sebesar tujuh juta untuk suamimu masuk ke pt yang katanya bonafit itu.asal kalian tahu uang yang kalian pakai itu uang hasil kerja keras suamiku yang kalian hina! Biarpun sekarang suamiku hanya seorang tukang mie ayam apa pernah aku meminjam uang kalian seribu perak ataupun menyusahkan kalian barang secuil?"
Aliyah meradang kala saudaranya menghina suaminya. Kini Aliyah sudah berdiri menghadap kedua saudaranya itu. Dadanya naik turun merasakan emosi karena suaminya dihina, jika suaminya dijak harga dirinya itu sama saja dengan menginjak harga diri Aliyah juga.
"Alah hanya uang segitu aja pake dibahas segala."
Aliyah menghubungi mata yang mendengar ucapan adiknya itu.
"Hanya kata kalian? Jika kalian uang segitu kecil, maka kenapa kalian tidak berinteraksi dengan dan suamiku! Dasar memang tak tau diri. Kalian akan membantu kalian karena kita ini saudara, tapi inikah balasan kalian sama lagi dengan suamiku, jika memang mnurut uang itu uang kalian tidak berarti, AKU MINTA UANG ITU DIKEMBALIKAN SEKARANG JUGA! karena si miskin ini sangat membutuhkannya!"
"Hanya kata kalian? Kalau menurut kalian uang segitu kecil, lantas kenapa kalian meminjam padaku dan suamiku! Dasar memang kalian tak tau diri. Aku menolong kalian karena kita ini saudara, tapi inikah balasan kalian padaku terlebih lagi suamiku, jika memang mnurut kalian uang segitu tidak berarti, AKU MINTA UANG ITU DIKEMBALIKAN SEKARANG JUGA! karena si miskin ini sangat membutuhkannya"Ya, ya gak bisa gitu dong, kemarin 'kan bilangnya kalau sudah ada uangnya baru di kembalikan." jawab Rita sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Kenapa gak bisa? Bukannya kata kalian uang segitu gak ada artinya tapi, bagiku si miskin ini, uang segitu sangat berarti, jadi cepat kembalikan sekarang juga uangnya!" tegas Aliyah pada Kedua saudaranya."Kakak ini apa-apaan sih, uang segitu aja diminta, namanya juga kita saudara, jadi wajib tolong menolonglah."Aliyah membulatkan matanya kala mendengar penuturan adiknya Mika yang tidak tahu malu itu."Apa katamu? Wajib tolong menolong sesama saudara?
Sedangkan Mika dan Rita yang ditunjuk dan ditagih hutang seperti itu seketika berwarna merah mukanya menahan malu. Karena Rita sudah terlanjur berkoar koar pada tetangga jika acara aqiqahan ini adalah uang yang diberi oleh suaminya.Aliyah berjalan dengan langkah panjangnya, tangan kirinya memegang Rani anak sulungnya, sedangkan tangan kanannya memegang Yuli anak bungsunya. Aliyah berjalan sembari menggerutu. Dia masih tak habis pikir dengan kedua saudaranya itu, baginya urusan rumah tangganya adalah urusan dia dengan suaminya sendiri. Meskipun sekarang miskin toh selama ini dia dan suaminya tidak pernah menyusahkan orang, susah dan senang Aliyah dan Amar rasakan sendiri.Setibanya Aliyah di rumah ternyata suaminya Amar juga sudah ada di rumah, hal itu membuat Aliyah keheranan karena ini masih sore, baru sekitar jam lima sore. Sedangkan suaminya baru saja berangkat tadi setengah dua siang tadi.Tergesa-gesa Aliyah menghampiri suaminya, karena dirinya khawatir terjadi sesuatu pada suam
Setelah kepergian Bi Marni, Aliyah masuk kembali ke dalam rumahnya dan menunggu kepulangan suaminya dari masjid."Ada apa ya Bapak manggil aku sama Mas Amar kesana?" gumam Aliyah.Tidak lama kemudian, Amar pulang dari masjid, dan Aliyah pun menyampaikan perihal dipanggil Bapak untuk datang ke rumah orang tuanya.Setelah bersiap-siap, Aliyah dan Amar bergegas menuju rumah pak Darto. Tidak lupa juga mereka mengajak kedua anaknya. Mereka ke rumah Pak Darto dengan menggunakan motor satu satunya milik mereka. Meskipun sudah butut tapi, mesinnya masih bagus karena Amar rajin merawatnya.Setelah sampai di pelataran rumah Pak Darto, Amar memarkirkan motornya di sebelah mobil mobil milik saudara istrinya dan juga orang tuanya. Sungguh pemandangan yang kontras, satu motor butut berjejer dengan tiga mobil mewah."Assalamualaikum," ucap Amar, Aliyah dan kedua anaknya serempak. Di sana sudah ada Pak Darto, Bu Sri, Mika dan Aldo, juga Rita yang tanpa suaminya. Karena suaminya katanya sedang ada p
