"Hanya kata kalian? Kalau menurut kalian uang segitu kecil, lantas kenapa kalian meminjam padaku dan suamiku! Dasar memang kalian tak tau diri. Aku menolong kalian karena kita ini saudara, tapi inikah balasan kalian padaku terlebih lagi suamiku, jika memang mnurut kalian uang segitu tidak berarti, AKU MINTA UANG ITU DIKEMBALIKAN SEKARANG JUGA! karena si miskin ini sangat membutuhkannya
"Ya, ya gak bisa gitu dong, kemarin 'kan bilangnya kalau sudah ada uangnya baru di kembalikan." jawab Rita sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kenapa gak bisa? Bukannya kata kalian uang segitu gak ada artinya tapi, bagiku si miskin ini, uang segitu sangat berarti, jadi cepat kembalikan sekarang juga uangnya!" tegas Aliyah pada Kedua saudaranya.
"Kakak ini apa-apaan sih, uang segitu aja diminta, namanya juga kita saudara, jadi wajib tolong menolonglah."
Aliyah membulatkan matanya kala mendengar penuturan adiknya Mika yang tidak tahu malu itu.
"Apa katamu? Wajib tolong menolong sesama saudara? Ya memang benar tapi, saudara yang tau diri, bukannya yang sudah ditolong tapi malah mentung, dan lagi dalam urusan uang tidak ada yang namanya saudara. Uangku bukan uangmu, dan asal kalian tahu, kalau bukan karena kemurahan hati Mas Amar yang memintaku untuk memberikan pinjaman pada kalian, sudah barang tentu aku tak sudi meminjamkan uang itu pada kalian! Karena aku sangat tahu sifat kalian itu bagaimana, justru kalianlah yang miskin bukan aku, kalian itu bpjs alias budget pas pasan tapi jiwa sosialita, hahahahaha," ucap Aliyah sembari mengejek mereka.
"Kau jangan kurang ajar ya Aliyah! Aku ini kakakmu, tidak adakah rasa sopan santunmu terhadapku! Kau lebih membela suamimu yang miskin itu ketimbang aku ha!" hardik Rita pada Aliyah, dia merasa tidak terima dikata bpjs oleh Aliyah.
"Lho, Kakak ini gimana? Mas Amar itu suamiku, sudah sepatutnya aku mengikuti dan mentaati perintah beliau selama itu tidak menyalahi aturan agama. Pantaslah kakak ini bodoh, lha dulunya waktu sekolah sering bolos sih. Salah Ibu sama Bapak juga sih yang memanjakan kalian sehingga menjadi manusia serakah dan sombong seperti sekarang," ucap Aliyah menatap sengit kedua saudaranya itu.
"Bren*sek! Berani kau sama aku ha!"
Ketika Rita mengangkat tangannya hendak menampar Aliyah, dengan bersamaan masuklah Yuli, anak bungsu Aliyah sembari menangis.
"Bundaaaaaaa …," ucap Yuli yang langsung memeluk Aliyah.
"Eh, anak Bunda kok nangis, kenapa nih?" Aliyah jongkok mensejajarkan posisinya dengan anaknya, dan dia pun membalas pelukan anaknya sembari mengelus punggungnya
"Sakit Bundaaaa." Aliyah mengernyit karena bingung dengan maksud anak bungsunya itu yang masih berderai air mata.
"Sakit kenapa, Nak, cup cup, kamu tenang ya, coba kamu cerita sama Bunda." Aliyah mencoba bertanya pada Yuli yang kini sudah lumayan reda tangisannya.
