Share

Part2

Author: Oscar
last update Last Updated: 2022-08-05 13:33:06

"Apa Mas menyalahkan Dwi karena kematian Papa?" Aku mencari-cari di mana letak salahku.

Mas Dimas memejamkan mata perlahan.

"Mas ingin jujur sama kamu, Dwi." Pria berperawakan tinggi tegap itu menatapku sendu. 

"Ada apa?"

"Mas punya pacar. Dan Mas berniat menikahi Lena."

Bibirku bergetar mendengar nama yang dia sebutkan. Selama aku tinggal bersama mereka, tak pernah sekali pun kulihat Mas Dimas membawa atau mengenalkan seorang gadis pada keluarganya. Apa wanita itu baru saja dikenalnya?

"Ma__maksud Mas, Mas sudah selingkuh di belakang Dwi?" Aku memberanikan diri bertanya. Tentu saja karena aku merasa punya hak sebagai istrinya.

"Tidak, Dwi. Sebelum menikah, Mas sudah lama menjalani hubungan dengan Lena. Dan pernikahan kita, hanya keinganan dari papa saja. Mas nggak pernah memiliki perasaan apa-apa sama kamu."

Deg!

Jantung ini rasa seperti diremas. Tanpa perasaan, dia bilang kalau aku tidak berarti apa pun di hatinya. 

"Lalu kenapa Mas terima permintaan papa? Kenapa waktu itu tidak menolaknya? Kalau saat itu Mas ngomong, Dwi juga nggak akan nerima perjodohan ini, Mas. Dwi juga punya cita-cita. Tapi karena melihat Mas tidak menolak, Dwi kesampingkan cita-cita Dwi untuk kuliah dan menjadi seorang guru. Dwi bersedia menjadi istri dan mengabdikan diri sama Mas." Tanpa sadar aku menangis histeris. Merasa telah dipermainkan.

Kalau seperti ini, aku yang merasa dirugikan. Menyandang status janda saat usiaku belum mencapai dua puluh tahun. 

"Mas jahat! Mas jahat." Aku menutup wajahku dengan telapak tangan.

"Ada apa ini? Kenapa kamu nangis, Dwi?" Mama mertua tiba-tiba masuk dan bertanya. 

Aku baru menyadari, mungkin suaraku tadi begitu keras hingga terdengar sampai ke luar kamar. Mungkin saja mama sedang melintas atau memang sudah berdiri di sana.

Aku tak langsung menjawab. Hanya bisa menenggelamkan diri dalam tangisan. Bagaimanapun, mama adalah ibu kandung suamiku. Apa pun keputusan yang diambil anak laki-lakinya, dia pasti akan selalu mendukung.

Apa lagi selama ini Mas Dimas dikenal sebagai anak yang baik. Tak pernah aku mendengar mama memarahinya. Saat ini, tak ada harapan lagi bagiku untuk bisa mempertahankan pernikahan yang hanya seumur jagung ini.

"Ada apa dengan kalian?" Mama mengulangi pertanyaannya karena aku tidak menjawab. "Dimas?" Mama mencari jawaban dari putranya.

"Ma, Mama tahu sendiri bagaimana terjadinya pernikahan Dimas dan Dwi. Malam ini, Dimas berniat menceraikan Dwi. Kehidupan di rumah ini akan kembali seperti dulu. Dwi hanya akan kembali menjadi anak mama. Bukan menantu mama."

Plak!

Tanpa disangka-sangka mama melayangkan sebuah tamparan di pipi putra kesayangannya. Wajah mama tampak marah. Tak pernah kulihat mama semarah itu.

"Jangan sembarangan kamu ngomong, Dimas! Kamu pikir pernikahan itu mainan? Bahkan tanah kuburan papa kamu masih belum kering, kamu sudah berani melawan keinganan terakhirnya. Mau jadi anak durhaka kamu?"

"Tapi, Ma. Mama tahu sendiri Dimas tidak mencintai Dwi. Dimas mengikuti keinginan papa, agar papa cepat sembuh. Tapi kenyataannya apa? Dimas nggak mau mengorbankan diri lagi, Ma. Kematian papa adalah bukti, bahwa Dimas dan Dwi memang tidak berjodoh."

Plak!

Kali kedua mama menampar wajah Mas Dimas. Aku diam tak berkutik. Tak tahu harus mengatakan apa tentang perdebatan ibu dan anak itu.

