Share

Part2

"Apa Mas menyalahkan Dwi karena kematian Papa?" Aku mencari-cari di mana letak salahku.

Mas Dimas memejamkan mata perlahan.

"Mas ingin jujur sama kamu, Dwi." Pria berperawakan tinggi tegap itu menatapku sendu. 

"Ada apa?"

"Mas punya pacar. Dan Mas berniat menikahi Lena."

Bibirku bergetar mendengar nama yang dia sebutkan. Selama aku tinggal bersama mereka, tak pernah sekali pun kulihat Mas Dimas membawa atau mengenalkan seorang gadis pada keluarganya. Apa wanita itu baru saja dikenalnya?

"Ma__maksud Mas, Mas sudah selingkuh di belakang Dwi?" Aku memberanikan diri bertanya. Tentu saja karena aku merasa punya hak sebagai istrinya.

"Tidak, Dwi. Sebelum menikah, Mas sudah lama menjalani hubungan dengan Lena. Dan pernikahan kita, hanya keinganan dari papa saja. Mas nggak pernah memiliki perasaan apa-apa sama kamu."

Deg!

Jantung ini rasa seperti diremas. Tanpa perasaan, dia bilang kalau aku tidak berarti apa pun di hatinya. 

"Lalu kenapa Mas terima permintaan papa? Kenapa waktu itu tidak menolaknya? Kalau saat itu Mas ngomong, Dwi juga nggak akan nerima perjodohan ini, Mas. Dwi juga punya cita-cita. Tapi karena melihat Mas tidak menolak, Dwi kesampingkan cita-cita Dwi untuk kuliah dan menjadi seorang guru. Dwi bersedia menjadi istri dan mengabdikan diri sama Mas." Tanpa sadar aku menangis histeris. Merasa telah dipermainkan.

Kalau seperti ini, aku yang merasa dirugikan. Menyandang status janda saat usiaku belum mencapai dua puluh tahun. 

"Mas jahat! Mas jahat." Aku menutup wajahku dengan telapak tangan.

"Ada apa ini? Kenapa kamu nangis, Dwi?" Mama mertua tiba-tiba masuk dan bertanya. 

Aku baru menyadari, mungkin suaraku tadi begitu keras hingga terdengar sampai ke luar kamar. Mungkin saja mama sedang melintas atau memang sudah berdiri di sana.

Aku tak langsung menjawab. Hanya bisa menenggelamkan diri dalam tangisan. Bagaimanapun, mama adalah ibu kandung suamiku. Apa pun keputusan yang diambil anak laki-lakinya, dia pasti akan selalu mendukung.

Apa lagi selama ini Mas Dimas dikenal sebagai anak yang baik. Tak pernah aku mendengar mama memarahinya. Saat ini, tak ada harapan lagi bagiku untuk bisa mempertahankan pernikahan yang hanya seumur jagung ini.

"Ada apa dengan kalian?" Mama mengulangi pertanyaannya karena aku tidak menjawab. "Dimas?" Mama mencari jawaban dari putranya.

"Ma, Mama tahu sendiri bagaimana terjadinya pernikahan Dimas dan Dwi. Malam ini, Dimas berniat menceraikan Dwi. Kehidupan di rumah ini akan kembali seperti dulu. Dwi hanya akan kembali menjadi anak mama. Bukan menantu mama."

Plak!

Tanpa disangka-sangka mama melayangkan sebuah tamparan di pipi putra kesayangannya. Wajah mama tampak marah. Tak pernah kulihat mama semarah itu.

"Jangan sembarangan kamu ngomong, Dimas! Kamu pikir pernikahan itu mainan? Bahkan tanah kuburan papa kamu masih belum kering, kamu sudah berani melawan keinganan terakhirnya. Mau jadi anak durhaka kamu?"

"Tapi, Ma. Mama tahu sendiri Dimas tidak mencintai Dwi. Dimas mengikuti keinginan papa, agar papa cepat sembuh. Tapi kenyataannya apa? Dimas nggak mau mengorbankan diri lagi, Ma. Kematian papa adalah bukti, bahwa Dimas dan Dwi memang tidak berjodoh."

Plak!

Kali kedua mama menampar wajah Mas Dimas. Aku diam tak berkutik. Tak tahu harus mengatakan apa tentang perdebatan ibu dan anak itu.

"Baik. Kalau kamu tetap ingin menceraikan Dwi, kamu yang angkat kaki dari rumah ini."

Aku dan Mas Dimas sama terkejutnya. Tak menyangka kalau mama akan membelaku sampai sejauh ini.

"Ma. Dimas anak mama. Mama tega, ngusir anak kandung mama sendiri?" Mas Dimas tampak Syok.

"Bukan hanya itu!" Mama melanjutkan ancamannya. "Kamu juga harus meninggalkan perusahaan dan semua fasilitas dari rumah ini. Mama nggak mau kantor yang didirikan papa dengan susah payah, dipimpin sama laki-laki tidak bertanggung jawab seperti kamu!" 

Mulutku hampir saja menganga melihat ketegasan mama. Mertuaku yang biasanya lemah lembut dan begitu penyayang, kini seperti bisa merasakan betapa sakitnya hatiku saat ini.

                                ~~~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status