"Tadi 'kan aku lagi main boneka yang baru saja Bunda dan Ayah belikan bersama Kak Rani, terus tiba tiba saja Kak Bella dan Vivi merebut boneka punya aku dan Kak Rani terus di buang sama mereka. Kak Rani yang tak terima terus marah sama Kak Bella dan Vivi, Vivi yang gak terima karena dimarahin kak Rani langsung mendorong Kak Rani hingga Kak Rani terjatuh. Aku yang melihatnya terus membantu Kak Rani, aku dorong balik si Vivi tapi, kebetulan pas ada Om Aldo lewat. Terus mereka mengadu sama Ayahnya Vivi itu, bilang kalau kami berdua nakal dan sengaja mau celakai mereka. Om Aldo marah terus mencubit tangan aku, Bun," cerita Yuli sembari memperlihatkan bekas cubitan Aldo di tangan Yuli. Bella adalah anak nya Kak Rita sedangkan Vivi adalah anaknya Mika, dan Aldo adalah suami dari Mika.
Aliyah terbelalak melihat tangan Yuli, karena bekas cubitannya berwarna biru sedikit menghitam, sudah pasti Aldo mencubitnya sangat kencang, dan itu membuat dada Aliyah sesak. Jika dirinya dan suaminya selaku orang tua tidak pernah menyakiti fisik anaknya lantas apa hak Aldo menyakiti anak nya. Terlebih lagi mereka masih kecil, seharusnya memberitahu dan menasehati yang baik, tidak usah pakai kekerasan begitu.
"Lalu mana Kak Rani sekarang?"
"Kak Rani masih di luar, kayaknya Om Aldo masih memarahi kak Rani, ayo, Bun, aku takut nanti kak Rani dipukul sama Om Aldo juga."
Mendengar penuturan anak nya seperti itu bergegas Aliyah menuju tempat di mana Rani berada, sedangkan Mika dan Rita sudah lebih dulu keluar dari dapur semenjak kedatangan Yuli.
Begitu sampai di teras, betapa terkejutnya Aliyah, bagai diLempar bara api dada Aliyah, rasanya sesak dan seperti Ingin meledak, kala melihat Aldo menjewer telinga Rani, dan rasanya itu sangat kencang karena Rani terlihat sangat kesakitan. Padahal Rani sudah memohon untuk dilepaskan sembari menangis tapi, Aldo tidak juga melepaskan tangannya dari kuping Rani. Padahal di sana juga ada Mika tapi, bukannya membantu, Mika dan Vivi hanya menonton sembari tersenyum.
Bergegas Aliyah hendak menghampiri mereka, sebelum sampai di tempat Rani, tanpa sengaja Aliyah melihat ada sapu di samping jendela. Tanpa pikir panjang lagi, Aliyah pun membawa serta sapu itu, hingga ….
Bugh, bugh, bugh ….
Aliyah memukulkan sapu tersebut pada Aldo dan Mika, hingga membuat mereka sedikit menjauh dari Rani. Sedangkan Vivi yang melihat Bude nya mengamuk pun berangsur mundur karena ketakutan.
"Berani sekali kalian sakiti anakku ha! Aku yang mengandung dan memberinya makan saja tak pernah sekali pun menjatuhkan tanganku di tubuhnya!" hardik Aliyah dengan tatapan nyalang pada Aldo dan Mika.
"Apa hak kalian memperlakukan anakku seperti itu, sini maju, biar ku patahkan tangan kalian berdua!" ucap Aliyah lagi dengan berang.
"Anakmu itu perlu dikasih pelajaran biar tidak jadi anak yang nakal. Bagaimana anaknya tidak anarkis, lha wong Ibunya saja seperti ini," ucap Aldo. Sedangkan Mika masih meringis menahan sakit pada tubuhnya karena dipukul oleh Aliyah.
"Siapa kau berani menghajar anakku, jika ada yang harus dihajar harusnya itu adalah anakmu, sekarang rasakan ini!"
Ketika Aliyah mengangkat kembali gagang sapunya hendak memukul Aldo. Bu Sri, ibu Aliyah, dan pak Darto, bapak Aliyah pun datang, rupanya Rita yang mengabari mereka berdua jika terjadi keributan di rumah mereka.
Tergopoh-gopoh keduanya berlari menghampiri Aliyah, Aldo dan Mika yang sedang berseteru.