"Baik. Kalau kamu tetap ingin menceraikan Dwi, kamu yang angkat kaki dari rumah ini."

Aku dan Mas Dimas sama terkejutnya. Tak menyangka kalau mama akan membelaku sampai sejauh ini.

"Ma. Dimas anak mama. Mama tega, ngusir anak kandung mama sendiri?" Mas Dimas tampak Syok.

"Bukan hanya itu!" Mama melanjutkan ancamannya. "Kamu juga harus meninggalkan perusahaan dan semua fasilitas dari rumah ini. Mama nggak mau kantor yang didirikan papa dengan susah payah, dipimpin sama laki-laki tidak bertanggung jawab seperti kamu!" 

Mulutku hampir saja menganga melihat ketegasan mama. Mertuaku yang biasanya lemah lembut dan begitu penyayang, kini seperti bisa merasakan betapa sakitnya hatiku saat ini.

                                ~~~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 69

    "Kenapa Mama pergi, Sayang? Apa mama masih benci sama Mas?" tanya Dimas ketika melihat ibunya langsung pergi begitu dia baru sampai. Tanpa menyapa apalagi bertanya tentang keadaannya terlebih dahulu."Sudah, Mas. Tidak usah dipikirkan. Ayo kita masuk." Dwi langsung menarik lengan suaminya agar ikut masuk dengannya. "Apa Mas sudah sarapan? Mau Dwi buatin kopi, atau apa?""Sebenarnya belum, sih. Tapi ketika melihat kamu, Mas sudah kenyang.""Ilih, Mas Dimas suka gombal, deh. Jangan-jangan sudah dibuatin sarapan sama Lena tadi, iya kan?" Mengingat nama itu sebenarnya hati Dwi terasa perih, namun nama itu tidak akan bisa dia lupakan begitu saja dari dalam hidupnya."Kok ngomongin dia lagi, sih? Apa Dwi belum bisa percaya seutuhnya sama Mas?""Dwi percaya kok sama Mas. Jika Dwi tidak percaya sama Mas Dimas, untuk apa juga Dwi nyuruh Mas pulang." Dwi meralat kembali ucapannya agar suaminya tidak jadi marah."Eh, suasana rumah kok sepi? Bik Siti kemana?" tanya Dimas begitu menyadari tidak ad

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 68

    "Ibu!" ucap Rangga ketika memasuki ruangan yang ditempati oleh Ratih. Pria itu mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu sembari mengacungkan jari telunjuk ke arah wanita paruh baya itu. Raut wajah wanita yang sedang mengenakan busana serba putih itu seperti tidak asing baginya."Kamu mengenal saya?" tanya Ratih dengan penuh tanda tanya. Seingat wanita paruh baya itu, dia tidak pernah mengenal ataupun melihat pemuda yang sedang berada dihadapannya kini."Oh, iya. Saya ingat sekarang. Bukankah Anda itu adalah Bu Ratih, salah satu donatur tetap di Panti Asuhan 'Sahabat Sejati'?" ucap Rangga penuh dengan keyakinan."Benar itu saya. Saya adalah salah satu pemilik dan pengurus yayasan itu. Kamu siapa? Kenapa kamu tahu tentang yayasan itu?" Ratih balik bertanya pada pemuda yang baru saja memasuki ruangannya itu."Oh, perkenalkan. Nama saya Rangga Adiyasa, saya adalah salah satu anak penghuni Panti Asuhan itu tempo dulu. Senang bisa bertemu dengan anda kembali." Dengan ramah, pemuda yang memilik

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 67

    "Dimas! Dimana kamu? Ayo keluar! Jangan coba-coba sembunyi dariku Dimas!" teriak Lena dari luar sembari menggedor-gedor pintu ruangan yang biasa ditempati oleh Dimas dengan sangat keras. Sudah beberapa hari ini wanita itu datang ke kantor ini untuk mencari keberadaan kekasih hatinya itu dan ingin meminta pertanggung jawaban darinya.Namun sayang, apa yang dia cari tak kunjung ketemu. Bak ditelan bumi, keberadaan Dimas tidak dia ketahui. Yang ada hanya Arya, pemuda yang begitu menyebalkan baginya.Ratih dan Arya yang sedang memeriksa berkas-berkas pekerjaan kantor di dalam ruangan itu sontak terkejut."Siapa itu Arya?" tanya Ratih kepada putra temannya itu."Sepertinya itu suara Lena, Tante.""Kenapa wanita itu bisa bebas berkeliaran di kantor ini?""Dia sudah biasa melakukannya, Tante. Beberapa hari ini saja, dia sudah berkali-kali datang ke sini untuk mencari Dimas.""Kenapa kamu tidak mengusirnya?""Saya sudah mencoba untuk memberinya peringatan, namun wanita itu tidak juga mau meny

