Share

06. Menjenguk Bianca

Selama tiga hari ini Kiara merasakan kembali kehangatan dan keharmonisan rumah tangganya. Arga memilih untuk membawa pekerjaannya di rumah sekaligus menjaga Fiola. Bahkan hari ini Arga yang mengantar Fiola untuk pergi ke sekolah. Senang dan bahagia, tentu saja yang Kiara rasakan.

Pria itu seakan kembali padanya, pada keluarga kecilnya. Senyum dan tawa Fiola saat bersama sang ayah seakan menjadi obat segala rasa lelah karena pekerjaannya.

Siang ini Kiara berniat untuk menjenguk Bianca. Sangat tidak sopan jika dirinya hanya mengabaikan sahabat yang sudah berjasa sekali untuk suaminya itu.

Dengan membawa bingkisan di tangannya, Kiara pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke salah satu gedung rumah sakit terbaik di negeri ini.

Kiara sedikit mengernyit manakala ruangan Bianca berada di lantai paling atas, yang merupakan kamar dengan fasilitas terbaik dari Rumah Sakit.

Tapi Kiara segera menepis pemikirannya itu. Bianca adalah salah satu model sekaligus influencer yang populer di negeri ini. Tentu saja ia sanggup membayar mahal biaya kamar VIP di rumah sakit ini.

Ketika sampai di depan pintu kamar inap Bianca, Kiara mengetuk pintu dengan perlahan, namun tak ada jawaban apapun. Dengan ragu sebenarnya, Kiara pun mulai membuka pintu dengan pelan.

Hal yang ia dengar adalah gelak tawa yang terdengar dari seorang wanita, tanpa Kiara terka lagi, itu adalah suara Bianca.

Rasa penasaran seakan berkumpul dalam diri Kiara, dengan siapa Bianca tertawa renyah seperti itu?

Ia pun mulai membuka pintu kamar Bianca lebih lebar lagi. Pupil matanya melebar, kakinya seakan lemas dan jantungnya berdetak cepat manakala ia melihat Bianca Lisa sedang berada di bawah kukungan seorang pria.

Tanpa Kiara tebak, ia pun tahu siapa di balik kemeja berwarna cream dengan celana kain berwarna cokelat tua itu.

Siapa lagi jika bukan suaminya, Argantara Pratama.

Seharusnya Kiara tahu jika ia lebih baik pergi setelah melihat situasi yang menikam jantung. Namun entah mengapa, kakinya memilih untuk tetap membeku di sana. Sembari mencoba menghalau pemikiran buruk yang mendadak menyerang otak serta batinnya.

Bianca, wanita itu yang tampak menyadari kedatangan Kiara dari balik punggung milik Argantara Pratama.

"Oh, Ra! Kamu datang?" Serunya saat melihat Kiara tengah berdiri di depan sana. Tak terdengar seperti perasaan bersalah dari seruan itu, justru Bianca menatapnya semabari tersenyum lebar.

Tubuh Arga membeku lantaran Bianca menyebut nama istrinya saat ini. Pria itu sontak menjauhkan tubuhnya. Meneguk ludahnya dengan susah payah saat iris matanya melihat sang puan berdiri di sana.

Debaran jantungnya semakin gila, saat wanitanya itu berjalan mendekat ke arahnya dan juga Bianca.

"S-sayang," ujar Arga setengah terbata. Melihat setiap langkah kaki yang mendekat itu layaknya alarm kematian untuknya. Sungguh, ia takut jika istrinya ini akan salah paham.

Kiara mengabaikan panggilan itu, ia memilih untuk mendekat ke arah Bianca setelah meletakkan paper bagnya di atas nakas.

"Hi, Kak Bi. Sudah lebih baik?" Ujar Kiara sembari tersenyum ramah. Ya, meksipun senyum itu hanyalah sebatas senyum semu untuk menutupi rasa sesak dalam rongga dadanya.

Bianca mengangguk senang serta tersenyum manis.

"Ya, dokter bilang aku sudah boleh pulang besok." Balasnya tampak riang.

Wanita cantik itu sontak menarik Kiara untuk mendekat, lalu memeluk Kiara dari samping.

"Aku senang kamu mengunjungiku, aku merindukanmu, Ra." Ujar Bianca terdengar manis namun Kiara merasa mual saat mendengarnya.

Dengan senyum tipis, Kiara pun membalas, "Maaf, seharusnya aku mengunjungimu lebih awal, Kak." Ujar Kiara semabari menepuk punggung Bianca.

Keduanya sudah seperti kakak dan adik. Mereka saling mengenal sejak di bangku perkuliahan, Kiara adalah adik tingkat Bianca. Saat berkuliah dulu, Kiara selalu mengagumi sosok Bianca, wanita cantik yang merupakan idola di kampusnya. Tak hanya itu, Bianca juga merupakan sosok wanita yang pintar dan kerap kali memenangkan kontes modelling.

Bianca pun mendongak, tak jauh beda dengan Kiara. Bianca juga sangat menyukai wajah bulat milik Kiara. Terlihat menggemaskan dan lucu.

"Nggak masalah, Ra. Arga bilang kamu sibuk dengan kuliah S2-mu dan ngajar di sekolah Internasional." Ucapnya setelah menegakkan tubuhnya kembali.

Senyum polos dari wanita itu, ingin sekali Kiara mencabiknya.

"Aku hanya mengajar di Taman Kanak-Kanaknya saja kok," ujar Kiara sembari memasang senyum tipis.

"Tetap saja itu keren!" Balas Bianca dengan mata berbinarnya.

Dulu mata yang berbinar itu sangat indah ketika Kiara melihatnya. Namun saat ini, binar itu seakan racun yang berkamuflase teduh.

"Pasti menyenangkan main sama anak-anak kecil setiap hari," ujar Bianca sembari mengerjap cantik.

"Kalau begitu cepatlah menikah, Kak!" Sahut Kiara dengan cepat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status