"Apa-apaan kalian! Apa kalian tidak malu bertengkar dan dilihat banyak orang seperti ini."
Seketika Aliyah mengedarkan pandangannya. Benar saja di sekelilingnya sudah banyak tetangga berkumpul. Aliyah sudah seperti dirasuki setan bila menyangkut keluarga kecilnya yang disakiti.
"Kak Aliyah yang mulai duluan tuh , Pak, datang-datang dia bawa sapu terus mukulin kita kayak orang kesetanan," sungut Mika berusaha playing victim.
"Enak saja, mereka dulu tuh, Pak, yang sudah menginjak harga diri suamiku, dan laki laki banci ini nih yang sudah menyakiti kedua anakku!"
"Sudah-sudah, kalian ini saudara tapi kenapa berantem seperti ini." Kini giliran Bu Sri yang berbicara.
"Sudah ayo masuk, malu dilihat tetangga," ucap Bu Sri lagi.
"Maaf, Bu,aku tidak bisa, aku mau pulang saja, dan kalian cepat bayar hutang kalian padaku dan suamiku yang kalian hina! Kau juga Kak Rita! Segera bayar uang suamiku yang kau pinjam untuk aqiqahan anak keduamu ini. Kalau dalam waktu tiga hari kalian tak bayar uangnya, kalian akan terima akibatnya!" ucap Aliyah sembari menunjuk pada Mika dan Rita. Setelah puas mengatakannya, Aliyah mengajak kedua anaknya berpamitan pada orang tuanya dan mengajak kedua anaknya pulang
Sedangkan Mika dan Rita yang ditunjuk dan di tagih hutang seperti itu seketika berwarna merah mukanya menahan malu. Karena Rita sudah terlanjur berkoar-koar pada tetangga jika acara aqiqahan ini adalah uang yang diberi oleh suaminya.
Sedangkan Mika dan Rita yang ditunjuk dan ditagih hutang seperti itu seketika berwarna merah mukanya menahan malu. Karena Rita sudah terlanjur berkoar koar pada tetangga jika acara aqiqahan ini adalah uang yang diberi oleh suaminya.Aliyah berjalan dengan langkah panjangnya, tangan kirinya memegang Rani anak sulungnya, sedangkan tangan kanannya memegang Yuli anak bungsunya. Aliyah berjalan sembari menggerutu. Dia masih tak habis pikir dengan kedua saudaranya itu, baginya urusan rumah tangganya adalah urusan dia dengan suaminya sendiri. Meskipun sekarang miskin toh selama ini dia dan suaminya tidak pernah menyusahkan orang, susah dan senang Aliyah dan Amar rasakan sendiri.Setibanya Aliyah di rumah ternyata suaminya Amar juga sudah ada di rumah, hal itu membuat Aliyah keheranan karena ini masih sore, baru sekitar jam lima sore. Sedangkan suaminya baru saja berangkat tadi setengah dua siang tadi.Tergesa-gesa Aliyah menghampiri suaminya, karena dirinya khawatir terjadi sesuatu pada suam
Setelah kepergian Bi Marni, Aliyah masuk kembali ke dalam rumahnya dan menunggu kepulangan suaminya dari masjid."Ada apa ya Bapak manggil aku sama Mas Amar kesana?" gumam Aliyah.Tidak lama kemudian, Amar pulang dari masjid, dan Aliyah pun menyampaikan perihal dipanggil Bapak untuk datang ke rumah orang tuanya.Setelah bersiap-siap, Aliyah dan Amar bergegas menuju rumah pak Darto. Tidak lupa juga mereka mengajak kedua anaknya. Mereka ke rumah Pak Darto dengan menggunakan motor satu satunya milik mereka. Meskipun sudah butut tapi, mesinnya masih bagus karena Amar rajin merawatnya.Setelah sampai di pelataran rumah Pak Darto, Amar memarkirkan motornya di sebelah mobil mobil milik saudara istrinya dan juga orang tuanya. Sungguh pemandangan yang kontras, satu motor butut berjejer dengan tiga mobil mewah."Assalamualaikum," ucap Amar, Aliyah dan kedua anaknya serempak. Di sana sudah ada Pak Darto, Bu Sri, Mika dan Aldo, juga Rita yang tanpa suaminya. Karena suaminya katanya sedang ada p