"Dengar Aliyah, sekali kamu melangkah keluar dari rumah ini, aku tidak akan menganggapmu anakku lagi, dan akan kucoret namamu dari daftar ahli warisku nanti!" ancam Pak Darto pada Aliyah. Akan tetapi, Aliyah tidak mendengarkannya, Aliyah dan Amar saling menggenggam tangan satu sama lain. Kemudian mereka pergi tanpa menghiraukan makian Pak Darto, tak lupa juga mereka mengajak kedua anaknya pergi dari tempat terkutuk itu.Sesampainya di rumah, Aliyah dan Amar masuk ke dalam kamar mereka, sedangkan kedua anaknya menonton televisi.Begitu pintu kamar sudah ditutup, Aliyah langsung menghambur ke pelukan suaminya, dia menangis sesenggukan di dada bidang suaminya. Amar dengan sabar mengelus punggung istrinya itu, dia berusaha menenangkan istrinya. Sebenarnya dia pun sama, rasanya ingin marah sejadi-jadinya tapi, dia sadar yang dia hadapi adalah orang tua dari istrinya. Jadi, dia lebih memilih menahan emosinya."Sudahlah, Dek, kamu gak usah dengarkan ucapan Bapak, mungkin saja dia lagi banya
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAHBAB 6Rupanya Rita tidak amanah, setelah kepergian Bu Sri dia bukannya langsung mengantarkan makanan itu, melainkan memasukkan kembali makanan itu pada tempatnya semula, dan lebih parahnya lagi, dia hanya memberikan bumbu rendang saja dengan beberapa lengkuas, kuah soto ayam saja dengan hanya berisikan taburan daun seledri dan kuah ayam kecap yang hanya berisikan sereh."Rasakan ini, enak saja mau makan enak, ini semua aku beli pakai uangku, dipikir gratis, kalau mau makan enak ya beli. I ini memang pantas untuk orang miskin seperti kalian!" umpat Rita pada rantang itu, Setelah mengganti makanan di dalam rantang. Rita pun bergegas untuk menuju ke rumah Aliyah, baru menjejakkan kakinya keluar dapur, Rita bertemu dengan Mika."Mau kemana, Kak?" tanya Mika keheranan melihat Kakaknya menenteng rantang."Ini mau ku antar ke rumah Aliyah.""Ngapain Kakak ngasih mereka makanan? Mana pantes mereka makan makanan mewah begitu," protes Mika pada Kakaknya."Sssssttt
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAH BAB 7 "Iya iya maaf, aku cuma takut aja di pukul lagi sama Kak Aliyah." "Udah, nanti Kakak minta bantuan Bapak, Bapak kan sekarang berada di pihak kita, pasti Bapak mau bantu." Mika hanya menganggukkan kepalanya mendengarkan rencana Rita. ******* Di lain sisi, di rumah Aliyah, Rani anaknya memanggil Bundanya karena sudah tak sabar ingin mencicipi makanan yang diberikan Budenya tadi. "Bunda! Bunda dimana?" "Ya, Sayang, Bunda di belakang, sini, Nak!" seru Aliyah dari belakang rumahnya. "Bunda, ini tadi di kasih makanan sama Bude Rita, ayo kita makan Bun, aku udah lapar." "Bude Rita? Kapan dia kesini?" ucap Aliyah mengernyitkan dahi karena tak biasanya Kakaknya itu berkunjung ke rumahnya. "Barusan, Nda," jawab polos Rani. "Terus mana Bude Ritanya?" "Udah pulang Nda, Bude Ratih kesini cuma mau antar ini aja,bNda, yuk kita makan, aku sudah lapar karena mencium bau harum makanan di dalam rantang." Aliyah tergelak mendengar celotehan anak sulungnya i
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAHBAB 8"Apa benar begitu Rita?" tanya bu Sri sembari menatap tajam Rita."Ya mana Rita tau bu, 'kan ibu yang nyuruh Rita untuk memberikan makanan dalam rantang. 'Kkan ibu yang menyiapkannya, kenapa menyalahkan Rita?" tatap Rita sengit pada ibunya.Ucapan Rita sukses membuat Aliyah memalingkan pandangannya pada ibunya."Apa iya, ibu setega itu padaku?" batin Aliyah nelangsa"Bu?" tanya Aliyah pada ibunya."Kamu percaya itu, Nak?" Setelah mengatakan itu, bu Sri pun membalikkan badan dan masuk ke dalam kamarnya."Semua ini gara-gara kamu Aliyah, kamu lihat! di sini sudah tidak ada yang peduli padamu, aku tidak terima ya kamu giniin. Sekarang ganti rugi, mukaku jadi cacat gara-gara kamu!" ucap Rita pada Aliyah, sedang Aliyah masih menatapnya dengan tajam."Apa maksud kalian memberikan makanan seperti itu pada keluargaku? Apa salah keluargaku pada kalian? Kalau kalian tidak peduli pada keluargaku, aku tak masalah, asal jangan kalian hina keluargaku dengan perbu
SAAT DOA SI MISKIN DIIJABAHBAB 9"Tunggu Al, ibu bungkusin dulu makanan sisa aqiqahan tadi.""Gak usah bu, aku gak mau dianggap menjilat ludah sendiri," tolak Aliyah."Ibu bukan memberimu, tapi anakmu, dan ini dari ibu bukan kakakmu, jadi tak boleh ditolak, biar nanti kakakmu ibu yang atasi."Mau tidak mau Aliyah menuruti kemauan ibunya, karena baginya ibunya adalah malaikat tak bersayapnya.Aliyah kini sudah membawa kotak perhiasan pemberian ibunya dan juga rantang tiga susun dengan isi makanan yang tadi ditukar isinya oleh Rita, saat Aliyah hendak pulang ke rumahnya, tiba tiba Rita masuk ke dalam rumah dan melewatinya, tapi sedikit pun Aliyah tidak mempedulikannya, saat Aliyah sudah berada di pintu depan, kakaknya tiba-tiba nyeletuk."Lihat deh, Mik, enak ya, udah bawa pulang perhiasan ibu, di tambah lagi bawa pulang makanan mewah. Yaiyalah secara mana mampu suaminya membelikan itu semua, mental pengemis mah tetep aja pengemis, gak usah sok punya harga diri.""Iya kak, kalau aku m