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 66

    Dimas dapat merasakan tentang betapa beratnya kerinduan yang dirasakan oleh istri kecilnya itu. Sebab saat ini Dimas juga merasakan hal yang sama. Tapi, dia tidak bisa berbuat banyak dan segera keluar dari masalah yang sedang menderanya. "Kamu yang sabar ya, Sayang. Mas akan segera membuktikan bahwa Mas tidak pernah berhubungan sejauh yang Lena tuduhkan pada Mas. Kamu percaya kan sama Mas?" Hanya kata-kata itu yang dapat Dimas ucapkan untuk meyakinkan istrinya."Dwi percaya sama Mas Dimas."*Sepanjang malam Dwi tidak bisa tidur memikirkan tentang keadaan suaminya. Sebagai istri, seharusnya saat ini Dwi berada di samping suaminya dan melayani segala kebutuhan Dimas. Dalam hati yang paling dalam, Dwi benar-benar merasa bersalah karena telah menuntut Dimas dengan berlebihan dan memberi sebuah beban yang sangat berat dipundak suaminya itu.Karena tidak bisa tidur, Dwi memutuskan untuk membuat sarapan untuk ibu mertuanya. Dwi harus mencari perhatian dari ibu suaminya itu agar tetap bersi

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 65

    "Kamu mengenalku?" tanya Dimas heran.Pria yang ada dihadapannya itu tersenyum sinis sembari membuang muka, seperti tak ingin melihat wajah Dimas."Tentu saja aku mengenalmu. Kamu orang yang telah merebut Lena dariku, bukan?"Sontak Dimas terkejut dengan pernyataan pria itu. Dimas merasa khawatir jika akan terjadi selisih paham diantara mereka. Kemudian dia melirik Arya yang berada disampingnya. Dimas curiga bahwa Arya sengaja melakukan semua ini untuk menjebaknya. Agar pria yang tidak dia kenali ini salah sangka dan menghajarnya.'Licik sekali kamu, Arya!' gumam Dimas dalam hati."Tenang saja, Bro. Aku tidak akan berbuat macam-macam terhadapmu. Justru dengan kedatanganmu kesini, akan menguntungkan buatku. Bukankah begitu kawan?" ucap pria itu menatap kearah Arya.Arya tersenyum sembari mengangguk. Membenarkan semua ucapan pria yang bernama Rangga tersebut."Apa maksud kalian?" tanya Dimas semakin tak mengerti. Menatap Arya dan Rangga secara bergantian."Oh, perkenalkan! Saya Rangga,

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part64

    Dwi yang melihat itu menjadi tak enak hati. Lalu semakin mengeratkan diri dalam pelukan suaminya itu."Dwi cuma bercanda, Sayang. Dwi ke sini sengaja mau ngasi kejutan buat Mas Dimas. Dwi kangen banget sama Mas Dimas," ucap Dwi dengan sangat manja.Hati Dimas terenyuh mendengarnya. Suara manja Dwi membuat wanita itu terlihat begitu menggemaskan."Oh, gitu. Sengaja mau bikin Mas marah, gitu?""Dih. Emang kalau Mas Dimas marah gimana?""Mmm... nantangin, ya?""Emang mau ngapain?"Dimas tersenyum nakal, lalu menarik hidung mancung Dwi dengan gemas."Mas mau ngasi kamu hukuman sampai sore." Dimas langsung menarik tubuh Dwi dan merebahkannya di atas ranjang."Ish, Mas Dimas nakal." Dwi menjerit kecil.Dimas tak peduli, lalu terus mencumbu istrinya dengan semangat."Awas kelewatan, ya. Tepati janji Mas.""Berisik! Pokoknya hukuman kamu sampai sore!"*Sore harinya Dimas dan Dwi turun dari kamar. Setelah menghabiskan waktu seharian, Dwi akhirnya harus pulang. Dimas punya sesuatu untuk dikerj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status