"Dengar Aliyah, sekali kamu melangkah keluar dari rumah ini, aku tidak akan menganggapmu anakku lagi, dan akan kucoret namamu dari daftar ahli warisku nanti!" ancam Pak Darto pada Aliyah. Akan tetapi, Aliyah tidak mendengarkannya, Aliyah dan Amar saling menggenggam tangan satu sama lain. Kemudian mereka pergi tanpa menghiraukan makian Pak Darto, tak lupa juga mereka mengajak kedua anaknya pergi dari tempat terkutuk itu.Sesampainya di rumah, Aliyah dan Amar masuk ke dalam kamar mereka, sedangkan kedua anaknya menonton televisi.Begitu pintu kamar sudah ditutup, Aliyah langsung menghambur ke pelukan suaminya, dia menangis sesenggukan di dada bidang suaminya. Amar dengan sabar mengelus punggung istrinya itu, dia berusaha menenangkan istrinya. Sebenarnya dia pun sama, rasanya ingin marah sejadi-jadinya tapi, dia sadar yang dia hadapi adalah orang tua dari istrinya. Jadi, dia lebih memilih menahan emosinya."Sudahlah, Dek, kamu gak usah dengarkan ucapan Bapak, mungkin saja dia lagi banya
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAHBAB 6Rupanya Rita tidak amanah, setelah kepergian Bu Sri dia bukannya langsung mengantarkan makanan itu, melainkan memasukkan kembali makanan itu pada tempatnya semula, dan lebih parahnya lagi, dia hanya memberikan bumbu rendang saja dengan beberapa lengkuas, kuah soto ayam saja dengan hanya berisikan taburan daun seledri dan kuah ayam kecap yang hanya berisikan sereh."Rasakan ini, enak saja mau makan enak, ini semua aku beli pakai uangku, dipikir gratis, kalau mau makan enak ya beli. I ini memang pantas untuk orang miskin seperti kalian!" umpat Rita pada rantang itu, Setelah mengganti makanan di dalam rantang. Rita pun bergegas untuk menuju ke rumah Aliyah, baru menjejakkan kakinya keluar dapur, Rita bertemu dengan Mika."Mau kemana, Kak?" tanya Mika keheranan melihat Kakaknya menenteng rantang."Ini mau ku antar ke rumah Aliyah.""Ngapain Kakak ngasih mereka makanan? Mana pantes mereka makan makanan mewah begitu," protes Mika pada Kakaknya."Sssssttt
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAH BAB 7 "Iya iya maaf, aku cuma takut aja di pukul lagi sama Kak Aliyah." "Udah, nanti Kakak minta bantuan Bapak, Bapak kan sekarang berada di pihak kita, pasti Bapak mau bantu." Mika hanya menganggukkan kepalanya mendengarkan rencana Rita. ******* Di lain sisi, di rumah Aliyah, Rani anaknya memanggil Bundanya karena sudah tak sabar ingin mencicipi makanan yang diberikan Budenya tadi. "Bunda! Bunda dimana?" "Ya, Sayang, Bunda di belakang, sini, Nak!" seru Aliyah dari belakang rumahnya. "Bunda, ini tadi di kasih makanan sama Bude Rita, ayo kita makan Bun, aku udah lapar." "Bude Rita? Kapan dia kesini?" ucap Aliyah mengernyitkan dahi karena tak biasanya Kakaknya itu berkunjung ke rumahnya. "Barusan, Nda," jawab polos Rani. "Terus mana Bude Ritanya?" "Udah pulang Nda, Bude Ratih kesini cuma mau antar ini aja,bNda, yuk kita makan, aku sudah lapar karena mencium bau harum makanan di dalam rantang." Aliyah tergelak mendengar celotehan anak sulungnya i
