Share

Karyawan yang Terluka

Daren yang merasa proyek pembangunan itu adalah tanggungjawabnya dari awal, mau tidak mau dia harus turun tangan langsung untuk memastikan kondisi di lapangan secara langsung bagaimana.

“Ada-ada saja” kata Daren.

Dia langsung menelepon mamanya memberitahukan kalau dia hari ini tidak bisa menjumpai wanita yang akan dijodohkan dengannya itu. Dia berusaha menjelaskan sama mamanya kalau dia kali ini tidak berbohong mencari alasan untuk menghidar pertemuan dengan wanita yang dijodohkan itu.

Benar kalau memang saat ini dia ada urusan mendesak. Dia juga meminta mamanya untuk menyampaikan permintaan maafnya kalau dia merasa bersalah tidak bisa menepati janji pertemuan hari ini.

“Ma, Daren minta tolong mama sampaikan permintaan maaf Daren. Aku tidak bisa menepati janji pertemuan hari ini dan dia boleh pulang. Kalau tidak mama kirimkan aku nomornya biar Daren yang menghubungi langsung” kata Daren memohon kepada mamanya.

“Daren, kamu benar-benar tidak punya sopan santun kali ini yaaa. Benar-benar tata kramamu sangat buruk Daren” kata mamanya kencewa mendengar anaknya itu membatalkan pertemuannya hari ini.

Daren juga merasa yakin kalau wanita itu sudah sampai di tempat di mana mereka akan bertemu. Makanya dia merasa sangat bersalah. Jujur tidak ada niatan hati Daren untuk menggagalkan pertemuannya kali ini.

Tapi karena kejadian seperti ini sudah sering ibu Daren dengar, maka dia pikir anaknya itu masih bersikap seperti yang sudah lewat. Suka membatalkan janji pertemuan atau membuat wanita yang dijodohkan dengannya itu merasa tidak nyaman.

Sementara Safira yang sudah lebih awal sampai dan sudah berada di restoran yang diresevasi oleh kakak iparnyaitu. Tiba-tiba Safira mendengar teleponnya berbunyi dan dia menjawab telepon orang di seberang.

“Fira, aduuuh gimana ini ya adik ipar? Pihak dari laki-laki mengatakan ada urusan mendesak, pertemuan hari ini tidak bisa di lakukan. Kamu boleh pulang saja dan katanya dia akan menghubungi lagi. Bagaimana ini yaa? Sepertinya sia-sia aku menyuruhmu ikut perjodohan ini. Aku jadi merasa tidak enak samamu. Tapi walaupun begitu, yang penting dari pihak kita sudah datang. Kita tetap harus berpikir kalau itu adalah hal yang positif kan” kata Renata yang tidak ditanggapi Fira.

“Boleh pulang katanya…?” Safira bergumam sendiri. Dia menjadi mengingat perkataan kakak iparnya itu beberapa hari yang lalu yang mengatakan kalau dia hanyalah benalu yang menompang hidup di dalam keluarga Wiguna ayah tirinya itu.

“Untuk sementara aku di sini saja dulu. Kalau langsung pulang aku malas bertemu dengan orang rumah. Tidak masalah kan” kata Fira dalam hatinya sambil membuang nafas panjang.

Dia memutuskan untuk menghabiskan waktunya di Cafe itu hingga diluar sudah terlihat gelap. Lebih baik dia menghabiskan waktunya dengan sedirian, itu akan lebih baik dari pada harus membuang tenaganya untuk mendengarkan orang-orang yang ingin dia tidak jumpai.

Safira juga tidak terlalu mengharapkan perjodohan ini berjalan dengan lancar. Karena dia memang tidak mengharapakan penjodohan ini dialakukan dari awal. Lebih bagus lagi jika kedepannya dia tidak mendengar perjodohan lagi.

Tapi itu mustahil. Karena jika perjodohan hari ini gagal, orang rumah akan mengatur kembali perjodohan hanya untuk keuntungan mereka saja. Apalagi ayah tirinya Tn. Wiguna yang tidak mau rugi akan kehadiran Safira di rumah itu.

Sebisa mungkin dia akan memanfaatkan Safira demi kepentingan dirinya sendiri atau pun untuk kepentingan kakak tirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status