Share

02. Sahabat Nomor Satu

Seorang gadis kecil memakai seragam sekolah dan berkepang dua itu tampak berlari menuju meja makan. Gurat wajahnya terlihat sangat ceria sekali.

"Ayah! Hari ini Ayah yang akan mengantarku ke sekolah bukan?" Ujarnya terdengar riang sembari mendekat ke arah sang ayah yang tengah memimum kopinya.

"Tentu dong, princessnya Ayah!" Ujar Arga sembari menunduk dan mengusap kedua pipi anaknya itu dengan gemas.

Arga sangat beruntung memiliki putri secantik dan sepintar Fiola. Tadi pagi saat ia sudah meminta maaf pada putri kecilnya itu.

"Yes!" Teriak Fiola begitu antusias. Bahkan ia sampai lompat-lompat karena terlalu senang.

"Cepat duduk Fio, lalu makan sarapanmu," ujar Kiara sembari meletakkan segelas susu di dekat piring Fiola.

Wanita itu juga sudah rapi dengan kemejanya, karena Kiara juga berprofesi sebagai guru di Taman Kanak-Kanak.

Berjalan mendekati sang suami, lantas Kiara pun berujar, "Ku pasangkan dasimu dulu, Mas. Sini!" Ucap Kiara.

Menatap penuh cinta pada sang istri, lalu Arga pun memutar tubuhnya menghadap wanita itu. Mengambil dasinya dan memberikannya pada istrinya.

"Cantik sekali, sih." Ujar Arga yang melihat bagaimana kecantikan alami Kiara Maharani dari sudut bawah itu.

"Malu tahu ada Bibi!" Ujar Kiara sembari fokus memasang dasi suaminya itu.

"Aku tidak berbohong, kamu itu cantik sekali." Ucap Arga sembari terus menatap wanita yang seperti jelmaan bidadari itu tanpa kedip. Bahkan senyum manis pria itu tak mau luntur.

Kehangatan manis tercipta begitu indah dari keluarga kecil ini. Memiliki istri secantik dan sebaik Kiara Maharani, adalah hal yang sangat Arga syukuri. Ia tak tahu bagaimana kehidupannya jika tanpa Kiara di sampingnya. Akankah ia akan merasakan kebahagiaan seperti ini?

Namun, semua kebahagiaan manis itu seketika menghilang lantaran suara dering ponsel milik Argantara Pratama.

"Sebentar," ujar Arga yang kemudian mengambil ponselnya. Tertera nama sekretarisnya di sana.

"APA?" Pekik Arga tiba-tiba saja. Raut wajahnya pria itu seketika panik.

"Baik saya akan segera ke sana," ujarnya.

Kiara yang melihat dan mendengarnya pun seolah mendadak binggung.

"Mas, ada apa? Kenapa kamu panik?" Ujar Kiara yang melihat Arga begitu terburu-buru memakai jas dan mengambil tasnya.

"Aku harus ke rumah sakit," sahut pria itu dengan cepat.

"Apa? Kenapa?" Pekik Kiara sembari membelakkan matanya.

"Bianca jatuh, Ra. Dan aku harus segera ke sana," ujar Arga terdengar kalut.

Bahkan tanpa menunggu jawaban sang istri pun Argantara Pratama langsung saja melangkahkan kakinya menuju pintu depan. Melupakan janjinya pada sang putri, bahwa ia akan mengantarnya. Membuat Kiara kelimpungan untuk mengejarnya.

"Mas! Tunggu! Bagaimana dengan Fiola?" Ucap Kiara dengan nafas yang setengah memburu.

"Kamu bisa mengantarnya, Kiara Maharani!" Ucap Arga di saat dirinya sudah akan membuka pintu mobil.

"Aku harus cepat ke sana!" Ujarnya sekali kali.

Namun dengan cepat Kiara menutup pintu mobil milik Arga kembali.

"Ada perawat dan dokter di sana, Mas!" Ujar Kiara dengan sorot mata yang jenggah, marah, dan kecewa.

Melihat tingkah Kiara yang seakan menghalanginya itu lantas Arga tanpa sadar berteriak berang.

"TETAP SAJA! AKU HARUS MEMASTIKANNYA SENDIRI!" Pekiknya yang sudah hilang batas kesabarannya.

Kembali membuka pintu lantas Arga pun segera masuk dan menutup pintu mobil dengan kasar. Mengabaikan teriakan dan gedoran sang istri di kaca pintu mobilnya.

"Mas! Tunggu! Argantara Pratama!" Pekik Kiara, namun semuanya kembali sia-sia, pria itu tetap pergi. Berlalu tanpa memikirkan perasaan anak dan istrinya.

Kiara menggeram kesal. Mata dan hatinya terasa memanas. Dengan nafas yang menderu kasar itu Kiara terlihat mengusap rambutnya kasar.

"Mama," ujar seorang gadis yang sedari tadi tampak memperhatikan orang tuanya dari balik pintu.

Kiara pun menoleh, ia melihat Fiola dengan tatapan sedihnya di sana. Menggulum bibirnya sejenak, lalu Kiara pun mulai berjalan mendekati putri kesayangannya.

"Mama yang akan mengantarmu ya sayang, jangan sedih." Ujar Kiara sembari mengusap puncak kepala Fiola.

Senyumnya memang melengkung, namun dalam hatinya Kiara benar-benar mengumpat keras. Terlebih lagi tatapan sendu Fiola saat menatapnya begitu menyayat hatinya.

"Kamu keterlaluan, Mas Arga!" Desisnya dalam hati yang terasa sesak mencekat hingga kerongkongan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status