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAHBAB 8"Apa benar begitu Rita?" tanya bu Sri sembari menatap tajam Rita."Ya mana Rita tau bu, 'kan ibu yang nyuruh Rita untuk memberikan makanan dalam rantang. 'Kkan ibu yang menyiapkannya, kenapa menyalahkan Rita?" tatap Rita sengit pada ibunya.Ucapan Rita sukses membuat Aliyah memalingkan pandangannya pada ibunya."Apa iya, ibu setega itu padaku?" batin Aliyah nelangsa"Bu?" tanya Aliyah pada ibunya."Kamu percaya itu, Nak?" Setelah mengatakan itu, bu Sri pun membalikkan badan dan masuk ke dalam kamarnya."Semua ini gara-gara kamu Aliyah, kamu lihat! di sini sudah tidak ada yang peduli padamu, aku tidak terima ya kamu giniin. Sekarang ganti rugi, mukaku jadi cacat gara-gara kamu!" ucap Rita pada Aliyah, sedang Aliyah masih menatapnya dengan tajam."Apa maksud kalian memberikan makanan seperti itu pada keluargaku? Apa salah keluargaku pada kalian? Kalau kalian tidak peduli pada keluargaku, aku tak masalah, asal jangan kalian hina keluargaku dengan perbu
SAAT DOA SI MISKIN DIIJABAHBAB 9"Tunggu Al, ibu bungkusin dulu makanan sisa aqiqahan tadi.""Gak usah bu, aku gak mau dianggap menjilat ludah sendiri," tolak Aliyah."Ibu bukan memberimu, tapi anakmu, dan ini dari ibu bukan kakakmu, jadi tak boleh ditolak, biar nanti kakakmu ibu yang atasi."Mau tidak mau Aliyah menuruti kemauan ibunya, karena baginya ibunya adalah malaikat tak bersayapnya.Aliyah kini sudah membawa kotak perhiasan pemberian ibunya dan juga rantang tiga susun dengan isi makanan yang tadi ditukar isinya oleh Rita, saat Aliyah hendak pulang ke rumahnya, tiba tiba Rita masuk ke dalam rumah dan melewatinya, tapi sedikit pun Aliyah tidak mempedulikannya, saat Aliyah sudah berada di pintu depan, kakaknya tiba-tiba nyeletuk."Lihat deh, Mik, enak ya, udah bawa pulang perhiasan ibu, di tambah lagi bawa pulang makanan mewah. Yaiyalah secara mana mampu suaminya membelikan itu semua, mental pengemis mah tetep aja pengemis, gak usah sok punya harga diri.""Iya kak, kalau aku m
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAHBAB 10"Makasih untuk semua pengorbananmu, Mas janji, tenaga dan sebisa mungkin membahagiakanmu. Kamu melakukannya agar Mas sehat selalu, dan kelak tua kita hanya tinggal menikmati hasilnya saja," ucap Amar sembari mengecup pucuk kepala istri."Makasih juga atas tanggung jawab dan kerja kerasnya, aku bahagia cinta," Aliyah sembari memeluk suaminya tersebut.******Pagi ini Aliyah berniat untuk ke toko emas, dia berencana untuk menjual salah satu perhiasan yang diberikan padanya, juga perhiasan milik kedua saudaranya. karena sudah dua hari kedua saudaranya tersebut tidak juga menebus perhiasan miliknya.Aliyah yang ditemani sang suami dan kedua anaknya, mereka pun menuju pasar dengan motor milik Amar. Akan tetapi, kedua anak Aliyah dan Amar tetap sangat antusias sekali.Bahagia itu sederhana, tidak perlu mewah, asal dipenuhi dengan rasa syukur, maka bahagia akan selalu tertanam di hati.Begitu juga dengan Keluarga kecil Aliyah, Aliyah dan Amar selalu mengaj